bagian ketiga milik saya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pesugihan.

Tunggu. Ah ….

Pembaca yang budiman, saya tahu bahwa Anda merasa tidak mengerti setelah membaca bagian pertama milik saya dan bagian kedua dari saya yang ternyata tidak saling berhubungan. Tidak ada kesinambungan di antara keduanya. Begitulah yang terlihat dan terasa oleh Anda, wahai pembaca yang budiman.

Namun saat bagian kedua tersebut ingin terbentuk, saya benar-benar tidak bisa menolong pikiran saya untuk tidak memikirkan percakapan-percakapan yang terjadi malam itu. Seperti ada sesuatu tidak terlihat yang memerintahkan jaringan-jaringan dalam otak saya untuk terus mengingat percakapan yang sesungguhnya saya sendiri pun tidak mengerti apa maknanya.

Ah, handai. Maafkan saya telah membuat Anda kebingungan. Tetapi, saya sungguh tidak dapat menghentikan pikiran saya hingga menyuarakannya ke dalam tulisan. Untuk menebus kesalahan tersebut, saya akan kembali pada kejadian yang seharusnya saya ceritakan kepada Anda semua. Peristiwa tentang bagaimana saya bertemu dengan Yang Sempurna. Pertemuan yang terjadi jauh, jauh sebelum percakapan-percakapan malam itu saya dengar. Hingga tak ayal memunculkan satu pertanyaan yang paling krusial bagi saya saat itu.

Mengapa ada waktu yang sama sekali tidak mengenal waktu?

Masih saya ingat bagaimana gelap begitu memeluk seluruh bagian dari diri ini. Lalu bagaimana kelembutan yang menghimpit dengan pelan malah membuat saya merasa sesak dan terjepit. Bersama sebuah pertanyaan yang selalu berkeliaran dalam otak yang tidak pernah saya miliki. Hingga entah mengapa saya tiba-tiba saja menjadi begitu peka terhadap dering bel yang berbunyi. Yang menjerumuskan saya ke dalam sebuah penantian. Namun untungnya sebuah penantian yang memiliki ujung.

Saya tahu ada sesuatu yang terangkat ketika akhirnya mereka membiarkan saya untuk menikmati sebuah cahaya yang entah berasal dari sinar apa—di kemudian hari baru saya tahu bahwa itu adalah lampu yang terang. Semuanya terasa begitu … hangat.

Saya belum begitu memperhatikan sekitar, masih sangat larut dalam kehangatan yang sangat berbeda dengan tempat saya selama ini. Hiruplah aromanya! Pembaca yang budiman, dapatkah Anda menghirup aromanya? Saya memang tidak begitu yakin dengan eksistensi indra penciuman, namun siapa yang dapat dengan teganya mengabaikan aroma paling memabukkan yang pernah ada ini!

Berhari-hari kemudian, barulah saya mengetahui bahwa itu adalah aroma yang menguar dari sebuah rumah makan daerah. Handai, betapa sederhananya hidup ketika bisa berbahagia dengan hal seperti itu.

"Apakah Anda benar-benar tidak menjual yang ini?"

Tidak, Pak. Kami tidak menjual yang ini. Maaf sekali. Saya sangat menyesal, balas sebuah suara yang menjadi lawan bicaranya.

"Ah, tapi saya benar-benar telah menaruh hati pada yang ini. Tidak bisakah Anda mempertimbangkan kembali untuk menjualnya?"

Anda bisa melihat dan membeli yang lain. Saya akan menunjukkannya kepada Anda. Banyak benda yang jauh lebih antik dan bernilai tinggi daripada yang satu ini, Pak.

"Maaf jika saya terkesan sedikit memaksa, tapi pertimbangkan sekali lagi. Jika ini masalah uang, Anda tidak perlu khawatir. Saya akan membayar berapa pun untuk mendapatkan yang ini."

Terdengar helaan napas sebelum sebuah balasan kembali menyusul keluar dari lawan bicara. Dulu, laki-laki yang menjualkan benda ini pada saya telah berpesan untuk tidak melepas arloji ini kepada siapa pun. Siapa pun dia atau berapa pun bayarannya. Beliau juga berkata, bahwa keturunannya akan datang dan mengambil sendiri benda ini dari toko saya. Saya pun telah berjanji seperti itu kepadanya. Saya sangat menghormati Beliau, karena itu saya tidak bisa melanggar janji itu. Dan sama seperti itu, saya juga menghormati Anda. Karena itulah saya memberitahukan asal usul benda ini kepada Anda, Pak.

Saya mendengar saja sewaktu kalimat-kalimat saling berbalas itu didengar oleh telinga saya. Yang satu memakai pakaian yang sangat rapi. Dan yang lain memakai pakaian biasa. Lagipula, saya tidak bisa menyuarakan pendapat. Hanya lewat baris-baris tulisan yang sedang Anda semua bacalah saya dapat memberitahukan pendapat saya. Dan sama seperti Anda, saya pun sebetulnya sungguh penasaran bagaimana saya bisa muncul di dunia ini. Atau bagaimana saya bisa ditempatkan di dalam kegelapan tidak terbatas itu.

"Ah … begitu ternyata. Sayang sekali."

Maafkan saya, Pak.

"Tidak apa-apa."

Jika Anda masih berminat, saya bisa memperlihatkan kepada Anda benda-benda lainnya.

"Tunggu dulu."

Ada apa, Pak?

Tan hana dharma mangrwa*, balas laki-laki berpakaian rapi.

Selama beberapa saat saya hanya melihat keheningan yang terselip di antara mereka. Begitu khusyuk. Namun seperti ada sesuatu pengertian yang terpancar oleh mata keduanya. Yang tidak dimengerti oleh makhluk seperti saya. Hingga akhirnya laki-laki lain yang berpakaian biasa itu mengeluarkan suara.

Anda …, ujarnya dengan suara yang tersekat.

"Tidak ada kebenaran yang bermuka dua."

Saya mengerti. Andalah orangnya.

***

* Tan hana dharma mangrwa: Semboyan Lembaga Pertahanan Nasional yang berarti, tidak ada kebenaran yang bermuka dua. Atau secara praktis diartikan menjadi, bertahan karena benar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro