Bab 3 Kebaikan hati Nathan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Dia yang kau cintai belum tentu mencintaimu, hilangkan semua rasa cinta yang belum halal itu. Ikuti alur yang telah Allah rancang untukmu, sebelum malaikat izroil mencabut nyawamu terlebih dahulu."

Nathan yang bosan dengan berkeliling kelas untuk mencari Khanza akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam kelas, namun sebelum langkahnya berbalik ke lorong yang tadi dia lewati. Sayup-sayup mendengar suara yang tidak asing di telinganya, pandangannya tertuju pada gadis yang tengah menjelaskan hasil persentasinya kepada beberapa siswa/i dan seorang guru disana.

Sudah Nathan pastikan jika ini adalah aula OSIS, saat ingin membuka pintu tersebut tangan Nathan dicekal oleh orang. Siapa lagi kalau bukan Dave, lelaki itu langsung menarik tangan Nathan lalu kembali ke kelas.

Khanza dan Adiba berjalan keluar dari aula, di sepanjang lorong menuju kelas XII IPA 2 keduanya hanya berbincang tentang program OSIS yang akan disusun kedepannya. Khanza bangga memiliki sahabat yang selalu memberikan motivasi dan solusi, memang sampai saat ini dia belum ingin menutup auratnya. Tapi untuk masalah salat, puasa Sunnah, atau ramadhan, Khanza tidak pernah meninggalkan itu semua.

Abinya selalu mengajarkan untuk selalu membantu sesama, walaupun bukan dengan materi yang dapat Khanza berikan tapi dengan tenaga dan senyuman itu sudah membuat orang bahagia. Seperti pasien di rumah sakit, yang mereka butuhkan bukan hanya obat melainkan pelayanan dokter dan tim medis, yang senantiasa memberikan support ataupun hanya sekedar senyuman saja sudah membuat hatinya bahagia.

    Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat".

  Hadits yang agung menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang membantu meringankan beban saudaranya sesama muslim, baik dengan bantuan harta, tenaga maupun pikiran atau nasehat untuk kebaikan.

       Imam an-Nawawi berkata: "Dalam hadits ini terdapat keutamaan menunaikan/membantu kebutuhan dan memberi manfaat kepada sesama muslim sesuai kemampuan, (baik itu) dengan ilmu, harta, pertolongan, pertimbangan tentang suatu kebaikan, nasehat dan lain-lain".

Langkah kaki Khanza terhenti saat melihat geng Dave di depan kelas yang tidak lupa dengan anak baru, siapa lagi kalau bukan Nathaniel Setiawan. Lelaki yang menjadi most wanted seantero sekolah SMA Negeri 3 Bandung, kuping Khanza sampai panas ketika semua anak OSIS, adik kelas yang ditemuinya bahkan guru-guru memuji ketampanan yang dimiliki oleh Nathan.

"Wah, kelihatannya semester ini yang akan menduduki peringkat pertama bukan Khanza lagi," sahut Dave.

"Engga mungkin lah Dave, pasti masih Khanza lah. Walaupun dia jarang masuk kelas, kepintarannya itu tidak bisa diragukan lagi," ungkap David lalu merangkul sahabatnya.

"Hayo gimana kalau kita taruhan saja, siapa yang semester ini menduduki peringkat satu," ajak Dave pada keempat sahabatnya termasuk Nathan.

"Engga baik kalau Khanza menjadi barang taruhan, kalau posisinya ada di keluarga kalian apakah mau!" Sungut Nathan lalu berjalan meninggalkan teman-temannya.

Khanza yang baru saja duduk langsung di tarik tangannya oleh Nathan, tubuh Khanza yang sedikit limbung langsung menabrak dada bidang Nathan. Tatapan keduanya beradu, hembusan nafas Nathan begitu sangat terasa diatas ubun-ubunnya. Semua siswa yang melihat mereka berdua dengan sengaja mengambil video atau Poto, Khanza terpukau dengan wajah tampan Nathan.

Salma yang melihat itu langsung saja berdeham, Nathan melepaskan pegangan pada tubuh Khanza begitupun sebaliknya. Khanza mencoba untuk menormalkan kembali degup jantungnya, dia duduk di bangkunya lalu meraih botol minum diatas meja dan meneguk air itu hingga tandas.

"Za, kamu engga apa-apa kan?" tanya Salma pada sahabatnya itu.

"Alhamdulillah engga," jawab Khanza.

"Syukurlah kalau gitu, oh iya tadi ada sedikit materi dari Pak Tarjo dan seperti biasa tugas dadakan dari beliau," jelas Salma.

"Berarti tinggal pelajaran Bu Feni saja, tumben beliau belum masuk kelas. Bisanya on time banget," sahut Khanza.

"Sebenarnya tadi Pak Tarjo mengatakan jika Bu Feni hari ini izin tidak masuk, dan hanya memberikan tugas perorangan aja perihal Membuat Surat Lamaran Pekerjaan. Khanza yang manis dan cantik, bantuin untuk mengerjakan ini ya, otak Salma lagi lemot hari ini," ungkap Salma jujur.

"Kerjain sebisa kamu dulu, nanti akan Khanza periksa dan kasih tau kesalahannya dimana," imbuhnya, sementara Salma hanya mengangguk dan kembali duduk di mejanya.

Khanza menenggelamkan kepalanya di atas meja, Nathan yang melihat Khanza lelah langsung saja memberikan buku catatan kimia miliknya, lalu mengusap Surai rambut Khanza sebelum dia berjalan meninggalkan kelas. Saat matanya tertutup Khanza merasakan tangan yang mengusap kepalanya dengan lembut, karena lelah Khanza engga untuk sekedar melihat siapa yang mengusapnya. Azan Zuhur berkumandang, semua murid meninggalkan kelas menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. 

Adiba baru selesai mengerjakan tugas Bu Defi akhirnya menghampiri Khanza yang masih setia menenggelamkan kepalanya, netranya menatap buku yang ada di samping kepala Khanza. senyuman terukir di bibirnya, ternyata Nathan baik juga meminjamkan buku catatannya pada Khanza.

"Za, yu kita solat zuhur," ajak Adiba sambil mengusap punggung Khanza.

"Emm, memang sudah azan ya?" tanya Khanza dengan mata yang sayu, wajahnya sedikit pucat pasi.

"Sudah kok Za barusan, Astagfirullah Za muka kamu pucat banget," ungkap Adiba lalu tangannya ditempelkan pada kening Khanza.

"Kepala Khanza cuman sedikit pening aja, jangan khawatir Adiba. yuk, kita ke Masjid untuk menjalani kewajiban sebagai umat muslim," ajak Khanza lalu menarik tangan kedua sahabatnya.

    Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, dan Jihad di jalan Allah. (HR Bukhari & Muslim)

seluruh siswa/i berjalan menuju masjid untuk melaksanakan solat zuhur, sepanjang perjalanan menuju masjid Khanza dan kedua sahabatnya hanya berdiam diri. Yusuf tersenyum ketika sampai lokasi melihat perempuan yang dicintainya itu, tetapi tatapannya mengarah pada wajah pucat pasi Khanza. ia yakin bahwa keadaan Khanza saat ini tidak dalam kondisi baik-baik saja seperti saat tadi, Khanza duduk di anak tangga sambil melepas sepatu berikut kaos kaki yang dipakainya. namun saat dirinya ingin berdiri, matanya berkunang-kunang dan mendengar jeritan Adiba sebelum hilangnya kesadaran.

"Khanza!" pekik Adiba yang melihat sahabatnya jatuh tidak sadarkan diri, Salma yang baru saja selesai wudhu mendengar jeritan Adiba langsung berlari menghampirinya. 

Semua siswi hanya melihatnya tidak ada satupun yang membantu untuk menggotong Khanza, Nathan yang sedang berjalan di depan masjid mendengar teriakan Adiba langsung menghampirinya. betapa terkejut dia melihat Khanza jatuh pingsan, dengan rasa iba Nathan menggendong tubuh Khanza lalu meminta Salma dan Adiba untuk mengikutinya menuju ruang UKS.

"Dib, kenapa ini bisa terjadi dengan Khanza," tegur Salma dengan wajah yang sangat panik.

"Sepertinya Khanza kelelahan aktivitas hari ini, yang membuatnya kepikiran dan drop seperti ini," ungkap Adiba sendu.

Ssampainya di ruang UKS, Nathan menaruh tubuh lemah Khanza diatas tempat tidur UKS lalu meninggalkan ruangan. Hati kecilnya ingin selalu ada disamping Khanza, namun egonya lebih memilih untuk meninggalkan Khanza beserta kedua sahabatnya. 

Salma membuatkan air teh hangat dan mengambil minyak kayu putih, dia memang salah satu anggota PMR yang masih aktif hingga saat ini. Tidak heran jika ada yang sakit atau p3k yang kosong selalu dia catat dan membelinya dengan uang kas PMR, dengan membawa nampan berisi p3k dan teh hangat. Salma meminta Adiba untuk mengusap tetesan kayu putih itu dihidung sahabatnya, sementara Salma yang sudah meletakkan nampan diatas nakas hanya bisa menggenggam tangan Khanza.

"Engh,, Khanza dimana?" tanya Khanza dengan memandangi seisi ruangan.

"Diruangan UKS Za, tadi kamu pingsan saat di masjid," ucap Adiba.

"Siapa yang membawa Khanza kesini, astagfirullah, kita kan belum solat," ucap Khanza lalu mencoba untuk menuruni tempat tidur.

"Za, kamu bisa solat disini, dan dilaci ada mukena berikut sajadahnya. Jadi kamu tidak usah mengkhawatirkan kewajibanmu sebagai seorang muslim, tadi yang membawamu kesini adalah Nathan. Sekarang istirahatlah, nanti biar Salma meminta izin ke guru kalau kamu dan Adiba tidak bisa mengikuti pelajaran terakhir. Kalau begitu Salma kembali ke kelas ya, Assalammualaikum." Setelah mengucapkan salam, Salma meninggalkan ruangan UKS. Khanza kembali berbaring ditempat tidur, sementara Adiba membuka ponselnya dan membaca Kalamullah.

****

Bel pelajaran terakhirpun berbunyi, semua siswa/i SMA negeri 3 berhamburan keluar kelas masing-masing. Salma mengambil kedua tas sahabatnya itu lalu berjalan menuju UKS, namun saat langkah kakinya akan memasuki ruangan UKS dicegah oleh Yusuf. Salma yang bingung kenapa lelaki di hadapannya malah membuang-buang waktu saat ini.

"Suf, awas minggir!" Pekik Salma.

"Siniin tas Khanza," pinta lelaki itu.

"Engga akan Salma kasih tas Khanza, dan kenapa masih disini bukannya pulang sana." Usir Salma dengan ketus lalu masuk ke ruang UKS.

Yusuf hanya melongo melihat Salma melenggang masuk, dirinya menghentakkan kaki lalu berjalan menuju parkiran. Khanza menuruni tempat tidur dibantu oleh kedua sahabatnya, mereka bertiga meninggalkan ruangan UKS dan berjalan keluar sekolah. Adiba merogoh saku almamaternya untuk mengambil kunci motor yang dibawanya, sementara Salma menyuruh Khanza untuk duduk di bangku yang tidak jauh dari parkiran. Adiba mengendarai motornya dan menghampiri kedua sahabatnya.

"Ayo Za, Diba antar kerumah sekalian mau bertemu Ummi. Rasanya kangen banget sama masakannya," ajak Adiba memberikan helm bogo berwarna putih padanya.

"Makasih banget udah merepotkan kalian berdua," lirih Khanza dengan mata berkaca-kaca.

"Za, kami ini kan sahabat kamu, jangan pernah sungkan untuk saling menolong. Bahkan Ummi dan Abimu udah kami anggap seperti orang tua sendiri, ko jadi mellow gini ya! Yasudah Khanza bareng sama Adiba saja dari pada nunggu jemputan supir lama, lihat tuh muka kamu masih pucat begitu," ungkap Salma dengan senyum.

"Baiklah, kalau begitu Khanza dan Adiba pamit dulu ya Sal, Assalammualaikum." Setelah mengucapkan salam, keduanya meninggalkan parkiran menuju kediaman Khanza.

Salma menghubungi supir pribadinya untuk menanyakan posisinya, tidak lama kemudian mobil Avanza putih terparkir di depannya. Supir tersebut keluar dari mobil lalu membukakan pintu penumpang untuk Salma, setelah menutup kembali pintu penumpang supir tersebut langsung memasuki mobil dan duduk ditempat kemudi. Sepanjang perjalanan Salma hanya membuka ponselnya dan menscroll aplikasi yang sedang hits saat ini, apalagi kalau bukan Instagram.


Hore 1573 kata,,
Maaf ya telat update karena ada kendala di dunia nyata 😩😩...
Insya Allah akan update lagi besok malam ya, doain aja biar idenya lancar..

Gimana feel-nya dapat engga nih 😣😣..
Kesian Khanza baru masuk sekolah udah pingsan aja, kira-kira Khanza kenapa ya ko bisa selemah itu 😢😢..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro