24. Kesepakatan Di Atas Kesepakatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 24 Kesepakatan Di Atas Kesepakatan

Kepala Eiza menoleh ke arah Marcuss dengan cepat. Tatapan tajam pria itu membuatnya mulutnya merapat.

“Mama tidak bertanya padamu, Marcuss. Bukan kau yang akan hamil dan melahirkan.” Loorena beralih pada Eiza, mengabaikan kemarahan yang berkobar di wajah sang putra. “Aku akan memberimu waktu satu tahun. Jika dalam setahun kau tidak bisa memberikan anak laki-laki, maka kau harus mundur dari posisimu dan membiarkan Dashia melakukan tugas sebagai istri yang sempurna untuk Marcuss. Kau setuju?”

Kepala Eiza bergerak mengangguk, tetapi belum sepenuhnya mengangguk ketika gebrakan di meja kaca membuatnya menjerit kaget.

Kepalan tangan Marcuss berhasil membuat meja kaca hancur dan pecahannya berhamburan di tengah mereka. Hanya Loorena satu-satunya wanita yang tidak terkejut dengan kemurkaan Marcuss. Dashia dan Eiza berhasil dibuat pucat pasi dan beringsut ketakutan oleh luapan amarah pria itu.

Loorena tersenyum puas dengan jawaban yang sudah didapatkannya dari Eiza. Wanita itu mengambil tas di sampingnya dan beranjak berdiri. “Hanya itu yang ingin mama bicarakan dengan kalian berdua. Mama dan Dashia pergi dulu,” pamitnya. Menoleh ke arah Dashia yang lekas menyusulnya menuju pintu.

Keheningan masih cukup lama menyelimuti Marcuss dan Eiza setelah kepergian Loorena dan Dashia. Eiza sama sekali tak berani bergerak, apalagi membuat suara yang akan membuat kemarahan Marcuss semakin membara. Bahkan ia berusaha sangat keras untuk bernapas dengan pelan agar tak menarik perhatian pria itu. Terkadang kemarahan Marcuss memang semenakutkan itu.

“Kau pikir semua ini akan membuatmu berhasil terbebas dariku?” Dengusan tajam Marcuss memecah ketegangan tersebut.

Perlahan Eiza memutar kepalanya ke arah pria itu, memberanikan diri berhadapan dengan sang suami. “A-aku … aku tak mengerti apa yang kau katakan, Marcuss.”

“Kau tak mengerti tapi dengan mudahnya memberikan jawaban yang diinginkan mamaku. Apa kau tahu seberapa seriusnya mamaku terhadap kesepakatan ini?”

Eiza terdiam. Ia hanya memahami, jika dalam setahun tak bisa memberikan anak laki-laki untuk Marcuss, maka Dashialah yang akan menggantikan posisimu. Seberapa seriusnya hal tersebut? Eiza tak pernah menganggap ini sebagai sebuah ancaman untuknya. Justru dengan kehadiran Dashia, itu akan membuat tugasnya sebagai istri Marcuss menjadi lebih ringan. Lagipula, ia tak ingin ada anak lagi dalam pernikahannya dan Marcuss.

Marcuss melompat berdiri, menyambar pergelangan tangan Eiza dan menyeret wanita itu menuju kamar mereka. Menjadikan tubuh wanita itu sebagai pelampiasan nafsu demi meredakan amarahnya.

*** 

“Aku tak siap memiliki anak, Marcuss.” Eiza memberanikan diri mengemukakan pendapatnya. Keduanya masih berbaring di tengah ranjang. Dengan tubuh telanjang yang masih lembab setelah permainan panas mereka. Dan yang pasti kemarahan Marcuss sudah tak sebesar sebelum pria itu menjatuhkannya ke ranjang.

“Aku tak bertanya, Eiza. Tidakkah kau memahami posisimu?” tegas Marcuss tajam, menangkap ujung dagu Eiza. 

Eiza sangat menyadari itu. “Kehamilanku meninggalkan luka yang cukup dalam, Marcuss.”

“Karena Ezlin anakku?”

Eiza tak mengangguk meski itulah kekecewaan terbesarnya.

“Ya, aku akan menyalahkanmu, tapi aku juga tak akan memahami situasimu yang cukup rumit itu. Dan … percayalah, Eiza. Kelicikan mantan mertuamu sama sekali tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kelicikan mamaku.”

Ezlin tak berani membayangkan hal tersebut.

“Dan percayalah, aku jauh lebih baik dari pria itu untuk melindungimu dari kelicikan mamaku. Hanya aku satu-satunya orang yang bisa melakukannya.” Marcuss menarik wajah Eiza mendekat, melumatnya sekali dan berbisik dengan napas yang mulai memberat kembali. “Sekarang, aku menginginkanmu. Lagi.”

*** 

Sejak kedatangan Loorena dan Dashia ke rumah, Marcuss menjadi lebih sering meniduri Eiza. Lebih intens daripada sebelumnya hingga membuat Eiza curiga kalau Marcuss benar-benar berniat menghamilinya.

Eiza menggelengkan kepala akan kemungkinan tersebut meski tahu pada akhirnya tak akan mampu menentang keinginan Marcuss padanya. Tidak. Ia tidak boleh mengandung anak Marcuss. Kepalanya mulai berpikir keras menutup kemungkinan tersebut. Pergi ke rumah sakit jelas bukan pilihan yang tepat karena Marcuss akan dengan mudah mengendus niatnya untuk melakukan kontrasepsi. Dan satu-satunya jalan adalah meminta bantuan Serra.

“Apa?” Mata Serra nyaris melompat dari rangkanya setelah mendengarkan penjelasan Eiza siang itu. Membeberkan alasan agar sang sahabat mau membantunya. Semakin memikirkan kesepakatan sang mertua, semakin ia menyadari kesempatannya untuk lepas dari pernikahan ini semakin terbuka. Tak hanya itu, Dashia juga akan berhasil memiliki pria yang sang sahabat cintai.

Tangan Serra terulur, menyentuh kening Eiza. “Kau sedang tidak sakit, apa otakmu sedikit bergeser ke samping? Atau ke belakang?”

Eiza menepis tangan sang sahabat. “Apa kau bisa membantuku?”

“Tidak,” jawab Serra dengan tegas. “Bukan karena aku tak peduli dengan penderitaanmu, Eiza. Tapi ini Marcuss Rodrigo. Kemungkinan aku akan tertangkap basah adalah 99,99%. Seperti hasil tes DNA anakmu dengan tuan Marcuss. Tak perlu diragukan lagi.”

“Kau hanya perlu pergi ke apotek. Dengan alasan membeli vitamin.”

“Dia bahkan tahu tentang perselingkuhan kedua orang tuaku, Eiza. Sementara mereka sudah membusuk di kuburan. Dan sejak aku membantumu, aku tak berhenti merasa diawasi dalam setiap gerak-gerikku. Percayalah, itu bukan firasat yang harus kuabaikan.”

Eiza memahami ketakutan sang sahabat. 

“Lagipula, pikirkan jika kau tidak bisa memberikan anak laki-laki untuk tuan Marcuss. Lalu posisimu digantikan oleh Dashia. Menurutmu apa yang akan terjadi padamu?”

Eiza terdiam. Sama sekali tak memikirkan hal tersebut.

“Kau yakin hidupmu akan jauh lebih baik dari sekarang? Kau pikir kau akan mendapatkan pesangon setelah ditendang menjadi istri tuan Marcuss? Keluarga Rodrigo bukanlah keluarga yang bisa kau tipu dengan ketololan semacam ini, Eiza. Satu-satunya caramu selamat hanyalah menyenangkan tuan Marcuss. Percaya padaku.”

“Kau tak memahami posisiku, Serra,” desah Eiza. Menyandarkan tubuh pada punggung kursi sembari membuang wajahnya ke samping dan menggumam pada diri sendiri. “Jika kau tak mau menolongku, aku akan meminta bantuan Dashia.”

Serra tertawa, terbahak dengan kencang. “Ya, aku ragu Dashia akan menolaknya. Mengingat dia masih tergila-gila pada suamimu. Jika dia benar-benar memikirkanmu dan akal sehatnya sedikit bekerja, dia tidak akan melakukannya. Dia tahu lebih baik darimu tentang keluarga Rodrigo.”

Eiza menoleh, matanya menyipit penuh curiga pada Serra. “Kenapa kau berkata seperti itu tentang Dashia?”

Serra menghela napas dengan kasar. Kemudian menggeleng. “Entahlah. Dia sudah berubah, Eiza. Aku tak bisa menjelaskannnya, tapi aku bisa merasakannya. Dia tidak lagi seperti Dashia yang kita kenal selama ini.”

“Apa maksudmu?” Kerut heran di kening Eiza semakin menukik tajam.

Serra terdiam, menatap Eiza cukup lama dan mulutnya sudah membentuk celah untuk memulai pembicaraan, tetapi tak ada yang bisa ia katakan selain memberikan Eiza gelengan sebagai jawaban.

“Kau pikir dia akan memiliki niat buruk padaku?”

Serra tak langsung menjawab. Wanita itu menggeleng dengan gusar. Beranjak dari duduknya sambil berkata, “Entahlah. Aku ingin mengambil minum.”

*** 

Eiza menatap kalender di meja nakas dengan kecemasan yang semakin pekat. Sejak dua bulan persalinannya dan tiga minggu masa nifasnya, ia masih belum mendapatkan tamu bulanannya lagi. Terhitung enam minggu.

Berbekal sedikit pengetahuan yang didapatkan dari artikel di internet, keterlambatan tamu bulanannya adalah hal yang normal. Bahkan ada beberapa kasus, ibu menyusui yang tidak mendapatkan haidnya selama setahun lebih setelah melahirkan.

Setidaknya semua itu sedikit melegakan, meski tak benar-benar menghilangkan kecemasannya.

Hubungan ranjangnya dengan Marcuss cukup intens dan rutin. Bahkan sangat panas. Pria itu seolah sangat bersemangat. Jika hanya satu kali ia berhubungan badan dengan pria itu berhasil menciptakan janin di dalam rahimnya, entah apa yang akan terjadi dengan intensitas ranjang mereka saat ini. Eiza benar-benar tak berani membayangkan hal tersebut.

Dashia.

Ya, hanya Dashia yang bisa membantunya saat ini. Dan tidak seperti Serra, Dashia pasti akan membantunya. Ia harus menemui Dashia, tanpa sepengetahuan Serra.

Dua hari kemudian, keduanya berjanji akan bertemu dan makan siang di salah satu restoran yang ada di mall. Eiza sampai di tempat janji temu mereka lebih dulu. Menunggu tak sampai sepuluh menit sampai Dashia muncul dengan tiga kantong belanjaan di kedua tangan wanita itu.

“Maaf, aku harus mengantar tante Loorena ke bawah sebelum kemari.”

Senyum Eiza sempat membeku. Tante Loorena? Apakah itu artinya Dashia baru saja bertemu dengan mama Marcuss? Pertanyaan Eiza teralihkan oleh dua kantong belanjaan berwarna merah muda yang diletakkan Dashia di salah satu kursi kosong di sampingnya sebelum memeluknya.

“Apa kau menunggu lama?”

Eiza menggeleng. “Pesananku bahkan belum datang.”

Dashia tersenyum, duduk di seberang meja. Menatap Eiza yang kembali memandang kantong belanjaannya. “Itu untuk Ezlin.”

“Ehm?” Kepala Eiza terdongak. Menatap Dashia.

“Tadi aku tak sengaja melihatnya dan teringat dengannya. Jadi aku langsung membelinya.” Dashia meraih kantong tersebut. Mengeluarkan baju berwarna merah muda dengan motif kuda poni. “Kau lihat. Lucu, bukan?”

Eiza mengangguk. Dengan senyum haru yang seketika memenuhi wajahnya hingga membuat kedua matanya berair. “Kau melihatnya?”

Dashia mengangguk. “Ya, dia sangat cantik dan menggemaskan, Eiza.”

Eiza kembali mengangguk, punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh.

Senyum Dashia seketika berhenti, memasang raut sedih untuk Eiza. “Maafkan aku, Eiza. Aku sama sekali tak bermaksud membuatmu seperti ini.”

“Tidak.” Eiza menggeleng. Melengkungkan senyum lebih tinggi ketika Dashia menggenggam tangannya.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?”

Eiza menghela napas panjang, menenangkan emosi di dadanya dan menatap Dashia. Lalu menjawab, “Aku akan membantumu mendapatkan Marcuss, Dashia.”

*** 

Pengen nyumpahin Eiza?

Cerita ini ngga akan diebookin, ya. Hanya tersedia di Karyakarsa dengan harga paketan yang murmer. Sudah tamat di part 70 dan 2 extra part dalam satu paket.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro