Bab 26. Eskalator

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Azky berusaha berjalan cepat mengikuti langkah Jo. Namun, sangat sulit jika ada barang yang disembunyikan di dalam jaketnya. Pria berkumis tipis itu tidak akan membiarkan sepatu tersebut terjatuh sehingga ia menyilangkan kedua tangannya di sekitar perut, mencoba menahan sepatu.

Kedua pelayan yang tadi menyapa mereka meneliti ke arah Azky di saat Jo menghampiri mereka.

"Ekhem. Mbak yang cantik!" Jo mencoba mengalihkan perhatian mereka.

"Iya, Mas?" Salah satu dari mereka menoleh.

"Boleh minta nomor whatsapp-nya kan, Mbak?" Jo bergeser untuk menutupi Azky yang sedang berdiri di belakangnya. "Saya lagi nyari sepatu yang saya suka banget, Mbak, tapi di sini kok gak ada ya?" Jo mengetuk etalase sambil sesekali memastikan bahwa Re sudah mengikuti mereka. "Di sini biasanya lengkap kan, Mbak? Nanti kalo sepatu kesukaan saya itu udah ada, Mbak boleh kok hubungi saya!"

"Eum. Gimana ya, Mas." Wanita yang memakai baju bertuliskan nama Sarah itu menoleh ke arah temannya. "Gimana?" Namun, temannya hanya mengangkat bahu.

Jo tersenyum ke arah mereka. "Saya orang baik-baik kok, Mbak!"

"Selama pembahasannya tentang sepatu kan, Mas?"

"Iya, Mbak!"

"Ya udah." Sarah mengeluarkan ponsel dari saku celana dan meminta Jo untuk mulai mengetik nomor yang ia bacakan.

"Mas. Temennya kenapa? Pegang perut mulu dari tadi?" tanya Siwi—teman Sarah.

"Oh temen saya lagi sakit perut, Mbak. Biasa, faktor alam. Makanya saya buru-buru!" Jo mendorong bahu Azky pelan dan menyuruhnya untuk berjalan lebih dulu. "Makasih nomornya ya, Mbak. Nanti saya tanya soal sepatu itu!"

Azky dan Jo sudah menjauh dari pandangan kedua pelayan tokoh tersebut.

"Lumayan juga sih kalo dipikir-pikir." Sarah tertawa kecil.

Siwi mendorong bahu temannya yang tengah tersipu malu. "Cie. Ada—"

"Mbak, maaf. Liat temen saya?" Re tiba di hadapan mereka.

Sarah dan Siwi langsung diam dan menatap Re.

"Temen, Mas?" tanya Siwi.

"Yang pakaiannya sama kayak saya, Mbak." Re membenarkan jaket di bahu. Kepalanya menunduk ke arah celana kemudian tersenyum menatap mereka. "Mbak liat, kan?"

"Oh, iya. Temen Mas kayaknya ke toilet deh. Soalnya temen yang satunya lagi sakit perut, Mas!" Sarah menjelaskan.

"Sialan mereka. Gue ditinggalin?" Re berdecak. Sarah dan Siwi terus memperhatikannya. Re yang sadar akan hal itu langsung tersenyum canggung. "Makasih kalo gitu, Mbak!"

"Kok dia gak minta nomor whatsapp, sih?" Siwi menghela napas melihat Re yang sudah menjauh.

"Tenang." Sarah mengelus bahu Siwi. "Ntar temennya kan nge-chat. Tinggal minta aja!"

"Oke."

***

Re berlari menjauh dari toko itu. Berharap siapa pun tidak mencurigai mereka. Re tidak tahu ke mana perginya Azky dan Jo. Tiba-tiba saja seseorang menarik lengan Re.

"Jo!" Re menghela napas saat tahu itu Jo.

Azky menatap Re yang tengah mengatur napas. Ternyata larinya tadi cukup melelahkan.

"Kita ke toilet!" Re berjalan lebih dulu dari keduanya.

Mereka mengikuti Re dari belakang. Cukup sulit menghindari keramaian orang di mall itu. Namun, Re dan Jo memang sudah tahu setiap tempat di sana. Re mengajak mereka ke toilet yang cukup sepi didatangi orang-orang. Setelah menunggu beberapa orang keluar dari toilet. Mereka masuk dan memastikan di setiap pintu toilet tidak ada siapa pun.

Azky membuka resleting jaket. Cukup pintar ia menyembunyikan sepatu itu. Di sebelah kanan dan kiri jaket tersebut memang ada sebuah saku besar. Sewaktu mencuri tadi Azky menyimpan sebelah sepatu itu di kanan dan kiri. Ia mengeluarkan dan menelitinya kemudian tertawa sangat puas. "Ternyata mudah juga!" Azky kembali tertawa dan langsung memakai sepatu itu. "Cocok kan, Bang?" Ia menatap Re dan Jo.

Re dan Jo justru tertawa. Alis Azky menukik, tidak mengerti dengan tawa mereka.

"Azky!" Re menepuk bahu Azky. "Lain kali lo harus bisa lebih lincah lagi!"

"Tapi gue berhasil, Bang!" Azky tersenyum lebar.

"Lo emang berhasil." Jo berjalan ke arah cermin toilet. Menggerakkan wajahnya ke kiri dan kanan. "Tapi lo belum pandai menyembunyikan benda curian itu."

"Ada caranya juga, Bang?" Azky menatap Jo penuh tanya.

"Iya." Jo berdiri di samping Azky. "Jaket yang kita kasih ke elo udah dilengkapi saku di dalamnya buat nyembunyiin benda curian, tapi kalo bendanya segede sepatu. Perut lo harus kempis. Lo harus tahan napas." Tangan Jo menekan perut Azky. "Kalo perut lo biasa kayak gini, kembung. Otomatis tuh sepatu bakal keliatan gembung dari luar, tapi kalo lo kempisin perut lo, itu sepatu bisa keliatan rata di perut dan gak berlekuk."

Azky mengangguk paham. Ternyata mencuri itu ada aturannya dan menyembunyikannya pun ada caranya. "Oh iya, Bang. Gue mau tanya, kok elo minta whatsapp itu mbak-mbak sih?"

"Azky!" Re bersandar di dinding toilet. Tangannya disilangkan di depan dada. "Itu muslihat dalam mencuri. Kadang, kita harus berpura-pura untuk menyembunyikan aksi tanpa dicurigai dan diketahui orang lain."

Jo menghela napas. "Lagian gue gak beneran nulis nomor dia kok. Gue juga gak lagi nyari sepatu. Men, mencuri itu penuh dengan kebohongan."

Azky mengangguk kembali.

Re dan Jo paham kalau Azky masih awam dalam hal pencurian.

"Selanjutnya apa lagi, Bang?" Azky menatap keduanya.

"Kita ngejambret!" Re berjalan keluar dari toilet sehingga diikuti keduanya.

Azky meninggalkan sepatu buluk itu di dalam tong sampah dan memakai sepatu yang tadi dicurinya. Langkahnya terus mengikuti Re dan Jo menuju eskalator.

Re berhenti dan merangkul bahu Azky. "Lo liat wanita di sekitar eskalator itu yang pake short dress merah. Dia akan naik eskalator menuju lantai bawah!" Re menunjuk wanita itu dengan gerakan dagu. "Gue akan ngasih tau strateginya ke elo. Kita bertiga ngikutin tuh cewek dari belakang. Nah nanti pas udah di tengah-tengah eskalator, lo rampas tas tuh cewek dan lo lari menuju pintu keluar. Gue sama Jo akan berpura-pura nolong tuh cewek dan ngejar lo."

"Oke." Azky tersenyum yakin.

"Biar tuh cewek gak curiga ke kita. Lo jalan duluan, ntar gue sama Jo nyusul!"

Azky mengikuti semua perintah Re. Wanita dengan short dress merah sudah menaiki eskalator sehingga Azky mengikutinya dari belakang. Setelah beberapa menit, Re dan Jo menyusul.

Azky terus memperhatikan wanita itu di samping ia menunggu Re dan Jo. Azky melirik ke arah mereka. Jo mengumamkan, "Terus perhatikan tasnya!"

Azky mulai mendekat ke arah wanita itu dengan netra berjaga-jaga, memastikan bahwa ia tidak curiga. Wanita itu memindahkan tasnya ke kiri. Mereka sudah berada di tengah-tengah eskalator.

"Sekarang!" bisik Re.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro