Bab 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langit terlihat gelap. Gumpalan awan hitam terlihat bergerombol membentuk sebuah kelompok. Angin sepoi-sepoi menambah dinginnya udara kota Surakarta. Tetesan air langit jatuh ke tanah walau tidak deras.

Dua lelaki dewasa saling bertatap mata, masing-masing memancarkan emosi yang tidak bisa mereka pendam. Tangan mengepal kuat siap melayangkan pukulan kepada lawan. Jika saja salah satu dari mereka lengah, maka dapat dipastikan dia yang akan kalah.

Perempuan berambut pendek dengan perut buncit hanya mampu duduk terpaku di kursi yang ada di pojok ruangan. Tangannya mengelus perutnya lembut dengan mata yang basah. Dalam hatinya memanjatkan doa agar suasana tegang ini segera berakhir. Dia tak sanggup jika harus terjebak dalam perseteruan dua lelaki dewasa yang sedang memperebutkannya. Dia tidak ingin terjadi perkelahian di sini.

Nana mencoba bangkit dari duduknya. Dia menghampiri Aldo yang berdiri tidak jauh darinya. Tangannya dengan lembut menggenggam tangan Aldo yang mengepal. Hal itu tidak luput dari pandangan Bagas, dia semakin mengeratkan kepalan tangannya.

"Al, sudah. Jangan dilanjutkan lagi." Kata Nana lembut.

Nana beralih melihat Bagas. Dia melihat kobaran emosi dari mata Bagas semakin menjadi-jadi. Dia tahu Bagas tak suka jika dia dekat-dekat dengan Aldo, hanya saja dia menjadi seperti ini karena ulahnya sendiri.

"Gas, lebih baik kamu pulang. Tenangin diri kamu." Kata Nana sambil mengurai kepalan tangan Bagas.

Bagas menghela napasnya. Dia mengatur napasnya agar emosinya mereda. Matanya menatap Nana dengan penuh cinta. Perempuan yang sudah membuatnya gila selama lebih dari 5 bulan itu kini ada di depannya. Rasanya dia ingin merengkuh Nana dan tak ingin melepaskannya lagi. Namun saat dia sedang berusaha mengambil hati Nana kembali, Aldo dengan terang-terangan menunjukkan jika dia siap menjadi pengganti Bagas.

"Aku akan tetap di sini menemani kamu dan calon anak kita." Jawab Bagas tegas namun masih terselip kelembutan. Tangannya mengelus perut Nana dengan lembut.

Aldo melengos ke kiri saat mendengar ucapan dari Bagas. Dadanya kembali sesak saat dia harus mengakui jika Nana adalah perempuan yang sudah bersuami dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Yang lebih menyesakkan lagi, selama Nana menghilang dari kehidupan Bagas, dia lah laki-laki yang selalu sigap membantu Nana saat Nana mengalami kesulitan. Dan kini Bagas kembali hadir ingin menjemput Nana dan memperbaiki semuanya. Rasa tak rela memenuhi hati Aldo hingga membuatnya gelap mata ingin memisahkan mereka berdua.

"Apa kau masih mau menjadi istri seorang bajingan seperti dia?" Tanya Aldo dingin.

"Ada saatnya seorang bajingan memperbaiki dirinya. Dan inilah saatnya aku menjadi yang lebih baik lagi untuk ISTRI dan CALON BAYI kami." Tukas Bagas dengan menegaskan kata-kata istri dan calon bayi.

"Cihh, bajingan seperti kau nggak akan bisa berubah." Jawab Aldo mengejek. Sebisa mungkin dia bersikap tenang saat Bagas menegaskan kata-kata istri dan calon bayi.

"Hanya orang brengsek yang menilai orang sesuka hatinya." Jawab Bagas sambil menahan emosinya.

"Cukup. Tolong tinggalkan aku sendiri, kalian berdua bisa keluar sekarang!" Kata Nana tegas.

Kedua laki-laki itu hanya diam. Sedikit pun tidak ada yang bergerak maupun melangkah pergi dari rumah itu untuk menuruti ucapan Nana. Hingga Nana kembali berteriak. 

"Keluar!" Kata Nana dengan berteriak. Hal itu membuat kedua lelaki dewasa tersebut kaget dan dengan berat hati menuruti ucapan Nana.

Nana menangis dengan keras. Dia meluapkan rasa emosinya dengan tangisan. Pikirannya benar-benar kacau, dia tak tahu harus melakukan apa. Kembali dengan Bagas membuatnya trauma dan takut jika dia akan sakit hati lagi, namun menerima lamaran Aldo bukan hal yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Sama sekali dia tidak berniat menjalin hubungan yang serius dengan Aldo. Aldo laki-laki yang baik, Nana yakin jika Aldo bisa menemukan perempuan yang lebih baik darinya.

Aldo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia teringat kejadian setahun yang lalu. Saat itu dia sedang berseteru dengan Bagas karena memperebutkan Nana. Bagas yang sebenarnya adalah suami Nana ingin memperbaiki hubungan mereka yang buruk karena Bagas menyia-nyiakan Nana. Sedangkan dia, lelaki biasa yang tidak mampu melupakan Nana sama sekali.

Perseteruan yang berlangsung beberapa minggu itu membuatnya harus mengakui kekalahan karena Nana memilih kembali bersama Bagas. Dua kali dia ditolak oleh Nana dan dia menghargai keputusan Nana. Dia sadar, Bagas lah yang berhak untuk menjaga Nana karena Bagas masih sah menjadi suaminya, sedangkan dia hanya mantan pacar Nana sebelum Nana menjadi istri Bagas.

Aldo bangkit dari duduknya menuju ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin membuatnya kembali segar. Pikirannya saat ini terpenuhi dengan cara apa yang harus dia lakukan untuk meyakinkan keluarga Asoka. Dia pikir perjalannya untuk membangun rumah tangga mudah, namun nyatanya dia harus berjuang dan meyakinkan keluarga dari kekasihnya itu.

***

Suasana tegang sedang terjadi di kediaman keluarga Ratno. Asoka yang terus saja meyakinkan keluarganya untuk merestui hubungan mereka berdua. Sedangkan keluarganya masih kekeh dengan keputusan awal mereka.

"Kamu nasih muda, lagipula kamu baru saja meraih cita-cita kamu. Apa tidak sebaiknya kamu fokus dulu ke karir kamu?" Tanya Eni lembut. Dia mencoba memberi pengertian kepada anaknya itu.

"Pernikahan bukan persoalan yang mudah. Jika kamu tidak bisa membagi waktu antara karir dan keluarga makakamu harus mengorbankan salah satu dari mereka." Kata Ratno menambahi.

"Oka pasti bisa bagi waktu, jadi istri yang baik untuk Mas Al. Ibu dan Bapak hanya perlu memberi kami restu." Kata Oka membujuk orang tuanya.

"Pokoknya Mas nggak setuju kamu nikah sama dia. Deket dia saja Mas nggak suka." Kata Bagas menginterupsi.

"Tapi kenapa, Mas?" Tanya Asoka bingung. Dia bukan lagi seorang anak keci yang bisa nurut ketika dilarang kakaknya tanpa alasan yang jelas.

"Kalo kamu ingin tau kenapa mas larang kamu, karna dia mantan pacar ipar kamu." Jawab Bagas dengan keras.

Asoka memelototkan matanya. Dia tak menyangka jika Aldo dan Nana pernah menjalin hubungan. Begitu juga dengan Eni dan Ratno, dia tak pernah berpikir jika Aldo adalah laki-laki yang menolong Nana ketika Nana dalam pelarian dari Bagas.

"Gas, itu hanya masa lalu. Kenapa masih kamu ungkit dan kamu jadikan alasan untuk menghalangi cinta mereka?" Tanya Nana mulai emosi. Suaminya telah berjanji jika dia tidak akan pernah mengungkit masa lalu mereka, tapi kini dia terang-terangan mengingatkan jika Aldo adalah mantan kekasihnya.

"Bagaimana aku tidak menghalangi cinta mereka? Apa kamu tidak berpikir jika Aldo kembali hanya untuk mengusik rumah tangga kita lagi." Jawab Bagas tidak mau kalah.

Nana mengerutkan keningnya. Dia tidak setuju dengan argumen suaminya. Dari dulu hingga sekarang Bagas masih belum berubah. Dia masih saja berpikiran buruk tentang Aldo.

"Untuk apa dia mengusik rumah tangga kita lagi? Lagipula dia sudah punya Asoka."

"Kamu tidak ingat bagaimana dulu dia mencintai kamu? Dia banyak berkorban demi nolongin kamu yang jelas-jelas sudah memiliki suami. Bisa saja, 'kan dia datang lagi menggunakan Asoka sebagai alat untuk menghancurkan rumah tangga kita." Jawab Bagas mulai emosi. Dia merasa geregetan dengan istrinya, bagaimana mungkin dia bisa tenang dalam situasi seperti ini.

"Cukup." Kata Ratno keras.

Asoka hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar pertengkaran antara Bagas dan Nana. Dadanya begitu sesak saat tahu jika Aldo adalah masa lalu kakak iparnya. Kata-kata Bagas yang bilang jika dulu Aldo sangat mencintai Nana membuatnya merasa sakit, apa mungkin laki-laki sebaik Aldo tega menjadikannya alat untuk membalas dendamnya kepada kakak dan kakak iparnya?

"Oka kamu dengerin kata-kata Mas. Segeralah putus dengan Aldo, Mas nggak ingin kamu merasakan sakit hati yang lebih dari ini." Kata Bagas lembut.

"Gas, kamu bener-bener egois ya. Kamu nggak mikirin perasaan Oka, kamu nggak mikirin perasaan aku. Dengan sikap kamu yang seperti ini sama saja kamu curigain aku." Kata Nana dengan berkaca-kaca. Dia memilih pergi dari ruang keluarga.

Tiga tahun lebih Nana menjadi istri Bagas namun hingga sekarang Bagas tidak percaya dengan kesetiaannya. Bagas benar-benar meragukan kesetiaanya hanya karna orang dari masa lalu kembali hadir di tengah-tengah kebahagiaan mereka.

Bagas hanya mampu menatap kepergian istrinya. Dia benar-benar bingung dengan situasi ini. Dia tak bisa melupakan begitu saja bagaimana dekatnya hubungan Aldo dan Nana dulu. Dia takut hadirnya Aldo hanya untuk merusak rumah tangganya dan merebut Nana lagi. Jika hal itu terjadi, bukan hanya dia yang sakit hati namun Asoka juga akan terluka.

================================

Bojonegoro, 7 April 2020

Cerita perseteruan Bagas dan Aldo bisa dibaca lengkap di Dreame dengan judul "AFSANA".

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro