20. Pulang (End)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di hari terakhir ini, semua relawan berkumpul di balai desa untuk menghadiri acara perpisahan. Saat acara berlangsung, semua yang hadir tidak bisa menahan rasa haru karena akan berpisah.

"Saya selaku Kepala Desa Dadak, berterima kasih kepada adik-adik relawan terutama Mas Sean karena sudah memilih desa kami untuk dijadikan tempat tujuan. Saya harap, setelah ini komunikasi di antara kita semua dapat berjalan lancar."

"Amin."

Setelah acara selesai, para relawan dan warga yang hadir langsung menyantap makanan yang disediakan. Saat itu, Sean menarik tangan Deli untuk mengikutinya.

"Kenapa sih, Yang? Kenapa narik-narik tangan aku gini?" tanya Deli di tengah perjalanan.

"Pokoknya ikut aku dulu ya."

Keduanya akhirnya sampai di pondok yang biasa mereka jadikan tempat berteduh. Setelah duduk berdampingan, Sean menggenggam kedua tangan Deli dan menatap matanya dengan dalam.

"Yang, sekarang kegiatan relawan kita sudah selesai. Tapi, aku nggak mau hubungan kita juga ikut selesai."

"Apaan sih, Yang. Apa hubungannya coba?" tanya Deli dengan sedikit bercanda.

"Kamu lupa kalau kita tinggal di pulau yang berbeda?"

Deli menggeleng cepat dan melepaskan tangannya, lalu beralih menepuk pundak Sean. "Aku nggak lupa kok, Yang. Emangnya kalau kita tinggal di pulau yang berbeda, kita harus putus gitu?"

Bergantian dengan Deli, kini Sean yang menggeleng dengan sekuat tenaga. "Nggak, aku nggak mau putus sama kamu."

"Ya udah, tinggal jalanin aja kan?"

"Tapi ... ."

"Tapi apa?" potong Deli karena merasa sedikit kesal dengan Sean. "Tapi kita harus LDR?"

Pertanyaan Deli membuat Sean mengangguk pelan, wajahnya terlihat menggemaskan seperti anak kecil yang tengah cemberut karena tidak dibelikan es krim.

"Udahlah, Yang. Aku nggak masalah kok kalau kita harus LDR."

"Beneran?" tanya Sean memastikan dan Deli langsung menganggukkan kepalanya.

"Iya. Asal kita sama-sama saling terbuka dan jaga diri, aku yakin hubungan kita akan baik-baik aja."

Sean merasa lega setelah mendengar jawaban Deli. Perempuan itu memang jauh lebih muda darinya, tetapi pikirannya sekarang jauh lebih dewasa.

"Udah selesai kan masalahnya? Yuk, lita balik ke balai desa. Kasian yang lain kita tinggal."

Deli bersiap bangun dari duduknya setelah berbicara. Namun, Sean menarik tangan perempuan itu dan langsung memeluknya erat. "Del, aku sayang banget sama kamu."

"Iya. Aku juga."

Kesibukkan kembali menerjang Deli dan teman-teman relawannya. Selain harus menyelesaikan laporan akhir, mereka juga harus mengepak semua barang yang akan dibawa pulang. Semua harus diperiksa dengan detail sehingga tidak ada yang tertinggal.

"Handuk aku mana ya?" monolog Deli setelah memasukkan semua pakaiannya, tetapi tidak menemukan handuk yang biasa dia gunakan.

Ara yang baru saja duduk di sisinya kemudian menjawab sembari ikut sibuk memasukkan pakaian ke dalam tasnya sendiri. "Di belakang, lagi dijemur."

Deli yang sadar kemudian langsung berlari ke belakang dan mengambil handuknya. Saat kembali duduk di tempat semula, perempuan itu kembali bertanya. "Kalau semua baju kita masukin. Besok mau pake baju apa?"

Kepolosan Deli membuat Ara sedikit kesal, pertanyaan perempuan itu benar-benar di luar nalarnya. "Ya dipisahin dong baju yang mau kamu pake besok!"

Sesuai janji. Mereka semua pulang pada pukul delapan pagi, bergantian diantar dengan ojek sampai ke rumah yang pernah mereka inap-i di kota.

Seperti saat datang, Deli dan Sean dibonceng bersama sehingga membuat memori mereka kembali muncul. "Nggak kerasa ya. Kita sudah harus pulang," ucap Deli dan Sean mengangguk pelan.

Untungnya cuaca hari ini sangatlah baik dan mereka sampai di kota dengan waktu yang sangat singkat walau harus menempuh waktu 7 jam kembali sampai ke bandara.

Di bandara, mereka memutuskan untuk berfoto sebagai kenang-kenangan dan setelah itu, Sean terus mengikuti Deli seakan takut kehilanga. "Udah dong. Nggak usah ngikutin aku terus!"

Sebenarnya Deli menyukai apa yang Sean lakukan, tetapi pria itu sedikit berlebih karena mengikutinya sampai ke toilet.

"Iya ih, Mas Sean! Kita tuh mau pipis!"

"Ya udah, kalian masuk aja. Saya tunggu di sini."

Begitu keras kepalanya Sean saat ini. Dia hanya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin saat masih bersama Deli.

Setelah kedua perempuan itu keluar dari kamar kecil, Sean kembali mengikuti mereka sampai ke restoran tempat semua tengah berkumpul.

"Sebelum kegiatan ini bubar, saya mau meminta maaf jika saya memiliki kesalahan. Saya harap suatu saat nanti, kita bisa bertemu lagi," ungkap Rio setelah semuanya sudah berkumpul. Mata pria paruh baya itu kemudian beralih pada Sean yang tengah sibuk memperhatikan Deli. "Hmm, Mas Sean. Ada yang mau disampaikan?"

Yang ditanya langsung terkejut mendapati namanya dipanggil, Sean kemudian bangun dari tempat duduknya dan menatap wajah para relawan satu persatu. "Saya nggak bakal banyak bicara. Saya cuman mau berterima kasih kepada kalian semua, karena sudah mau menjadi bagian dari kegiatan relawan perusahaan kami. Saya harap kalian bisa menjadikan kegiatan ini sebagai sesuatu yang bermanfaat di kemudian hari."

Setelah menunggu cukup lama, pengumuman pesawat yang akan dinaiki para relawan dan juga Sean pun terdengar. Satu persatu dari mereka melakukan Check in dan masuk ke dalam pesawat.

Karena ini kali terakhir mereka bisa bersama, Sean terus menggenggam tangan Deli dan membawanya ke dalam pelukan hangat pria itu. "Yang, makasih sudah hadir di hidup aku," bisiknya di saat Deli tengah tertidur pulas.

Sesampai di jakarta. Deli dan Sean harus benar-benar berpisah. Sebelum kekasihnya itu pergi, Sean menemaninya dan membelikan perempuan itu beberapa makanan untuk dijadikan buah tangan. "Ini buat Mama sama Papa kamu ya. Bilangin dari calon suami kamu."

Godaan yang Sean lontarkan membuat Deli bersemu, sudah lama sejak terakhir berpacaran akhirnya dia merasakan berbunga-bunga lagi. "Apaan sih, Yang. Lebay banget."

Sean tersenyum kecil menanggapi ucapan Deli. Semakin sering menatap wajah kekasihnya itu, semakin Sean tak sanggup untuk berpisah dengannya.

Di tengah kegiatannya memandang wajah Deli, tiba-tiba terdengar suara pengumuman penerbangan Deli ke kota tempat dia tinggal.

Sean dan Deli kompak menatap langit, lalu setelahnya bertatapan cukup lama. "Aku sudah harus balik, Yang."

Dengan amat sangat berat, Sean menganggukkan kepalanya. Namun, tiba-tiba Deli mengalungkan tangannya di leher Sean dan mengecup bibir pria itu singkat yang membuatnya terkejut.

Melihat ekspresi wajah kekasihnya yang sangat lucu, Deli tertawa kecil dan berlari menuju tempat dia masuk ke dalam pesawat.

Sembari berjalan mundur, Deli melambaikan tangannya ke arah Sean yang masih terpaku. "Mas Sean, I love you! Sampai ketemu lagi!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro