15. Ketahuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hujan tanpa henti melanda desa dadak hingga nyaris tengah malam. Karena udara yang begitu dingin, Deli beberapa kali merasa ingin pergi ke toilet, tetapi tidak memiliki teman untuk pergi ke sana.

Mata cantik perempuan itu menjelajah, mencari orang yang masih belum tidur. Sayangnya, tidak ada satupun dari teman-temannya yang masih bangun dan Deli yang sudah tidak tahan memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Di luar rumah t terlihat begitu gelap dengan rintik hujan yang masih terus turun. Apa aku lari aja ya ke toiletnya?

Pertanyaan aneh itu tiba-tiba terlintas di benak Deli ketika keinginannya untuk buang air kecil terus datang. Perlahan, tangannya membuka pintu belakang rumah. Namun, sempat terhenti karena suara seseorang di balik tubuhnya.

"Mau kemana?" tanya orang itu dan Deli langsung membalik tubuhnya.

"Mas Sean!" pekik Deli. Namun, Sean langsung membekapnya.

Mata pria itu menatap sekeliling, terutama ruang yang mereka gunakan untuk istirahat. "Berisik banget sih. Nanti yang lain bangun."

Perlahan, Sean melepaskan tangannya dari mulut Deli setelah perempuan itu mulai sadar.

"Ya lagian, kenapa ngagetin gitu sih!"

Deli tentu membela dirinya karena merasa tidak bersalah. Dia cukup bingung setelah tau Sean mengikutinya padahal sebelumnya perempuan itu melihat dengan jelas Sean menutup mata.

"Aku nanya, bukan ngagetin kamu."

"Ya, terserah lah."

"Terus, kamu ngapain di sini?" tanya Sean lagi dan tiba-tiba keinginan buang air kecil Deli kembali datang.

"Oh iya, aku pengen pipis. Temenin dong, Mas," rengek Deli sembari menggoyang-goyangkan tangan Sean yang kini dia genggam.

"Ya udah, ayuk."

Kedua orang tersebut keluar dari rumah menuju toilet. Seperti biasa, Sean akan menunggu di depan pintu sembari memperhatikan sekeliling.

Dari dalam, Deli terus mengajaknya berbicara agar tidak merasa takut. "Mas, Mas masih di luar kan?" tanyanya dan Sean berdeham sebagai jawaban.

Tak lama kemudian, Deli keluar dari toilet dan langsung mengaitkan tangannya ke lengan Sean dengan wajah sedikit ketakutan.

Saat Deli mencoba melangkah dan menarik Sean, pria itu tak kunjung bergerak dan Deli mengangkat wajahnya. Sean tersenyum menatap Deli yang kini memukul lengannya. "Ayo jalan, Mas."

Menanggapi rengekan Deli, Sean mengulurkan tangannya yang kosong dan mengusap pipi perempuan yang menyandang sebagai pacarnya itu. "Kamu takut ya?"

"Nggak usah nanya. Ayuk, buruan balik."

Deli dan Sean akhirnya masuk ke dalam rumah setelah berdebat kecil. Si pria masih asyik menertawakan pacarnya yang langsung memasang wajah cemberut.

"Nyebelin banget sih, Mas!" ucap Deli lagi dan Sean langsung menarik perempuan itu ke dalam pelukannya.

"Udah ya, nggak usah takut lagi. Kan sudah ada aku di sini."

Deli mengangguk pelan di dalam bekapan Sean. Keduanya masih berada di dapur yang cukup jauh dari ruang tengah. Namun, interaksi intim keduanya tertangkap oleh seseorang yang kini berdiri terpaku dengan mata tak kunjung berkedip. "Deli," panggilnya dengan suara bergetar.

Ares tidak bisa berucap apalagi setelah melihat Deli dan Sean berpelukan. Perasaannya begitu hancur seketika.

Kedua orang yang diliat Ares  langsung menjauh. "Ares," panggil Deli pelan sembari mendekat ke arah pria tersebut.

Wajah Deli menunduk dengan penuh rasa bersalah. Tangannya perlahan bergerak untuk menggenggam tangan Ares. Namun, pria itu langsung menjauh darinya. "Sorry, Res."

"Sejak kapan? Sejak kapan kalian begini?" tanya Ares dengan sedikit terbata.

Mendengar hal itu, Sean langsung melangkah maju dan merangkul Deli dengan erat. "Sejak beberapa hari yang lalu," jawabnya dan Ares mengusak kasar wajahnya.

"Kalian bohongin kita semua?" tanya Ares lagi.

Merasa apa yang Ares tuduhkan salah, Deli menggeleng dengan cepat. "Nggak kami nggak bohongin kalian. Kami cuman nggak mau hubungan ini ngehancurin kegiatan relawan kita."

Ares berdecih pelan seakan meremehkan ucapan Deli. "Kalian emang sudah ngehancurin kegiatan relawan ini."

Saat Ares mencoba pergi, Deli menahannya dan kedua orang tersebut bertatapan cukup lama. "Aku mohon, jangan kasih tau siapa-siapa tentang masalah ini."

Tanpa menjawab, Ares menghempaskan tangannya agar genggaman Deli terlepas dan bergegas pergi meninggalkan kedua orang tersebut.

Merasa Deli tengah tertekan, Sean mendekatinya dan memeluk perempuan itu dari belakang. Beberapa kali, Ares mencium kepala Deli dan mengucapkan beberapa kalimat penenang. "It's okay, Del. Nggak bakal terjadi apa-apa kok."

Sebenarnya jauh di lubuk hati Sean, dia sama khawatirnya seperti Deli. Tetapi jika dia menyampaikan hal itu, siapa yang akan menguatkan pacarnya?

Semalaman, Sean tidak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi esok hari. Ares pergi entah kemana setelah pertengkaran semalam dan untungnya Deli bisa tertidur di sisinya.

Saat pagi tiba, Sean kembali melakukan aktivitasnya walau tidak tidur semalam. Dia menemani beberapa relawan untuk melanjutkan pemeriksaan kesehatan warga dengan mendatangi rumah mereka satu persatu.

Walau hanya bertugas untuk menemani, nyatanya Sean tidak bisa fokus pada aktivitasnya. Kepala pria itu tiba-tiba terasa berat dan dia memutuskan untuk pamit terlebih dahulu. "Saya balik duluan ya, kepala saya tiba-tiba sakit."

"Oh iya, Mas. Nggak pa-pa, lagian cuman tinggal satu rumah kok," ucap Ara sembari memperhatikan wajah Sean yang begitu pucat. "Mas bisa balik sendiri atau mau ditemenin?"

Sean menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau merepotkan siapapun, termasuk Ara dan Wahyu. "Nggak usah. Saya bisa balik sendiri. Terimakasih tawarannya."

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan ya."

Ara dan Wahyu terus memperhatikan Sean yang sudah menjauh dari mereka. Setelah merasa yakin, Sean aman. Mereka kembali berjalan menuju rumah terakhir yang akan diperiksa.

Langkah berat Sean akhirnya membawa pria itu sampai di depan rumah yang terbuka lebar pintunya. Sean yakin, sudah ada relawan yang pulang sehingga pintu rumah mereka terbuka.

Saat masuk, dia melihat sosok Ares, Bayu dan Raka yang tengah sibuk mengutak-atik laptop mereka.

"Eh, Mas Sean udah balik?" tanya Bayu yang membuat Ares dan Raka menoleh secara bersama-sama ke arah Sean.

"Iya, saya lagi nggak enak badan. Jadinya, langsung balik," jawab Sean dan Bayu mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Saya istirahat dulu ya."

"Iya, Mas. Silakan."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro