bagian kedua dari saya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


-Anda harus tentukan pada kubu mana Anda akan berpihak detik ini juga.

-Ah, Anda baru saja tiba, Jenderal. Duduklah dulu. Saya akan menyuruh pelayan untuk membuatkan teh. Lalu kita diskusikan hal ini.

-Tidak bisa! Kita sudah terlalu banyak membuang waktu!

-...

-Apa Anda tidak tahu bahwa Riyanto sudah semakin sering mempertanyakan keberpihakan Anda? Dia sudah sangat curiga!

-...

-Bahkan dia sudah akan memerintahkan seseorang untuk mengawasi gerak-gerik Bapak jika saya tidak menahan!

-...

-Tidak bisa begini-begini terus! Anda harus segera menentukan keputusan atau kepercayaan Riyanto pada Anda akan benar-benar kandas tidak bersisa!

-Rendahkan nada bicaramu.

-Saya tidak bisa lagi menahannya!

-Kauhargai aku? Rendahkan nada bicaramu.

-...

-Surutkan ledakan emosimu sebelum kita kembali berbincang soal ini. Aku tidak akan berbicara jika napasmu saja masih terdengar seperti banteng mengamuk

-...

-Jangan memelototkan matamu selebar belanga padaku.

-...

-Kau harus bersyukur bahwa kediamanku tidak memungkinkan siapa pun untuk dapat mendengar suaramu yang sudah bisa menandingi bunyi petir di luar sana, Subroto.

-...

-Bisakah kau merenungkannya?

-...

-...

-Saya hanya ingin agar Anda tidak sampai memilih pilihan yang salah. Saya sudah menganggap Mas Jati seperti saudara saya sendiri sejak Mas menjadi kakak kelas saya semasa SMA dulu. Saya benar-benar tidak ingin Mas menyesal di kemudian hari.

-Aku tahu. Tetapi aku tidak tahu mengapa kau tiba-tiba tersulut seperti habis kerasukan setan. Iblis mana yang sedang menyinggahimu? Apa yang membuatmu harus berpikir bahwa kita kehabisan waktu, hah?

-...

-Aku sangat mengenalmu, Subroto. Tidak akan kau bertindak seperti orang kesetanan jika tidak ada peristiwa yang terjadi. Beri tahu aku.

-Sudah saya katakan-

-Tetap kontrol intonasimu atau kita sudahi saja pembicaraan ini.

-Saya sudah mengatakannya. Riyanto sudah akan mengirimkan seseorang untuk memata-matai Mas. Dia sudah curiga jika Mas tidak akan mendukungnya. Kita berdua tahu bagaimana watak Riyanto. Dia tidak akan ragu untuk bertindak nekat jika tidak lagi menaruh rasa percaya. Bukan mustahil dia akan menyingkirkan Mas Jati sama seperti dia menyingkirkan menteri perempuan itu.

-Aku tahu. Aku mengerti bahwa kau hanya mengkhawatirkan keselamatanku.

-Jika Mas Jati mengerti, lalu di mana letak masalahnya?

-Sulit bagiku untuk memutuskan.

-Saya tidak mengerti. Hal apa lagi yang menjadi penghalang bagi Mas untuk membuat keputusan?

-Kaulupa? Dulu aku bukanlah apa-apa bagi negara. Bahkan aku bukan apa-apa di mata Riyanto. Aku berada di puncak karir seperti sekarang ini, memiliki posisi sebagai orang nomor satu dalam kelompok pemberantas rasuah, tidak lain dan tidak bukan adalah karena Pak Presiden. Bukankah aku akan menjadi pengkhianat jika berbalik mendukung Riyanto pada Pemilu tahun depan?

-Anda sudah resmi mengkhianati Presiden saat Mas memiliki keraguan akan kemenangannya pada Pemilu tahun depan. Tetapi tidak ada yang salah dalam hal ini. Kita hanya berpikir logis dengan melihat peluang-peluang yang tersedia. Juga memikirkan karir untuk jangka panjang. Jelas ini berbeda dengan persoalan balas budi, iba, atau rasa terima kasih Mas Jati terhadap Presiden.

-Namun aku jelas masih memiliki rasa manusiawi

-...

-Bagaimana dengan kau sendiri, Subroto?

-Keputusan saya masih sama dan tetap tidak akan berubah hingga Pemilu nanti.

-Kau sudah begitu yakin.

-...

-Berapa peluang yang dimiliki oleh Pak Presiden sekarang?

-Empat banding tujuh untuk kemenangan Riyanto.

-Bagaimana dengan kandidat yang satu?

-Riyanto sudah memastikan bahwa dia tidak akan menang. Hanya Pak Presiden yang tersisa menjadi lawan terkuat Riyanto.

-...

-Tak ada pilihan lain, Mas.

-Apakah Pak Presiden benar-benar sudah tidak memiliki kemungkinan lagi?

-Meskipun ada, angkanya mungkin sangat kecil. Perbandingan yang saya sebutkan tadi pun masih akan terus menjauh. Yang satu bergerak selambat kura-kura. Sementara yang lain akan bergerak selicik ular. Riyanto tidak akan berhenti sebelum kemenangannya telah benar-benar pasti. Dia akan melakukan apa pun untuk membalas kekalahan empat tahun yang lalu.

-Berikan aku waktu.

-Tapi-

-Kubilang beri aku waktu. Mudah-mudahan besok aku sudah bisa memberitahumu apa pilihanku.

-...

-Ada apa?

-...

-Apa masih ada hal yang ingin kausampaikan kepadaku?

-Ini ....

-...

-Saya-saya-

-Mengapa kau tiba-tiba tergagap seperti itu?

-Saya tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.

-Tinggal katakan saja seperti tadi kau berbicara panjang lebar di depanku. Apa susahnya?

-Yang ini berbeda.

-Cepat katakan. Urusanku masih banyak.

-...

-Kau tidak mau?

-Mas, apa ... apa Anda tidak pernah penasaran?

-Penasaran untuk apa?

-Untuk ... mengapa Riyanto tidak memiliki keturunan.

-Tidak. Untuk apa pula aku memikirkan hal itu. Bukan urusanku.

-Tapi Mas-

-Tapi apa?

-Tapi, bagaimana kalau desas-desus itu benar adanya?

-Apa maksudmu?

-Bagaimana kalau memang seperti itu?

-Berbicaralah yang jelas.

-Bagaimana jika kabar burung itu justru adalah kenyataan yang membuat Riyanto tidak bisa-atau tidak mau memiliki keturunan?

-Kau ...?

-Itu bisa saja bukan kabar burung belaka.

-Maksudmu ... gosip bahwa Riyanto melakukan ....

-Benar, Mas. Pesugihan.

***

Ada yang mau protes?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro