Bab 30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Asoka memotong-motong wortel setelah dia selesai memotong brokoli. Aldo dengan telaten memberi tahu Asoka jika Asoka melakukan kesalahan. Mata Aldo tidak pernah lepas dari tangan Asoka yang saat ini sedang bekerja.

"Udah nih, Mas." Jawab Asoka pelan.

"Kamu potong bakso ini." Kata Aldo sambil menyodorkan sebungkus bakso sapi kepada Asoka. Asoka mengangguk pelan dan langsung menjalankan yang perintah Aldo.

Aldo mengambil sayuran yang sudah selasai dipotong oleh Asoka. Dia membawanya ke wastafel dan mencucinya dengan bersih. Matanya sesekali masih melirik Asoka, dia tidak bisa membiarkan Asoka bekerja sendiri karena dia masih belajar.

"Mas sudah selesai." Kata Asoka dengan keras. Seketika semua orang yang ada di dapur menoleh ke arahnya. Asoka hanya terkekeh pelan melihat banyak mata yang menatapnya. 

Aldo tersenyum melihat tingkah lucu Asoka. Dia menghampiri Asoka dengan kedua tangannya yang kerepotan membawa wadah berisi sayuran yang nanti akan dimasak.

"Kamu panaskan wajan." Perintah Aldo pelan.

Asoka mengangguk mengerti. Dia mengambil wajan bersih dan menuanhkan sedikit minyak goreng, setelah itu dia panaskan dengan api sedang.

Aldo menjelaskan tahap demi tahap yang harus dilakukan oleh Asoka. Asoka memperhatikan setiap apa yang diucapkan oleh Aldo. Walau sesekali Asoka masih bertanya karena ada yang belum dia mengerti.

"Mas tinggal angkat telvon dulu ya." Kata Aldo lembut.

Asoka menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Aldo berjalan pelan sambil menekan tombol hijau untuk menerima panggilan. Dia agak menjauh dari Asoka.

"Aduhh ... Ini yang mana dulu yang harus aku masukkan." Gumam Asoka bingung. Dia lupa dengan penjelasan Aldo tadi. Dan saat ini Aldo sedang menerima telvon.

"Yaudah deh aku masukkan semuanya langsung." Kata Asoka smabil memasukkan semua sayuran dan bakso sapi ke dalam penggorengan yang sudah siap dengan bumbu.

Asoka menggerakkan spatula untuk mengaduk sayuran yang ada di dalam wajan itu. Dengan pikiran yang tidak fokus dia mencoba untuk terus melanjutkan masakannya.

"Sudah bisa?" tanya Aldo setelah dia selesai menelvon.

"Loh kok kamu masukin barengan? Emangnya brokoli sama wortelnya udah mateng?" tanya Aldo begitu dia melihat wajan.

Asoka menggelengkan kepalanya pelan. "Aku masukin semuanya barengan." Kata Asoka lirih. "Habisnya aku bingung yang mana dulu yang harus dimasukin." Lanjut Asoka.

Aldo memukul dahinya dengan telapak tangannya. Dia merasa apa yang sudah dia jelaskan panjang lebar tadi sia-sia. Asoka tidak mengerti dengan penjelasannya.

"Sayang, aku kan sudah bilang. Bahan masakan yang teksturnya lebih keras sebaiknya dimasukkan terlebih dahulu. Agar saat mateng nanti teksturnya bisa sama." Kata Aldo menjelaskan lagi dengan lembut.

Asoka membulatkan mulutnya. Dia terkekeh pelan melihat wajan yang saat ini penuh dengan bahan masakan.

"Terus gimana? Berarti gagal dong, Mas." tanya Asoka sambil menundukkan kepalanya.

"Enggak gagal kok. Hanya kurang berhasil saja." Jawab Aldo menghibur Asoka.

"Sama saja itu." Kata Asoka semakin menundukkan kepalanya.

Aldo mengambil alih spatula yang dipegang oleh Asoka. Dia mengambil piring dan kemudian mengangkat bakso sapi yang sudah ada dipenggorengan. Apa yang dia lakukan saat ini semoga membuat hasil masakan Asoka lebih baik.

"Kamu masukinnya sudah lama ya?" tanya Aldo pelan.

"Nggak kok, selang beberapa menit kamu kembali." Jawab Asoka jujur.

"Udah kamu teruskan masakan kamu. Kalau sayurannya sudah mateng baru kamu masukin bakso sapinya." Kata Aldo dengan lembut.

Asoka menganggukkan kepalanya paham. Dia menjalankan apa yang diperintahkan oleh Aldo. Dengan Aldo yang terus memantau apa yang dikerjakan oleh Asoka.

Setelah sayurannya matang, Asoka memasukkan bakso sapi ke dalam penggorengan. Mengaduk lagi dan beberapa menit kemudian dia angkat capcay itu ke mangkok yang sudah disiapkan oleh Aldo.

"Cobain deh, Mas." Kata Asoka sambil menyendokkan capcay ke mulut Aldo.

Aldo membuka mulutnya untuk menerima suapan Asoka. Dia merasakan hasil masakan kekasihnya itu. Rasanya memang tidak senikmat masakannya, namun ini tidak buruk.

"Enak kok." Jawab Aldo sambil menganggukkan kepalanya.

"Serius?" tanya Asoka dengan mata berbinar.

"Iya." Jawab Aldo lagi.

Aldo mengambil sendok yang sedari tadi dipegang oleh Asoka. Menyendok sedikit capcay dan menyuapkan itu ke mulut Asoka. Asoka dengan malu-malu menerima suapan dari Asoka. Dia merasakan hasil masakannya sendiri, benar apa yang dikatakan oleh Aldo. Masakannya bisa dikatakan enak walaupun tidak seenak masakan ibunya. Namun rasanya ini bisa diterima oleh lidah setiap orang.

"Enak, 'kan?" tanya Aldo memastikan.

"Not bad." Jawab Asoka dengan tersenyum senang.

"Kamu bisa mempraktikkan ini di rumah." Kata Aldo pelan.

"Tapi kalau rasanya tidak seenak ini gimana?" tanya Asoka bingung.

"Ya pastinya rasanya akan sama lah. Kan sama-sama kamu yang masak."

"Kan sekarang dibantu sama kamu, kalau di rumah nggak ada yang bantuin." Jawab Asoka. Dia takut jika hasil masakannya tidak sebagus ini. Yang ada nanti dia malah dibuat sebagai bahan lelucon kedua orang tuanya.

"Kamu harus yakin kalau kamu bisa masak dengan nikmat." Kata Aldo menyemangati kekasihnya itu.

Asoka menyunggingkan senyum tipis. Dia menganggukkan kepalanya walau masih ragu-ragu. Namun dalam hati dia yakin kalau dia bisa masak kalau dia rutin belajar masak.

Aldo mengambil mangkok yang berisi capcay hasil masakan Asoka. Mendekati salah satu karyawannya yang tidak terlalu sibuk. Meletakkan capcay itu di samping karyawan itu.

"Kalian cobain masakan kekasih saya ya." Kata Aldo lembut.

"Oh terima kasih, Pak." Jawab karyawan itu dengan sopan.

"Maaf ya kalau rasanya tidak seenak masakan kalian." Kata Asoka setelah dia berada di samping Aldo.

"Namanya juga orang yang masih belajar masak. Dulu sebelum saya jadi tukang masak juga masakan saya tidak enak. Bu Asoka semangat berlatih masak ya." Kata karyawan Aldo memberi semangat kepada Asoka.

"Terima kasih ya." Jawab Asoka dengan tersenyum.

"Ayo ke ruanganku." Kata Aldo pelan.

Asoka mengangguk. Dia melepas apron yang menempel di tubuhnya. Aldo meminta apron itu untuk dia taruh ke tempat cucian kotor. Setelah itu Aldo menarik tangan Asoka untuk membawanya ke ruangannya.

Asoak membuka pintu ruangan Aldo dengan pelan. Sudah beberapa minggu dia tidak ke masuk ke ruangan ini, dia sering kesini untuk mengajak Aldo keluar atau sekedar menemui Aldo saja. Aldo mendaratkan bokongnya ke sofa panjang yang ada di ruangan Aldo. Tangannya mengambil album foto, dia membuka-buka album itu yang ternyata isinya adalah fotonya dengan Aldo.

"Besok masih semangat belajar masak?" tanya Aldo begitu dia duduk di samping Asoka.

"Iya." Jawab Asoka singkat dengan tangan yang masih sibuk membolak-balikkan album foto.

"Masak apa lagi besok?" tanya Aldo penasaran dengan masakan yang ingin diolah oleh Asoka.

Asoka menutup album foto itu dan meletakkan ke tempat semula. "Aku pengen bikin desert. Bagaimana kalau kita bikin pancake besok?" Kata Asoka memberi usulan.

"Boleh." Jawab Aldo setelah beberapa detik berpikir.

Asoka tersenyum senang. Dia bersyukur memiliki kekasih yang pintar masak. Dulu dia berpikir kalau dia tidak perlu pintar masak karena akan memiliki suami yang pintar masak, namun sikap orang tuanya yang menuntutnya untuk bersikap lebih baik membuatnya memutuskan untuk belajar masak dan lebih mandiri. Dia berharap segala upada dan usaha yang dia lakukan hari ini bisa berjalan dengan lancar.

================================

Bojonegoro, 25 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro