Juncture

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Human beings, like plans, prove fallible in the presence of those ingredients that are missing in maneuvers - danger, death, and live ammunition."

Barbara W. Tuchman

Pertanyaan dan jawaban seakan berlomba untuk ditemukan. Hari ketiga datang membawa waktu untuk kembali mencari kebenaran.

Ketika detik tergelincir dan waktu makin menipis, kesempatan untuk menguak misteri semakin sedikit.

Siapa kawan, siapa lawan, bukan tak mungkin ada serigala yang menyamar di antara kawanan.

Bekerja sama atau saling curiga. Bertanya-tanya siapa yang mengungkapkan kejujuran.

⁕⁕⁕

Matahari bahkan belum menyingsing ketika Viper menuju taman belakang, kabut masih jelas terlihat melingkupi Estate, memberi kesan angker yang sulit dipatahkan.

Sunyi, sama seperti lorong yang sudah kehilangan pemiliknya, dan dia sekedar berdiri dengan rokok di tangan, mencari udara segar dan juga terbangun terlalu dini.

Ah, tapi begini lebih baik ketimbang harus duduk diam di kamar sang reporter karena "bayangan" itu tidak datang lagi untuk malam ini.

Viper menjepit rokoknya di antara bibir, langkahnya pelan mulai berkeliling sambil ia menyegarkan pikiran.

Untungnya kegiatan ini tidak berlangsung seperti saat perang yang membutuhkan dia membawa senapan sambil berjengit di antara rerumputan.

Viper berjengit, ada gundukan tanah yang terasa berbeda ketika kakinya menapak, tapi bukan seperti sengaja ada satu gundukan yang mungkin adalah cikal-bakal pohon atau tumbuhan.

Matanya yang mulai terbiasa dalam kabut menemukan beberapa gundukan tanah dalam berbagai ukuran, juga tanah bekas digali.

Apa ini sekedar andil tukang kebun yang melakukan tugas memelihara taman dengan baik? Viper berjongkok, mencoba memeriksa gundukan tanah itu lebih dekat di tengah kabut dan dingin. Tanah yang gembur itu sangat berbeda dengan tanah gersang ketika dia sedang melakukan trench warfare, tanah yang cocok untuk menanam varian-varian tumbuhan, mulai dari bunga-bunga hingga rerumputan dan topiari.

Lagi, di sebuah petak di tengah rimbunnya tanaman ada tempat di mana ada tanah bekas digali yang panjangnya sama dengan tinggi manusia jika dibaringkan. Tidak terlalu mencolok, karena terlihat setidaknya beberapa bulan lalu digali.

Di samping-samping petak itu Viper melihat garis samar beberapa petak lain dengan ukuran yang hampir sama tapi karena sudah lama, garis itu tak lagi terlihat dan nyaris menyatu dengan tanah disekitarnya.

Ia kini bisa membedakan tanah yang 'baru' dan tanah yang 'lama'.

Viper membuang puntungnya ke salah satu gundukan, ia mendecih. Apa sebenarnya ini?

Viper mencoba menggali gundukan tanah itu, tapi sayangnya dia sudah terlalu tidak mampu untuk ini. Belum sampai ke lapisan di mana dia merasakan ada hal lain selain tanah, dia sudah tidak dapat menggali.

Andai ada si tukang kebun itu sekarang. Matanya mengedar ke arah warehouse, menemukan lumbung itu menyala dan tampak ada beberapa suara yang cenderung meninggi berasal dari sana.

Viper pun bertolak menuju lumbung perlahan, mencoba menerka apa yang tengah menjadi topik pembicaraan hangat nan makin memanas.

Ketika sang detektif mendekat, mendengar suara-suara yang semakin jelas - suara yang hanya bisa Viper simpulkan sebagai pertikaian antara dua pria dewasa - Viper pun memantapkan diri menuju ke arah warehouse.

"Anda menuduh saya keliru mengingat isi surat yang hanya terdiri dari 4 kalimat ditambah satu ucapan salam, Doctor Wayne?" suara yang lebih berat balik bertanya. Nada itu agak meninggi.

"Lagipula bukankah saya sudah berkali-kali mengingatkan pada Anda untuk berhati-hati dalam bersikap? Bukan hanya soal memilih pasangan bersenang-senang, tetapi juga soal meletakkan hati Anda dalam berucap? Apa yang sebetulnya terjadi di antara Anda dan Miss Taylor hingga kami harus kehilangan tenaga kerja berharga di tengah situasi rumit begini?"

"Meski aku tampak akrab dengan para maid, tetap saja mereka menyembunyikan beberapa hal dariku. Aku mendekati Katherine supaya aku punya informan di kalangan para pelayan, untuk memastikan desas-desus apa saja yang beredar di balik punggungku. Dengan begitu, aku dapat mencari cara untuk mengatasi kabar burung yang merugikanku. Namun, Katherine justru menyalahartikan sikapku.

"Dua hari lalu, dia menyatakan perasaannya, dan aku menolaknya. Aku sudah bilang kepadanya untuk bersikap seperti biasa dan tidak bertindak gegabah selama kedua tamu itu masih ada di sini. Kupikir, dia akan menepati janji, tapi ternyata dia justru pergi dan membuat semuanya menjadi lebih kacau."

Dari warna suara dan topik, Viper tidak perlu lama menebak kalau dua pribadi yang tengah berdialog adalah Akio Kai dan Harold Wayne. Sayangnya, timing yang dipilih Viper kurang tepat, karena dua pria itu masing-masing bersitegang dan sensitif dengan emosi mereka masing-masing, Viper yang muncul di ambang pintu menjadi sorotan amarah mereka berdua.

"Apa ... kalian butuh bantuan mediasi? Saya rasa dialog ini bisa menjadi runyam bila diteruskan dengan emosi yang meninggi." ucap Viper sebelum mereka berdua mengarahkan emosinya ke arah Viper ... atau parahnya lagi, menghentikan pembicaraan.

Viper mendengar sayup-sayup soal "Katherine Taylor" tapi dia tidak tahu antara Akio maupun Harold membicarakan tentang apa dari wanita yang sudah lenyap itu.

Di lain sisi, Akio Kai yang terlanjur siaga keburu meraih revolver dari holder yang tersembunyi di belakang pinggangnya, hanya bisa membisu dan mundur selangkah. Melihat Akio Kai yang sudah siaga meraih laras pendek di belakang pinggangnya, Viper pun melangkah mundur dan menaikkan kedua tangannya.

"Wow, santai, Mr. Akio. Saya tidak bermaksud mencari keributan di sini."

Matanya menatap mereka berdua yang tengah bersitegang. Tergantung apa yang hendak mereka lakukan, Viper akan melakukan mitigasi sesuai yang diperlukan.

Di antara Dokter yang kacau karena 'kehilangan' wanitanya, atau Butler yang tampak ingin menjatuhkan keadilannya, apa posisi sang detektif di sini?

Melihat Viper yang menaikkan kedua tangannya, postur sang butler menjadi lebih rileks, dilepaskan genggamannya dari revolver yang tersembunyi di belakang pinggangnya.

"Bukankah hari masih terlalu pagi untuk meminta sarapan, Detective?" Akio Kai pun bertanya, tetapi tanpa disertai senyumnya yang biasa, yang tentunya wajar karena mereka tengah berseteru, lalu ada pihak ketiga yang membuyarkan suasana. "Apa ada yang bisa kami bantu hingga tamu seperti Anda repot-repot datang ke Warehouse?"

"Saya cuma bangun terlalu pagi dan berjalan di taman sekedar mencari udara segar." jelas Viper menanggapi hardikan Akio. "Lalu kebetulan saya mendengar suara dua orang yang meninggi, saya kira tengah terjadi pertikaian ..."

Viper mengamati tensi di antara mereka belum reda, tapi mereka teralihkan oleh keberadaan Viper. Sungguh bukan momen yang tepat.

"Tadi saya tidak sengaja mendengar soal ... Ah, Katherine Taylor? Kalian berdua tengah membicarakan soal maid yang hilang itu, kah?"

Harold Wayne, semula diam dalam amarahnya, tampak telah menguasai diri. Dia berusaha mengembangkan senyum dan memasang ekspresi ramah - yang tentunya tidak dipercayai Viper. Poker face tampak bukanlah keahlian sang dokter. "Benar, Detektif. Mr. Kai sedang mengonfirmasi hubungan saya dengan Miss Taylor. Apakah saya perlu mengulang lagi jawaban saya atau Anda sudah ikut mendengarkannya tadi?"

"Tidak perlu, terima kasih. Dokter Wayne." pungkas Viper. Dia menurunkan kedua tangannya kini, namun gesturnya masih bersiaga karena Akio sempat ingin melayangkan tembakan - walau itu sekedar untuk peringatan. 

"Jadi ... Anda, Dokter Wayne, dekat dengan Katherine Taylor, lalu Mr. Akio menyebut bahwa anda sudah kelewat batas, benar begitu?" Viper menekan mereka berdua. "Bukankah kalian berdua harus fokus ke hal lain ketimbang mempermasalahkan isi surat atau posisi yang terpaksa kosong karena maid ini hilang? Kalian tidak ingin mencari tahu siapa dalangnya, ketika di antara kalian berdua masih mengantongi rahasia?"

Harold Wayne kembali menegakkan punggung menanggapi provokasi Viper.

"Mungkin bagi Anda, hal ini hanya masalah remeh jika dibandingkan kasus yang sedang Anda tangani, Detektif." Harold menyilangkan kedua tangan di depan dada. Senyum di wajahnya jelas murni pajangan.

"Tapi, buat saya ini masalah yang cukup besar. Sebagai orang yang ditemui Miss Taylor, saya tentu menjadi orang yang paling mencurigakan. Padahal, sebagai seorang dokter, kepercayaan dari para pasien adalah hal yang harus diutamakan. Saya harus membersihkan nama saya. Jika sampai muncul desas-desus tentang saya, warga desa bisa saja menolak pengobatan yang saya berikan, padahal mereka sangat membutuhkannya."

Pernyataan ego itu membuat Viper menyipitkan mata, tapi tidak ada gunanya terus berusaha menekan orang yang cuma mau menyelamatkan dirinya sendiri.

Karena fokus Viper ada pada Harold Wayne, Akio Kai yang tidak turut dalam pembicaraan memanfaatkan kesempatan itu untuk menenangkan diri. Akio kemudian mengeluarkan jam rantai perak dari sakunya, tampak tertegun mendapati waktu yang telah berlalu.

"Gentlemen," Akio memulai. Kembali ke intonasinya yang biasa. "Mengingat sebentar lagi waktu untuk para penghuni dan pegawai bangun, apakah tidak sebaiknya kita semua kembali ke Manor?"

Harold Wayne lalu mengeluarkan botol obat dari saku jas dan menjulurkannya kepada Akio, melihat sang butler sudah bersiap-siap kembali ke urusan rumah tangga Estate. "Tolong berikan ini pada Miss Adaline. Dia harus meminumnya untuk memastikan lukanya tidak terkena infeksi. Pagi ini aku akan turun ke desa untuk mengantarkan obat-obatan kepada beberapa pasien."

Viper menangkap informasi itu dan mencatatnya dalam benaknya. Sang dokter menoleh kepada Viper lagi setelah selesai dengan urusannya. Air mukanya menyuratkan tanda muak.

"Apakah Anda ingin memeriksa mobil saya dulu, Detektif? Untuk memastikan saya tidak menyelundupkan sesuatu dari tempat ini?"

Viper menyeringai, Harold Wayne benar-benar seperti sudah di ujung tanduk. Bahkan Harold Wayne sampai-sampai 'menyerahkan diri' dengan menunjuk mobilnya untuk diperiksa Viper, yang Viper rasa tidak perlu.

"Dokter Wayne, apa saya pernah bilang kalau saya mencurigai anda?" mulainya dengan pembuka ringan. "Kalau memang anda yang terakhir menemui Katherine Taylor, lalu mengakui anda sebagai yang mencurigakan, bukankah ini kesempatan bagi anda untuk membersihkan nama baik anda, juga menjaga agar Katherine Taylor yang pernah dekat dengan anda nama baiknya pun tidak tercoreng? Tenangkan diri anda. Tidak ada gunanya anda terlalu panas kepala. Saya juga hanya akan membuang waktu bila mencurigai mereka yang tidak pantas."

Viper beralih pada butler yang senantiasa patuh pada jam terbangnya ... lalu ada suara kasak-kusuk tidak jauh dari mereka.

"Sebelum kita kembali, Mr. Akio, saya rasa ada baiknya meluruskan beberapa hal," dia lalu melirik ke arah tumpukan jemari. "Saya kebetulan punya beberapa pertanyaan pada anda yang mungkin bisa didengar Dokter Wayne dan Mr. Akio, tukang kebun, Mr. Richard?"

Suara Viper lantang memanggil tukang kebun yang sedaritadi menguping pembicaraan di dalam atap itu, entah sejak kapan.

Tukang kebun yang sudah lama menjadi tamu tak diundang sekaligus pengamat menaikkan kepalanya.

"Hai, hai, pesta kalian seru sekali." Richard menarik batang jerami yang sedari tadi dia gigit sambil menguping. "Aku tidak ingin mengganggu jadi aku hanya duduk di pojok sana sejak terbangun tadi"

"Senang sekali ya, bisa mendengar gratis. Tidak ada kah yang bisa anda bagikan pada kami setelah mendengar ada maid yang hilang?" cibir Viper, mengikuti nada santai sang tukang kebun.

Ini pertama kalinya Viper bertemu tukang kebun Estate, dan sesuai deskripsi, pria ini jelas tidak berpendidikan dan cenderung cengegesan, menggunakan 'ketidaktahuannya' sebagai tameng agar tidak merepotkan dirinya sendiri. 

Richard sekedar memuji Viper dengan sebutan polisi atau detektif terhormat. Viper sekedar menaikkan alis. Seperti kata Mitford, tukang kebun ini cenderung guyon, apa yang tidak berkenaan dengan dirinya atau tugasnya di kebun sama sekali tidak akan ditanggapinya serius.

"Eh, jadi kalau urusan segalanya yang ada di taman belakang itu masuk ranah yang ada pedulikan? Termasuk ... gundukan tanah yang sepertinya bukan mengubur tanaman itu?" tanya Viper dengan ringan.

Tukang kebun itu menyeringai mendengar pertanyaan Viper. "Wah, Mr. Detective sepertinya suka sekali dengan taman sampai menyempatkan diri." senyum Richard hanya memudar sedikit ketika Mr. Kai bertanya kepadanya.

Seperti perkiraannya pernyataan Viper itu mengundang respons Akio. Butler itu melirik pada Richard. "Gundukan tanah, Mr. Gardener?" ulangnya tajam.

Ada sedikit tensi yang tercipta, Viper mengamati mereka berdua seraya menilai.

"Yah, bukannya itu pekerjaanku, Mr. Butler? Mengubur sampah dan menjadikannya pupuk?" balas Richard tetap santai. "Anda sendiri kan yang memerintahkanku untuk itu? Jangan-jangan Anda mulai pikun." dia kembali menyeringai. "Jika Anda tidak yakin, aku bisa menunjukkan caranya sekali lagi dengan Pak Polisi ini sebagai saksi."

Akio mendengkus, tapi dia tidak terlalu banyak berkomentar soal metode Richard, entah karena pengetahuannya soal berkebun berbeda, atau Akio memilih tidak berkomentar.

"Setidaknya lakukan dengan rapi dan tidak menimbulkan rumor aneh-aneh di kalangan pegawai dan ...," dia melirik sepintas pada Viper, "... Para tamu."

Viper memerhatikan tukang kebun bau itu mempersilakan diri pergi, jelas-jelas dia tidak mau tinggal lebih lama ketimbang mengundang amarah Akio dari provokasi Viper, atau habis ditanyai Viper. 

Viper menyalakan rokoknya dan membuang abunya dekat dengan pintu. Sebelum dua pria yang semula berdebat ini meninggalkan panggung, masih ada sedikit yang ingin Viper coba.

"Mungkin pertanyaan terakhir karena suasana sudah keruh. Jadi karena kita semua sama-sama tidak tahu kemana Katherine Taylor pergi ..." ucapnya. "Tidak ada kah dari kalian berdua yang sempat tahu dengan siapa Katherine Taylor bertemu di luar Estate ini?"

Harold Wayne yang tersulut amarah memilih untuk diam, sementara Akio membalas tanya dengan tanya, sesuatu yang sudah Viper perkirakan, "Apakah saya perlu tahu dengan siapa Miss Taylor saat di luar Estate, Mr. Whestone?"

Viper menaikkan bahu.

"Yah, apalagi dengan segala rumor Estate ini menelan korban, wajar saja untuk siaga, bukan? Tapi saya yakin anda akan membalas kalau itu bukan urusan anda karena segala urusan pribadi pekerja bukan tanggung jawab anda, Mr. Akio, Sir?" alisnya naik. 

"Sama seperti kalian yang lelah dengan retorika dan menerima tamu, saya rasa sudah cukup anda--termasuk anda juga, Dokter Wayne--terlalu bersikap acuh dan berusaha menyelamatkan diri anda sendiri dari problematika. Ah, tapi bisa juga saya salah menilai anda berdua."

Viper sudah menuju ke arah pintu sekarang, menunjukkan kalau dia memang tidak ingin berlama-lama di sana. Setelah Akio mengonfirmasikan soal jalan pendapatnya, sekedar menyebutkan kalau dia menerima saran Viper untuk 'lebih berhati-hati dalam memilih pegawai'.

"Sebentar lagi waktunya penghuni rumah lain akan bangun, 'kan? Sebaiknya saya turut permisi." 

Viper pun bertolak menuju ke luar warehouse, asap rokoknya melayang seiring jejaknya menghilang dari ruangan itu.


Waktu yang sempit, sedikit sudut pandang yang dapat dicari dan ketidakmampuan Viper untuk mengolah hipotesa di waktu yang sempit membuatnya kembali ke living room dengan tujuan sama dan orang yang sama. Di luar, matahari semakin meninggi, tinggal setengah hari sebelum penyelidikannya berakhir untuk hari itu.

Semoga saja Akio tidak mengganggu di saat yang tidak diinginkan.

"Mrs. McFadden?" panggil Viper ketika dia menuju ke living room lagi di siang itu. "Saya harap anda belum bosan dengan presensi saya."

Jane McFadden yang seperti hari kemarin tengah sibuk dengan kegiatan bersih-bersih, menanggapi panggilan Viper dengan santun.

"Ya, Mr. Whetstone, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan.

Viper berulas sedikit senyum - bukan tanda keramahan, malah bisa dibilang sebagai penanda kemirisan. "Melihat ekspresi anda, sepertinya anda sudah tahu apa yang akan saya tanyakan, tapi baiklah. Saya akan mengulangnya untuk anda."

Viper mengeluarkan lagi potongan kertas dari buku catatannya, potongan kertas yang ditemukannya di perapian.

"Saya ingin bertanya soal Katherine Taylor dan Dorothy Herring, terutama mengenai surat yang mereka tinggalkan, atau apa saja yang berkaitan dengan mereka - Katherine Taylor terutama."

Mata wanita itu kembali waspada mengamati sekeliling ruang tamu. Jelas dia waspada andai-andai atasannya, Mr. Akio, tiba-tiba saja akan menginterupsi. Sepertinya sang butler tengah sibuk kala ini sehingga Mrs. McFadden segera angkat bicara.

Dia melirik sekilas kertas yang disodorkan oleh Viper.

"Miss Herring menulis banyak buku harian selama dia bekerja di sini," ucapnya nyaris berbisik. "Dan mungkin ada yang tidak menyukai kebiasaannya itu."

Mata Jane kembali berkeliaran memastikan tidak ada yang mendengarnya berbicara selain pada Viper.

"Jika Anda ingin tahu, Anda bisa ke perpustakaan rak kelima dari kanan."

Head maid itu lalu buru-buru kembali bekerja, merapikan bantal sofa dan mengibaskan debu dari perabotan mahal itu, seakan dia tidak pernah memberitahukan apa-apa. Viper menghormatinya dan segera menjaga jarak.

Rak kelima dari kanan, Viper mencatat soal itu dalam benaknya. Sepertinya sudah jelas tujuan berikutnya, dan Jane McFadden berusaha untuk tidak mencolok, tidak ingin berbicara terlalu panjang lebar dengan tamu karena takut mungkin tertangkap basah atasan. 

Viper paham kalau semua takut diancam dan dikeluarkan dari Estate ini, apa lagi bisa ada kemungkinan mereka bernasib 'kurang baik' sama seperti orang-orang yang sudah lenyap. 

"Terima kasih atas kerja sama anda, Mrs. McFadden, saya harap apa yang anda berikan bisa menjadi dorongan yang saya perlukan. Maaf telah mengganggu waktu kerja anda." 

Viper pun bertolak ke arah perpustakaan Estate, fokusnya pada lagi-lagi lemari di sana, sama seperti ketika Mitford memberitahukannya ada buku-buku aneh dan kotak terkunci di sana.



Perpustakaan yang terlihat megah itu sangat sepi saat Viper menyambanginya, walau ada sedikit tanda-tanda ketidak aturan yang menggambarkan kalau ruangan itu sempat dikunjungi sebelumnya.

Mengingat ucapan dari Mrs. McFadden, Viper segera mencari rak buku kelima dari kanan, yang menurut sang Head Maid berisi buku harian yang kerap ditulis Dorothy Herring sebagai bagian dari hobi.

Mungkin ada yang tidak suka dengan kebiasaannya ini, Viper mengingat ucapan Mrs. McFadden, tapi Viper berharap apa yang hendak ia cari di sana belum sempurna lenyap.

Viper menarik beberapa buku yang covernya lebih lusuh dari buku lain di rak itu. Matanya mengurutkan tulisan demi tulisan hingga ia menemukan sebuah buku yang mencolok. Buku tipis tapi beda ketipisannya dengan buku-buku lain di rak itu. Sebuah buku catatan.

Viper menarik buku itu perlahan dari rak. Buku itu adalah buku diari milik Dorothy Herring.

Buku itu sekilas tak jauh berbeda dari buku catatan pada umumnya, namun beberapa lembarnya sudah lepas karena jilidnya tak lagi utuh, tanda sudah dibuka-buka oleh beberapa orang yang memegangnya. Halamannya terlihat lusuh bahkan di beberapa tempat ada kertas-kertas yang dirobek paksa, entah oleh Dorothy atau orang lain.

Mengetahui nasib Dorothy, siapa pun yang mengakses buku ini pastinya adalah banyak orang, baik itu musuh Dorothy atau orang yang ingin Dorothy tahu mengakses buku ini.

Buku itu hanya terisi setengah. Penuh oleh tulisan tangan Dorothy. Beberapa rapi, beberapa berantakan, di halaman lain malah terlihat seperti seseorang baru belajar menulis.

Tanggal paling awal yang tertulis adalah 8 Oktober 1925.

8 Oktober 1925

Aku tahu waktuku tak banyak. Aku harus segera pergi dari tempat ini bersama dengannya.

Tapi Richard berkata rencanaku terlalu berbahaya. Lebih baik meninggalkannya dan aku pergi sendiri, tapi aku tidak bisa.

Bagaimana mungkin aku ....

Aku ....

Aku ... bingung ....

Aku tidak bisa membiarkannya terus di sini

Viper menekan batang hidungnya. Richard, si tukang kebun. Jadi selama ini dia berkaitan erat dengan Dorothy Herring - sepasang kekasih, mungkin, dari bagaimana terasa intim Dorothy menuliskan nama pria urakan yang mengemut jerami tadi pagi. Sang detektif entah kenapa sudah bisa membayangkan kalau Richard terlihat berpacaran dengan seorang maid, akan ada satu orang yang terpelatuk.

‎Apalagi setelah melihat kaki entri itu tulisannya tidak terbaca, mungkin itu adalah bagian kegundahan Dorothy atau Richard mencoba menulis di sana.

Viper membalik pelan ke halaman berikutnya, sambil dia mencatat informasi yang diperlukan ke buku catatannya.

16 November 1925

Aku mulai merencanakan pelarianku bersama dengannya, tapi aku merasa terlalu banyak mata yang memandangku, mencari tahu kelemahan dan kemudian menjebakku.

Aku menjadi paranoid, tapi aku bertekad bulat. Aku harus pergi dari tempat ini sebelum ....

Sebelum ... hal itu terjadi padaku.

Aku merasa tidak nyaman dengan kebaikan Mr. Wayne. Sikapnya memang terlalu ramah terutama pada pelayan wanita tapi akhir-akhir ini, dia seperti bayanganku. Selalu ada alasan untuk menemuiku bahkan di tengah jam kerja.

Jika desas-desus itu benar ... aku memang harus lebih berhati-hati padanya.

Ah, dia sepertinya meniruku menulis.

Melihat nama Wayne di sana, Viper sudah tidak heran. Viper tidak bisa menduga se-posesif apa pria itu, tapi Viper dapat menebak kalau dia tidak ingin mempunyai rival dalam hal menggaet wanita - walau pastinya sudah banyak sekali wanita yang jatuh dalam buai mesranya.

Semakin jelas kalau beberapa 'korban' wanita ini bernasib buruk karena dikejar-kejar oleh sang dokter, tapi Viper belum mendapat bayangan korban pria yang turut hilang, apa itu bagian dari mengaburkan identitas?

Di kaki entri diari itu, ada tulisan kasar yang benar-benar tidak bisa dibaca Viper. Wanita ini sangat melindungi Richard, tulisan kasar itu pastinya milik Richard.

Viper membalik ke entri selanjutnya, sudah tergambar di benaknya sebuah kesimpulan, tapi Viper menyimpan kesimpulan itu ketika seluruh entri sudah dibacanya.

Omong-omong soal tulisan kasar tadi, sepertinya Viper pernah melihatnya. Viper membalik catatannya ke diskusinya semalam dengan Mitford, menemukan kertas yang katanya ada di depan kamar Miss Adaline dan diberikan oleh maid itu pada Mitford.

RUN - lari.

Ah, apa itu maksudnya Richard sudah tahu kalau Gaela Adaline mungkin akan jadi 'korban' berikutnya?

Setelah beberapa halaman berselang, belum ada lagi entri baru dari Dorothy Herring, hanya tulisan bak cakar ayam yang mencoba menuliskan nama Dorothy di berbagai sisi kertas. Mungkin buku ini sempat disimpan oleh Richard sehingga tidak bisa dicari oleh orang 'dalam' Estate. Akan tetapi karena buku itu sudah di sini sekarang, pastinya sudah banyak bagian buku yang sengaja dirobek oleh orang dalam, atau yang isinya sengaja dicoret dan diubah.

Merepotkan sekali.

Viper menyalakan batang rokok berikutnya setelah membiarkan satu batang percuma menjadi abu. Dia menemukan entri selanjutnya.

5 Desember 1925

Joanne menghilang. Mr. Kai bilang kalau dia mengundurkan diri dan kembali ke desanya.

Aku tahu itu bohong.

Joanne senang bekerja di sini dan dia memiliki anak yang membutuhkan uang. Tidak ada alasan baginya untuk keluar.

Aku ... aku ....

Mungkin setelah ini giliranku. Aku harus mempercepat rencanaku, tapi aku juga harus memperingatkan orang-orang yang datang setelahku.

Glover, Joanne. Laundry Maid, usia 32 tahun. Dikabarkan hilang pada tahun 1925 - Viper ingat dengan kasus itu, walau bukan bagian yang Viper tangani.

Bila Joanne hilang di bulan Desember, dan kini Dorothy Herring dikabarkan hilang tahun 1926, sekitar musim panas, ada sebuah pola yang dapat Viper lihat. Lagi, Katherine Taylor hilang juga di tahun 1926, seakan dalang di balik peristiwa ini sudah mulai lelah dan terpojok.

Viper sudah bisa membayangkan kalau 'pelaku'-nya tidak bekerja sendirian. Bila ada motif asmara pun, Viper bisa menduga kalau laki-laki di daftar korban sebelumnya ada sangkut-pautnya dengan wanita-wanita di sana ... mungkin Richard pun akan bernasib sama bila Dorothy Herring tidak mengorbankan diri untuknya.

Tragis, sungguh tragis.

Entri berikutnya datang pada awal Januari 1926.

7 Januari 1926

Dia semakin pintar menulis. Kata-katanya makin banyak. Dengan lebih banyak latihan dia tidak akan kesulitan untuk menemaniku di luar.

Jika aku kembali ke desaku, dia bisa membantuku mengurus kebun, atau kami bisa membuat penginapan ....

Rencanaku makin matang, ketika musim semi tiba, aku harus pergi. Cuaca akan lebih ramah.

Sebentar, mengapa dia menulis kata ini?

"▇ L ▇▇ I ▇"

Berbahaya. Kalau rahasia ini keluar, aku dan dia tidak akan selamat. Kami harus bertindak lebih rahasia.

Untuk jaga-jaga, aku menyebarkan suratku di beberapa tempat di manor. Semoga mereka yang menemukannya sadar betapa bahayanya tempat ini. Atau ... jika ditemukan oleh Mr. Kai atau Mr. Wayne, surat-surat itu pasti dihancurkan.

Aku sudah berusaha.

Ada yang aneh, pikir Viper.

Dorothy menuliskan kalau Richard belum banyak tahu perbendaharaan kata, namun kalimat yang berantakan itu sepertinya bukan datang dari Richard, walau tulisannya dibentuk sama seperti apa yang biasa Richard tulis.

Jadi, kalau Richard ternyata memang menulis kata-kata ini, untuk apa? Richard pastinya tahu posisi Dorothy terancam. Atau, Richard sekedar memberitahukan kalau dia sebagai tukang kebun pun sudah 'tahu' apa urusan orang di dalam rumah dan memperingatkan Dorothy kalau gerak-geriknya terbaca oleh sang mercusuar dan sang dokter.

Mata Viper menyipit melihat kalau Dorothy menyembunyikan beberapa surat di manor. Ia segera menyambungkan petunjuk ini dengan bekas api perapian. Tergambar sedikit di benaknya kalau Katherine Taylor yang bertugas di perapian saat itu, mungkin menemukan surat itu, namun dia kebetulan terlihat oleh pihak "pelaku" dan mereka pun terpaksa menyisihkan Katherine Taylor dari Estate itu lebih awal ...

Viper mengembuskan kepulan asap ke udara. Semakin dibaca, hanya semakin banyak hal yang membuatnya tak kuasa menggeleng-gelengkan kepala.

Entri terakhir di buku catatan itu adalah sebagai berikut:

13 Mei 1926

Rencanaku bulat. Dalam minggu ini aku akan pergi.

Tapi Mr. Wayne dan Mr. Kai tampaknya mengendus keinginanku. Aku harus lebih hati-hati. Mereka bergantian mengawasiku.

Apakah aku akan menghilang?

Tidak.

Untuk berjaga-jaga aku sembunyikan diari ini. Supaya siapa pun yang menemukannya berhati-hati pada kedua orang itu. Mereka bekerja sama melakukan ▇▇▇▇▇▇

Dia adalah bukti kekejaman yang terjadi di tempat ini dan orang harus tahu kebenarannya, tapi sayang aku tidak bisa membawanya ke kantor polisi. Aku juga tidak tahu apakah aku memiliki kesempatan. Dua orang itu terlalu berkuasa.

Yang pasti aku harus mencoba. Demi diriku dan dia.

Mungkin ini tulisan terakhirku. Jika diari ini tiba di tangan kalian, cepatlah lari dari tempat terkutuk ini. Nyawa kalian lebih berharga! Hati-hati dengan Mr. Kai dan Mr. Wayne. Terutama Mr. Wayne!

"Hmm." Viper menanggalkan rokok dari mulutnya dan menyundutkannya.

Kalimat peribahasa lama muncul di benaknya setelah membaca seluruh entri: All is fair in love and war.

Dorothy yang menyayangi Richard dan akan melakukan segala cara untuk menyelamatkannya (ya, dia berhasil, tapi dengan balasan apa? Si pengemut jerami itu tidak melakukan apa-apa lagi setelah kekasihnya berkorban). Dokter Wayne yang menginginkan wanita-wanita bertekuk lutut padanya dan tidak ingin orang lain memiliki wanita idamannya. Akio Kai yang akan melakukan segalanya bagi Henry Myrtle yang pastinya sudah lumpuh fisik dan mental setelah keluarganya hancur lebur.

Dia pun memasukkan diari itu bersama buku catatan dan menuju ke luar perpustakaan - mungkin bertandang ke dining room atau ruangan lain sebelum kembali ke kamar 'sewaannya' sekedar untuk menghapus jejaknya bila perlukan.

Ada suara ramai barusan di luar sana, namun sayangnya sudah mereda. Viper hanya bisa membayangkan kalau rekannya dijegal oleh dua orang yang namanya santer membuat semua pekerja di Estate itu ketakutan.

Malam ini mungkin sudah waktunya untuk sedikit mengocok kartu di atas meja.



Dan kembali lagi Viper di sini, melihat-lihat gundukan tanah yang tadi tidak sempat digalinya dengan benar. 

Viper telah kembali ke taman belakang karena melihat nama Richard kerap disebutkan di buku harian sang maid yang sudah lenyap. Sore sudah menjelang di Estate dan sebentar lagi malam yang dingin akan datang. 

Lebih menyenangkan lagi kalau ada secangkir kopi.

"Tukang kebun dekil itu lagi ya, Mr. Richard ..." Viper melirik catatannya dan berjalan menyusuri taman, mencari sosok yang harusnya sedang bekerja itu.

Atau yah, kalau dia tertangkap sedang malas-malasan, Viper bisa berpura menggunakan nama Akio Kai.

"Mr. Richard? Obrolan kita tadi pagi rasanya belum selesai, apa anda punya waktu sekarang?" tanya Viper santai.

Sayang sekali harapan Viper tidak kesampaian. Si tukang kebun sedang menutup kembali lubang yang digali Viper tadi pagi.

"Hai, Pak Pol. Pagi-pagi sudah aktif ya, sampai menggali tanah. Menjadi tukang kebun sepertinya bisa menjadi alternatif pekerjaan," sapanya sambil memamerkan gigi kekuningannya.

"Oh, kamu tahu kalau saya yang gali tanah? Padahal saya 'kan nggak ngaku apa-apa." ujarnya sambil mengedikkan bahu. "Tanaman di sini aneh ya, gundukannya tidak berbunga. Apa semua gundukan macam itu memang tidak ada tunasnya?"

Pria itu terkekeh. "Anda yang menyebut tentang gundukan tanah tadi pagi lalu ketika aku datang mengecek, sudah ada bekas galian. Tidak perlu menjadi detektif seperti Anda untuk menarik kesimpulan semudah itu, kan?" Richard berhenti menutup sisa galian Viper. Dia menumpukan badannya ke sekop.

"Ahh, iya juga, tadi saya sebut itu ya? Maaf, lupa." Viper menaikkan alis. Ya, dia menyebutkan itu tadi pagi saat memergoki Richard yang menguping pembicaraan antara dia, Harold Wayne dan Akio Kai. Richard ternyata mengingatnya.

Lalu ada sedikit guyonan lagi dari pria yang terlihat tidak pernah serius itu, Viper sekedar melihatnya bekerja merapikan kebun seraya dia berdiam diri.

"Anda tertarik menjadi tukang kebun? Jika ya, baru aku jawab pertanyaan Anda," kekeh Richard lagi.

"Hmm, ide bagus. Saya sering kok menimbun mayat rekan-rekan saya di medan perang, saya punya kemampuan menggali yang bagus dengan alat yang tepat." ucap Viper santai sambil mengembuskan rokoknya. Di balik kalimat yang diutarakannya dengan ringan itu, Viper tidak pernah lupa berapa mayat yang sudah dikuburnya, apalagi setelah ada air raid mendadak.

"Sudah kuduga Anda memang berpengalaman, jika tidak, mana mungkin bisa menggali sedalam ini," ucap Richard, tanpa bisa ditebak apakah dia bermaksud sarkastik atau literal. 

Viper tidak berhasil menemukan rahasia yang tertimbun, dan kini Richard sudah mengembalikan posisi tanah itu seperti semula.

"Tolong beritahu saya nanti kalau ada lowogan tukang kebun di Estate ... yah, sudahlah bercandanya." Viper mengeluarkan buku lusuh yang halamannya sudah hilang itu dan menunjukkannya pada Richard. "Sebaiknya kita mulai mengobrol soal Dorothy Herring dan hubungannya denganmu sebelum aku kehilangan pekerjaanku sebagai polisi."

Senyum di wajah Richard menghilang ketika dia melihat jurnal yang ditunjukkan oleh Viper sebelum berubah menjadi seringai. 

"Sepertinya Anda menemukan benda menarik. Wanita itu, memang suka merepotkan diri sendiri."

"Wanita itu sepertinya sangat peduli padamu, Mr. Richard, tapi saya tidak perlu mengatakan soal ini lagi, 'kan, kamu pasti sudah mengerti." Viper mengantongi kembali buku itu. "Seperti apa Dorothy dulu? Kenapa akhirnya dia tidak bisa kabur denganmu?"

Pria itu mendengar pertanyaan Viper sebelum dia terbahak mendengar pertanyaan terakhir Viper. Tawanya membahana setidaknya semenit sebelum dia bisa menguasai diri dan perlahan-lahan berhenti.

"Aku? Kabur bersama Dorothy?" tanyanya dengan sisa-sisa rasa geli. "Baiklah, aku memang peduli pada Dorothy, dia wanita yang baik dan pintar. Terlalu baik dan pintar malah. Kenapa dia tidak bisa kabur bersamaku? Itu mudah, karena sejak awal aku tidak berminat kabur." Richard mengendikkan bahu.

"Hee, jadi Dorothy saja yang ingin kabur bersamamu. Dia merasa usahanya sia-sia dan sekarang dia sudah hilang bersama daftar panjang lainnya." Viper mencatat di bukunya. "Kamu tidak kabur karena lebih senang dibayar untuk diam di sini?"

"Apakah alasanku penting, Pak Pol? Ada makan, minum dan tempat tidur. Aku orang yang mudah puas." Richard berdiri tegak, bersiap untuk kembali menyekop tanah. Dia menggelengkan kepala. Untuk pertama kalinya raut wajahnya terlihat sedih. "Sungguh disayangkan, Dorothy. Sungguh disayangkan."

"Tidak masalah, aku bisa paham, kok. Dulu juga ketika masih di barak tentara, yang penting bisa makan dan tidak mati kena ranjau saja sudah cukup." Viper mengedikkan bahu. Dia sudah menarik batang rokok berikutnya. "Lalu? Kamu tahu ke mana, atau bagaimana Dorothy menghilang, Mr. Richard?"

Pria itu kembali ke pekerjaannya, menutup tanah yang tadi digali Viper. Dia melirik ke arahnya itu ketika Viper bertanya.

"Suatu hari dia ada, dan besoknya lenyap. Dia ada di tempat yang lebih baik yang pasti. Setidaknya aku berani menjamin itu." Sebuah hal langka Richard terlihat melankolis. Hanya sejenak sebelum dia kembali memandang sang detektif dengan seringai. "Anda tidak benar-benar berharap aku aku kehilangan tempatku mencari makan dengan membocorkan rahasia bosku, kan?"

Viper menjepit rokoknya di antara mulut lebih lama. Mengobrol dengan Richard terkadang mengingatkan Viper dengan mantan-mantan rekannya di medan perang: besar mulut, besar ego, nyaring pula bunyinya. 

"Yah, tidak juga. Tempat ini tetap akan ada, cuma kalau kamu 'membocorkan' rahasiamu mungkin orang-orang yang dianggap yang lain - ya, termasuk orang yang dianggap Dorothy - meresahkan akan pergi, misal Mr. Akio Kai atau Mr. Wayne, itu saja. Aku jamin pekerjaanmu tetap ada."

Richard kembali tertawa. "Benar, aku akan menjadi tukang kebun dari manor yang kosong. Bagaimana kalau kita melakukan kesepakatan? Sebagai ganti informasi, aku meminta dua hal."

"Hmm jadi memang semuanya sudah diserahkan ke tangan Mr. Akio ya." gumam Viper, berharap tidak terlalu dipedulikan Richard. "Dua hal? Apa itu?"

"Yang pertama Anda menjamin nyawa dan kebebasanku. Yang kedua ...." Dia terdiam sejenak. "Aku ingin Anda menyelamatkan seseorang. Jika Anda bersedia, besok, datang ke sini seorang diri, pastikan Butler dan Dokter tidak mengikuti Anda." Richard menyeringai. 

"Sebagai detektif yang terhormat, setidaknya itu hal yang mudah, kan?"

Pernyataan pertama adalah hal mudah, Viper memang bukan yang punya kuasa, tapi Scotland Yard tidak akan diam, walau andaikan bukti yang dikumpulkannya belum lengkap, masih ada cara untuk terus menekan pihak Mytrlegrove Estate.

Untuk opsi kedua ... ah, Viper jadi teringat soal tulisan peringatan yang diserahkan padanya via Mitford. 

"Apa yang terakhir itu jebakan? Ah, tapi tidak masalah. Saya akan menepati keduanya." Viper mengangguk mantap, menunjukkan keseriusannya. Toh kalau ada yang berani macam-macam, pistolnya bisa bicara - selama nyawanya belum melewati kerongkongan. "Pagi hari, berarti?"

"Kapan pun, selama dua anjing Henry itu tidak mengendusmu. Tenang saja Pak Pol, kalau aku ingin mencelakaimu, Anda sudah akan terbaring di bawah tanah saat ini." Pria itu terkekeh lagi. "Kalau begitu, sampai jumpa besok, jika tidak ada salah satu dari kita yang terkena 'kecelakaan'."

Richard kembali terkekeh-kekeh dan menepuk-nepuk bekas galian Viper yang sudah tertutup sempurna dengan sekopnya.

Viper menunggu laki-laki urakan itu pergi, lelucon dan rasa humornya tidak ada yang membuat Viper tertawa atau paling tidak merasa geli. 

Salah satu dari mereka bisa saja 'celaka', walau kemungkinan besar dampak 'celaka' akan terjadi pada orang dalam ketimbang orang luar, terkecuali ada faktor lain yang perlu diperhitungkan. Terlalu hati-hati tidak baik, begitu juga dengan terlalu berpura tidak ada yang terjadi. 

Viper membuang rokoknya ke tanah, menginjaknya tempat di gundukan yang tadi ditepuk sang tukang kebun.

Saatnya kembali ke kamar untuk menyusun informasi yang didapatnya hari ini.



Walau hari ini sudah cukup banyak yang ditemukannya, masih ada beberapa pertanyaan krusial yang belum. Bukan hanya sekedar disembunyikan, tetapi juga rahasia itu sudah mendarah daging.

Sudah secara bukti mengatakan kalau dua orang "penguasa"-lah yang menjadi sumber bencana di sana, tapi Viper merasa masih ada kepingan puzzle yang kurang.

Apa sebenarnya yang dicarinya?

Pintu kamarnya kembali diketuk, Viper hanya bisa menduga satu orang yang datang padanya di waktu malam: sang rekan reporter. 

Setelah mengetuk beberapa kali dan masuk dengan gontai, Mario Mitford menepi layaknya biasa. Viper menoleh ke arah pintu yang terbuka dan Mitford yang masuk dengan mata sembab dan ekspresi lesu. 

Detektif itu hanya memerhatikannya berdiri di tepi ruangan seperti tidak pernah datang ke kamar itu sebelumnya. Viper menyalakan rokok, terdiam sejenak.

"Habis kena terkam Mr. Akio atau Dokter Wayne?" tanya Viper, nadanya ringan. "Atau malah keduanya?"

"Ya—kok tahu?" Mary mengerutkan dahi.

"Hanya ada dua orang yang namanya bahkan digaungkan dinding Estate ini sebagai sosok menakutkan," ucap Viper. Dia kemudian mengeluarkan buku diari tipis milik Dorothy Herring bersama dengan buku catatannya di atas meja.

"Jadi? Kamu memilih mendengarkan dulu atau aku mendengarkanmu, Mitford?"

"Kau dulu." Mitford mendengkus, lantas mengambil tempat untuk dirinya sendiri—kali ini ujung kasur yang dekat dengan kursi dan meja kerja. "Aku menyimak."

Menanggapi Mitford yang lebih pasif, Viper memulai menceritakan penemuannya.

"Pagi tadi saat aku ke taman belakang memeriksa gundukan tanah tidak beraturan di sana, ada dua orang yang tampaknya hampir bertikai, tapi mereka berdua tidak jadi menghabisi satu sama lain, padahal mungkin itu akan mempermudah pekerjaan kita." mungkin bukan hal yang pantas dikatakan polisi, tapi kalau muncul mayat sungguhan, kasus orang hilang mungkin sudah bisa dilenyapkan dari tubuh Estate. 

"Sepertinya Dokter Wayne saat itu bersikukuh untuk mengetahui surat Katherine Taylor - tapi kalau dipikir sekarang, mungkin mereka berdua hanya sekedar membuat asap."

Viper menunjuk buku tipis, diari milik Dorothy, dengan ujung rokoknya.

"Semua takut sekali pada Dokter Harold Wayne dan Mr. Akio, Dorothy Herring menyebutkan di diarinya kalau mereka bekerja sama untuk sesuatu yang sayangnya tidak disebutkan." ucapnya lagi. "Dorothy Herring tampak dekat dengan si tukang kebun, walau tukang kebun itu memilih untuk hidup nyaman di Estate ketimbang ikut Dorothy kabur. Dan ... yah, dia menawarkan sesuatu padaku, tapi itu urusanku nanti."

Viper tertuju pada halaman terakhir diari Dorothy yang melayangkan peringatan bagi siapa pun yang menemukan buku diarinya harus berhati-hati dengan Harold Wayne dan Akio Kai.

"Sampai sini, rasanya mereka berdua sudah tidak bisa dipungkiri sudah melakukan sesuatu selama bertahun-tahun ... mungkin untuk si Tuan Rumah yang terhormat dan mereka hampir tidak meninggalkan bukti." Viper menatap Mitford lurus. "Aku mengkhawatirkan Miss Adaline menjadi sasaran berikutnya."

Wanita itu mencondongkan badan dan menyipitkan mata kelabunya, hendak mengintip diari yang dimaksud. "Apa saja yang diceritakan Dorothy di buku itu?" tanyanya.

Viper mengedikkan bahu. "Dorothy lebih banyak menceritakan dirinya yang ingin kabur dan perlahan rencananya diendus oleh para penguasa di rumah ini, biasanya hampir modusnya sama, didekati oleh Dokter Wayne ... dan, yah, Mr. Akio tidak akan tinggal diam saat tahu salah satu pegawai berencana pergi."

Tidakkah lima tahun dan daftar nama yang tidak ketahuan asal-usulnya itu sudah cukup bagi mereka--bagi Estate ini?

Mitford lalu angkat bicara setelah Viper menjeda, ekspresi reporter itu antara gamang dan hambar, alih-alih dia sudah melihat kengerian dipersonifikasi menjadi nyata.

"Aku dapat surat dari Ms. Adaline—mungkin semalam kau sudah membacanya? Aku lupa menyampaikannya, maaf." wanita itu memasang tampang cengengesan.

"Ah, surat itu. Tidak masalah, aku sudah membacanya." Viper mengangguk.

"Jadi, aku pergi ke perpustakaan dan ...."

Jeda. Ekspresi gamang itu lagi. Viper tidak mengomentari, menunggu Mitford perlahan memberitahukan apa yang telah ditemukannya sampai-sampai wanita yang pernah aktif di medan perang itu bergidik.

"Ada buku tentang sekte agama yang menggunakan darah manusia untuk membangkitkan orang mati, juga pemisahan tubuh dengan jiwa ...." wajahnya kecut, gerak-gerik tubuhnya tidak nyaman. "Lalu, ada bagian tentang ... elixir untuk hidup abadi? Ada beberapa bagian yang ditandai, tapi aku tidak mengerti bahasanya."

Mitford kemudian mengeluarkan sebuah surat yang Viper lihat sekilas sepertinya surat kuasa pemindahan bisnis, lantas menyerahkannya pada Viper. 

"Ada tumpukan arsip surat-surat bisnis Henry Myrtle dan asisten, tapi karena tebal sekali, aku tidak bisa membawanya. Yang jelas, surat itu dimulai dari tahun 1921 sampai 1925, sebelum bisnisnya berpindah kuasa pada Akio Kai—ada di dalam kertas itu."

Air muka Mitford yang terus berubah-ubah membuat Viper hanya bisa membayangkan kengerian yang sudah ditemukannya: kemungkinan bahwa sekte, atau keagamaan, atau entah mejik apa yang tengah pemilik rumah ini cari adalah bentuk eskapisme karena beliau kehilangan keluarganya.

"Kalau mau melihat dari sisi lain, mereka mungkin akan bilang kalau mereka melakukan 'apa yang sudah mereka lakukan' sekedar menepati keinginan Henry Myrtle."

Tapi apa kesetiaan cukup menjadi justifikasi tentang orang-orang yang lenyap, ketakutan, terpinggirkan? Tentu tidak.

"Hmm, seperti tukang kebun yang sudah merasa Mr. Akio menjadi pemilik semua aset Myrtlegrove dan ..." Viper menyundutkan rokoknya. "... Sebenarnya apa Henry Myrtle masih hidup, atau mereka sengaja menampilkan mayat dalam selimut?"

Mitford menarik napas, mengembus panjang. Gundah jelas di wajahnya. "Lalu—kau harus janji tidak akan marah untuk yang satu ini."

Viper menaikkan alis mendapati jeda itu.

"Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri." Viper bertopang dagu. "Buat apa marah?"

"Karena—" Mitford tercekat. "Mungkin ini akan menyulitkanmu dua hari ke depan. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud! Soal Henry Myrtle ... tadi aku masuk ke kamarnya."

Viper sudah menyalakan rokok berikutnya. Ekspresinya sama sekali tidak berubah.

"Hee, pantas saja kamu diterkam dua orang itu."

Dua orang itu lagi, dua orang itu lagi; sang mercusuar, terutama.

"Aku tidak sengaja, sumpah. Mana kutahu kamar pojokan itu tempat Henry Myrtle beristirahat? Aku cuma menduga!" Pipi Mitford menggembung saat ia membela diri. "Orang itu—beliau? Beliau terlihat berada di antara hidup dan mati. Entah penyakit macam apa yang diderita."

Mengetahui keluarganya yang kacau balau dan kehilangan orang-orang terdekatnya pasti membuat dirinya hancur, apalagi mereka yang menganggap keluarga adalah segalanya. Sentimen itu cukup Viper pahami karena 'keluarga'-nya pun hilang di medan perang.

"Biar kutebak, mereka langsung menyalahkan kita yang tidak pernah mencoba bertanya soal keadaan Master pada mereka, ketika mereka menutup-nutupi soal urusan rumah tangga Estate? Hah. Hipokrit."

Wanita itu mengangkat kakinya naik ke kasur, lantas meringkuk. Ada kata dalam kalimat tadi yang membuatnya terpelatuk.

"Viper Whetstone. Apakah aku hipokrit karena menggunakan identitas ganda seperti yang kulakukan selama ini?" desisnya.

Viper sekedar menyilangkan tangannya, menopang dagunya. Emosi yang dirasakan Mitford sangat beralasan. Pastinya Harold Wayne, seorang pria yang tidak tahu alasan banyak sekali orang di luar sana sekedar bertaruh untuk mempertahankan profesinya. Berbeda dengan Akio yang masih bisa tahu tempat dan jaga mulut, kekesalan Mitford utamanya bertumpu pada dokter itu.

"Coba kutanya ulang, apa kamu setuju dengan dokter yang cuma tahu urusan selangkangan kalau di luar sana banyak wanita mati-matian berpura jadi pria untuk sekedar bisa mencari sepotong roti?" Intonasinya Viper dijaga sedatar mungkin. "Atau mungkin aku hipokrit juga karena menyembunyikan identitasmu?"

Wanita itu terdiam sejenak untuk pernyataan dan pertanyaan terakhir yang diajukan Viper, tampak dia menimbang-nimbang.

"Tidak. Kau tidak hipokrit." Mata kelabu Mary mengerjap. 

Wanita itu kemudian mencoba mengalihkan pembicaraan, topik itu sama sekali bukan area aman untuknya. Menanggapi Mitford mengalihkan pembicaraan, Viper hanya turut.

"Kalau mereka ditanyai lagi, apa mereka akan menjawab keadaan Tuan Myrtle?" Viper mencatat poin tadi di dalam benaknya. "Kalau memang beliau masih hidup, ya sudah."

"Coba saja." Mitford menjawab dengan suara pelan. Wanita itu jarang sekali mengumpat dan berkata kasar - itu bukan code of conduct wartawan. Saat ini, akan tetapi, wanita itu seperti sebentar lagi akan meletus. "Tadi Harold sialan itu bilang kalau penyakit yang diderita berpengaruh pada fisik dan psikis ... kalau mengingat sejarah hidupnya, masuk akal, sih."

Topik mereka kembali ke diari Dorothy, salah satu bukti fisik di antara mereka.

"Jadi, dari diari Dorothy, apakah ada hal yang berkaitan dengan buku-buku yang kutemukan?"

Tinggal dua hari mereka di sana, belum tentu juga mereka akan kembali dalam keadaan utuh, atau tidak ada korban lain yang mendadak muncul.

"Tidak ada. Rasanya topik buku yang kau temukan tidak ada hubungannya dengan para pekerja, atau itu memang bacaan pribadi Tuan Rumah. Yah, kita paling tidak tahu kalau pria itu masih hidup, dirinya kosong atau dia sudah gila."

Viper mendorong buku tipis itu ke arah Mitford. "Pegang diari ini. Andaikan esok hari ada yang terjadi, aku percaya kau bisa mengamankan bukti yang sudah kita temukan dan juga Miss Adaline."

"Hoi, omonganmu kayak orang mau mati!" Mitford menyalak, langsung protes saat buku tipis itu diberikan padanya. "Jangan kenapa-kenapa dulu, lah. Kalau ada yang harus terluka atau tidak bisa keluar dari sini hidup-hidup, lebih baik aku saja yang berkorban!"

Tapi kalau bisa dibilang, dia selalu mengucapkan ini setiap harinya - saat makan malam dengan para penghuni barak, menjadikan guyonan siapa yang akan mengubur mayat siapa esok hari ketika letupan meriam meledak dan senapan-senapan bernyanyi.

Mitford menambahkan. "Tapi, tentu saja aku berharap kita berdua bisa kembali hidup-hidup. Jangan ada yang mati."

Wanita itu membuka-buka diari Dorothy, mempelajari isinya. Setelah beberapa saat, sepertinya ada bagian yang menarik perhatiannya.

Mitford pun membaca dengan saksama. Wajahnya pucat.

Viper menyalakan rokok berikutnya, mendengarkan protes Mitford seperti biasa layaknya masuk kuping kiri keluar kuping kanan, lalu tiba-tiba wanita itu diam. Ia tertegun melihat wajah pucat Mitford saat melihat isi buku diari itu.

"Ada apa? Apa ada hubungannya soal buku-buku itu dengan Dorothy Herring dan si tukang kebun?"

Mary berpindah ke sebelah Viper Whetstone demi menunjukkan bagian diari bertanggal 7 Januari 1926 dan tulisan yang menjadi penyebab wajah pucatnya.

"Ini ... sepertinya tulisan 'elixir' yang sudah tak terbaca," bisik Mary. Suaranya bergetar. "Lalu, tulisan yang sepenuhnya tersamarkan di bagian penutup diari. Apa ... yang sebenarnya mereka kerjakan?"

Wanita itu merosot, menopangkan kepalanya pada pinggiran meja. Ia menatap kedua mata sang detektif. "Apa yang harus kucari lagi? Apa yang harus kulakukan agar semua ini berakhir?"

Elixir untuk mengobati Master yang sakit atau elixir untuk Master yang sekedar mencarinya? Viper bisa bilang kalau Henry Myrtle tidak mencari keabadian mengingat menurut deskripsi Mitford pria itu seperti hidup lagi mati. Apa yang Viper bisa simpulkan pun Henry Myrtle adalah orang yang sudah diambang ajal, hidup layaknya mayat tapi kematian yang ditunggu tidaklah mendatanginya.

"Karena penjagaan ke ruang Henry pasti diperketat, kita mungkin cuma bisa pakai cara halus, bertanya karena mereka sudah 'menawarkan', atau ..."

Richard yang tukang bercanda itu bersedia menukar informasi dengannya, tapi memangnya dia bisa sepenuhnya dipercaya?

"Atau kalau kau sudah tidak berani untuk bertanya, nanti aku saja yang memulai." Viper menyimpulkan.

Viper ingin mengidekan untuk bertanya pada Miss Adaline, tapi posisi mereka yang sudah tidak baik hanya akan membuat maid itu terseret pada sisi tidak baik si mercusuar dan si dokter.

"Terima kasih." Mitford mendadak segan. Ia mengalihkan pandangan ke jendela. "Maaf karena aku malah menyusahkanmu."

"Tolong beritahu aku jika ada yang sebaiknya tak kulakukan. Aku takut terlalu semangat mengambil tindakan sendiri dan malah semakin menyulitkan pekerjaanmu."

"Eh, aku tidak suka membatasi kegiatan orang, lakukan saja sesukamu, seperti biasa." Viper tidak mencoba mengingatkan soal siapa yang sudah mendesak tanpa basa-basi untuk ikut ke Estate, wanita itu hanya akan depresi.

Dan pastinya bukan hanya Mitford saja yang akan diawasi gerak-geriknya.

Viper menikmati rokok dalam diam, memikirkan waktu yang sempit dan keadaan yang semakin sulit.

"Good luck, Viper Whetstone." Mary terdengar seperti setengah berbisik—suaranya parau. "Good luck juga untukku."

Mitford berbalik lagi, menghadap arah Viper. "Apakah ada lagi yang perlu didiskusikan?"

"Sudah, itu saja. Toh kau juga pasti sedang memikirkan banyak hal."

Viper sekedar membuang kepulan asap ke udara, membuat kamar itu sedikit berkabut. Sengaja dia tidak memberitahukan soal perjanjiannya dengan tukang kebun, walau dia serius soal menitipkan buku diari itu dan Gaela Adaline.

"May the best gambler win."

Mitford mengulum bibir, tangannya sudah memegangi kenop pintu.

"Aku kembali ke kamar ... kalau begitu." ucapnya. "Jangan lupa istirahat, Detektif. Memang sulit untuk rehat di saat seperti ini, tapi aku masih ingin menghampirimu di Scotland Yard setelah ini."

"... Atau mau tukar kamar lagi untuk mengecoh mereka?" tanya Viper, hampir dia lupa soal lubang di plafon itu - yang tentunya tidak akan digubris setelah Mitford dihardik oleh dua orang dalam. "Toh tidak ada yang tahu kalau kamarnya ditukar."

Mary menggeleng. "Tidak usah. Tadi pagi tidak ada apa-apa lagi, kan?"

"Hm, ya sudah." Viper kembali bersandar di kursi, buku catatan miliknya dia tutup.

"Selamat malam, Detektif Whetstone!"

Wanita itu pun pergi dari kamar Viper, dengan langkah yang lebih ringan dan ekspresi yang lebih rileks karena salah satu bebannya sudah 'berkurang'.

Viper bertopang dagu di dekat meja, ia menarik kembali dog tag yang selalu ada bersama buku catatannya ke meja, membiarkannya di sana sambil Viper menghabiskan batang rokoknya dalam diam.

Elixir untuk mengobati Master yang sakit atau elixir untuk Master yang sekedar mencarinya? pertanyaan itu melayang di benaknya.

Kalau Viper bisa melakukan apa saja, apa dia ingin mereka yang sudah mati, entah dibredeli peluru atau kehilangan separuh badannya saat air raid, kembali hidup? Tidak, Viper tidak akan meminta itu.

Hidup menurutnya adalah hukuman yang luar biasa, lebih pelik ketimbang kematian yang mengentaskan segalanya.

Dead men tell no tales - why bother to bring the dead? Why bother to live forever? Why bother to save any lives hanging by a thread?

Viper memainkan dog tag dingin itu di sela-sela jarinya sampai logam itu menghangat, meraba satu demi satu nama yang mata butanya sudah tidak bisa lagi dia lihat.

- - -

Apakah anda masih bingung? Sama, handlernya Viper pun bingung. /hei

Silakan mampir ke sudut pandang para pemain lain di RP ini, seperti biasa, karena mata kami mengamati hal-hal yang berbeda dan mengalami kejadian yang berbeda pula. (entah kenapa mensyen WP error maafkan hamba)

Harold Wayne -  https://www.wattpad.com/story/353612578-the-charming-doctor amelaerliana

Mario "Mary" Mitford -  https://www.wattpad.com/story/353615871-the-ambiguous-reporter-rp-npc-2023 izaddina

Gaelia Adaline - https://www.wattpad.com/story/353669341-the-maiden-of-secrets Nanaasyy

Akio Kai - https://www.wattpad.com/story/353636369-the-butler-mystery-of-myrtlegrove-estate Catsummoner

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro