V. Pertikaian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gila!" maki Dewa seraya melembar berkas kasus di atas meja.

Keenan yang menjadi alasan makian tersebut terucap hanya memutar-mutar kursi kerjanya. Bahkan sempat-sempatnya ia sibuk memainkan kubus rubik tanpa peduli pada sang kapten yang sedang mengamuk karena ide gilanya.

"Aku kira kamu nggak tertarik dengan kasus ini karena cara bertanyamu kemarin. Tapi, sekarang kamu dengan entengnya membawa orang baru yang bukan dari kalangan polisi ke dalam tim kita? Are you okay?" Wendy turut menyudutkan Keenan.

Keenan yang menghabiskan waktu makan siangnya di luar bersama Sofia, kembali dengan membawa informasi bahwa dia ingin seseorang bergabung dengan mereka dalam kasus ini. Terang saja seluruh anggota tim menolak. Mereka membentuk tim khusus dengan orang-orang yang ahli di bidangnya, bukan asal comot dengan latar antah berantah.

"Aku nggak akan membiarkan siapa pun masuk dalam tim ini," ucap Dewa memberi putusan akhir atas permintaan Keenan.

Keenan berdecak ringan. "Padahal dia akan sangat membantu kita. Dia salah satu ibu korban."

"Itu yang paling berbahaya. Dia perempuan. Dia keluarga korban. Kamu nggak tahu kalau mereka bisa mengacaukan segala proses penyelidikan karena emosi yang nggak stabil?" Arsen yang tidak setuju dengan Keenan juga turut angkat bicara.

"Bukankah itu baik untuk kita? Pencarian akan lebih cepat dan masalah lekas terselesaikan," jawab Keenan enteng, dengan senyum di akhir kalimatnya.

Keempat polisi yang menentang pernyataannya dibuat tercengang dengan cara berpikir Keenan. Sebelum adanya Keenan dalam tim ini mereka tidak sering berselisih paham. Apa yang mereka pikirkan selalu sejalan satu sama lain. Namun, dengan adanya Keenan tim ini seolah kehilangan arah. Bahkan Dewa pun sebagai ketua tim kembali dipermainkan oleh Keenan, orang yang paling dibencinya dalam organisasi ini.

Dewa mendekat ke arah Keenan dan mencengkeram kerah bajunya. "Seharusnya kamu memang nggak dikirim dalam tim ini. Semestinya kamu cukup mengurus orang-orang sakau itu. Orang egois sepertimu yang siap melakukan jalan pintas tanpa memikirkan orang lain nggak layak ada di sini."

Keenan tidak melawan sama sekali. Ia memperlihatkan senyumnya dengan raut wajah tenang. "Kalau begitu kenapa nggak menolak saat tahu bahwa aku akan digabungkan dalam tim ini? Bukankah kamu punya kuasa untuk itu? Atau kamu memang ingin bekerjasama denganku makanya membiarkanku masuk dalam tim ini? Atau ... jangan-jangan kamulah yang meminta mereka memasukkan namaku dalam pilihan terakhir?"

Dewa sudah tidak bisa berdiam diri lagi mendengar omong kosong dari mulut anggota tim barunya. Sebuah pukulan pun melayang menghantam pipi Keenan. Arsen dan Farrel segera mendekati Keenan guna membantunya bangkit. Dewa dikenal dengan pukulannya yang membabi buta. Wendy pun segera merapatkan diri ke arah Dewa untuk menenangkan lelaki itu.

"Nggak akan berakhir segalanya dengan pukulan itu, Pak," ujar Wendy dengan panik. Perempuan itu tahu emosi Dewa susah mereda. Ditambah lagi Keenan terus memancingnya dengan senyum yang seakan menyatakan bahwa yang dilakukan oleh Dewa bukanlah apa-apa.

"Kamu merasa menang setelah melayangkan pukulan itu? Dendammu selama ini terbalaskan? Nggak akan. Kamu nggak akan pernah puas, Wa," peringat Keenan.

Arsen yang kesal dengan Keenan karena terus memperkeruh suasana pun turut melayangkan pukulan pada kepala Keenan. "Kamu pun nggak berniat berhenti? Kita sekarang satu tim. Kalau kalian terus berkelahi seperti ini, sepertinya kami bertiga hanya akan mengurus kasus kalian. Nggak akan ada yang mengusut tuntas kasus human trafficking. Keluarga korban akan terus berharap tanpa ada jawaban sampai tahun-tahun ke depan. Para korban terus bertambah. Itukah yang kalian berdua mau? Demi kasus ini selesai, bisakah kalian tepis dulu ego kalian masing-masing?"

Farrel terkagum-kagum dengan keberanian Arsen menceramahi keduanya. Pasalnya, Arsen selama ini selalu manut dengan apa yang diperintahkan Dewa. Ia hanya fokus bekerja tanpa niat mencampuri urusan pribadi anggota lain. Kali ini Arsen memancarkan pesonanya sebagai lelaki yang menawan. Harusnya Wendy sebagai perempuan ikut terpana.

"Tapi kalian nggak bisa menerima keluarga korban di sini, kan?" Keenan mengulang lagi pertanyaan yang mengesalkan bagi anggota lain. "Kalau begitu aku seharusnya mengundurkan diri dari tim ini," lanjutnya. "Karena aku kemungkinan adalah keluarga korban."

Amarah dan kesal yang semula memenuhi gurat wajah para anggota kini berubah menjadi tanda tanya. Tidak satu pun dari mereka mengerti arah pembicaraan Keenan.

"Apa maksudmu?" Wendy mewakili semuanya untuk bertanya.

"Kalian selama ini pasti telah tertipu. Tiga tahun lalu, adikku menghilang tanpa jejak. Kurasa itulah asal mula organisasi ini bekerja," sahut Keenan santai.

"Asal mula? Kamu yakin? Ada bukti?" tanya Farrel ragu.

"Kalian hanya melihatku mengejar para pengedar narkoba tanpa tahu aku telah bekerja terlebih dahulu mengusut kasus yang saat ini kita terima." Kalimat yang menimbulkan sedikit rasa bersalah dalam diri yang lain. Karena memang nyatanya mereka tidak pernah menyukai Keenan yang bertindak sesuka hati.

"Jadi, kamu bahkan sudah punya daftar para tersangka?" Rasa penasaran Arsen tidak dapat disembunyikan.

Mereka mulai merapatkan barisan berbentuk lingkaran di depan Keenan, menunggu jawaban.

Keenan memilih kata yang lebih tepat. "Masih diduga tersangka."

"Perlihatkan pada kami. Aku akan melacaknya dan segera kita bisa menangkapnya," seru Wendy bersemangat. Wendy dulunya pernah bergabung dalam bidang teknologi informasi, sehingga tugas ini sangat biasa baginya.

"Maaf, aku keluarga korban yang bisa saja mengacaukan situasi kalau nanti aku emosi." Keenan mengulang ucapan Arsen sambil melirik lelaki bertubuh kurus yang berdiri tepat di sampingnya.

Arsen mengumpat kesal. Bisa-bisanya ia diserang balik oleh anggota baru itu. "Maaf karena aku nggak berpikir bahwa kamu ada di posisi itu." Mau tidak mau Arsen harus mengeluarkan kalimat memalukan tersebut.

"Kamu bisa mengajaknya bekerjasama, tapi dia bukan bagian dari tim kita. Dia cukup melakukan hal yang sewajarnya dilakukan masyarakat biasa." Dewa turut mengubah putusan yang mencengangkan bagi tiga anggotanya. Tidak disangka Keenan bisa mengontrol Dewa sedemikian rupa, dapat mengubah putusan dalam hitungan menit.

"Aku senang dengan keputusan itu. Tepat sekali," balas Keenan diakhiri dengan mencubit gemas pipi Dewa. Menjijikkan jika dilihat oleh yang lainnya.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro