SENJATA MAKAN TUAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Gadis itu mendorong da-da Malik agar menjauh sekaligus melepaskan pagutannya. Tapi ternyata tidak demikian yang terjadi. Laki-laki itu semakin menghimpitnya dengan keras, tak peduli napas Rindu yang megap-megap karena sesak, tak peduli dengan air mata yang mulai merebak di mata Rindu karena merasa dilecehkan dengan demikian vul-gar.

Sementara Malik terlihat sangat menikmati ciuman sepihak yang dia lakukan terhadap Rindu. Dia benar-benar menikmati kepolosan Rindu yang tak pernah membalas pagutan panas yang dia berikan pada Rindu. Padahal kalau perempuan lain mungikn sudah menyambar lebih dulu sebelum Malik mencium.

Tapi hei... lihatlah! Gadi ini malah menangis di bawah ciuman Malik. Yang Malik tahu kemudian adalah ketika bibirnya yang terus menginvasi bibir Rindu merasakan asin. Dan ketika Malik membuka matanya, tahulah dia bahwa Rindu menangis, sehingga mau tak mau laki-laki itu menghentikan invasinya atas bibir Rindu dengan berat hati. Padahal sungguh, Malik tak ingin melepaskan ciumannya atas bibir Rindu yang manisnya menjadi semacam candu, yang lembutnya laksana sutra nan sejuk.

Malik menghentikan cumannya. Napasnya yang ngos-ngosan menghambur ke wajah Rindu yang menangis dengan mata terpejam. Malik memejamkan matanya, menempelkan ujung hidungnya yang mancung pada ujung hidung Rindu yang sesenggukan. Dipuaskannya dia menghidu aroma manis napas Rindu.

Tangan Malik gemetar ketika ibu jarinya merasa bibir Rindu yang bengkak karena ciumannya yang memaksa, melumat tanpa memberi Rindu kesempatan untuk bernapas.

"Keluarlah sebelum aku khilaf dan kamu hancur karenaku, Rindu!" ancam Malik dengan suara menggeram penuh amarah dengan mata yang masih terpejam rapat.

Rindu bagai tersadar dari kekalutannya ketika Malik meraba saku celana pendeknya, mengambil kunci pintu kamarnya kemudian membukanya, memberi kesempatan terakhir pada Rindu dan juga pada dirinya sendiri agar terbebas dari amukan naf-su yang mulai tersulut di tubuh Malik.

Mendapat kesempatan bagus, Rindu segera mendorong tubuh Malik kemudian berbalik arah dan segera kabur dari kamar mengerikan itu. Setelah Rindu berhasil keluar dari kamarnya, Malik bagai tersadar dari keterlenaannya akan naf-su yang selalu saja bangkit jika berdekatan dengan Rindu.

Laki-laki itu terhuyung berjalan ke arah ranjan, kemudian menghempaskan dirinya di sana. Matanya yang semula terpejam, kini membuka dengan nyalang. Menatap langit-langit kamarnya dengan nanar. Kemudian kedua tangannya meraup wajahnya, seolah menyadarkan dirinya akan apa yang telah dia lakukan tadi.

Naf-su yang menyerangnya saat bersama Rindu, perlahan mulai mereda seiring detakan jantungnya yang mulai lirih. Tapi matanya belum juga mau dipejamkan. Malik masih terjaga dengan pintu menuju balkon yang juga masih terbuka lebar, mengirimkan semilir angin malam yang sejuk.



Notes :

Spesial yang kemarin udah nanya2 kapan update, selamat berakhgir pekan. Semoga terhibur.


Bab lengkap ada di aplikasi FIZZO dengan judul yang sama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro