Bab 4 Rahasia 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Seribu kebaikan akan sirna saat kesalahan yang sekecil jarum, kemarahan tidak akan memecahkan permasalahan melainkan menambah masalah yang baru."

Tin.. tin..
Suara klakson mobil berbunyi, dengan berlari tergopoh-gopoh seorang satpam membukakan pintunya lalu membungkukkan sedikit badannya memberi tanda hormat pada anak pemilik rumah tersebut. Nathan langsung memberikan kunci mobil pada satpam tersebut untuk diparkirkan di garasi, dengan sedikit berlari lelaki itu memasuki rumah besar bernuansa asri.

Nathan yang melewati ruang tamu begitu saja dipanggil tiba-tiba oleh mami-nya, dengan sedikit senyuman yang dipaksakan Nathan menghampiri lalu menyalami ibunya.

"Hello, my little boy, bagaimana sekolah hari ini?" tanya Mamih Vellisa sambil mengulurkan tangannya.

"Mamih, sudahlah, sekarang Nathan bukan lagi little boy yang dulu. Nathan sudah beranjak dewasa, dan untuk sekolah hari ini sangat baik, sekarang Nathan mau kembali ke kamar karena ada tugas sekolah," balasnya dengan sedikit kesal dengan ucapan Mamih Vellisa, namun dirinya kalah cepat dengan Mamih yang langsung menarik tangannya untuk duduk lalu di sofa kosong sebelahnya. Nathan dengan malas langsung duduk disebelah dan merogoh saku almamater untuk mengambil ponselnya.

"Hei, son, masa kamu tidak mau berkenalan dulu sama Tante Vidya. Dia adalah istrinya om Kris loh, partner kerja Daddymu sekaligus sahabat sejak duduk di bangku kuliah. Rasanya Mamih, seperti bernostalgia kalau mengingat masa-masa kuliah," gumam Mamih Vellisa sambil membayangkan masa lalunya.

"Wah, ini anakmu itu ya jeng, makin tampan ya Nathan. Perasaan waktu kecil masih manja banget, sekarang udah sedewasa ini?" tanya Tante Vidya.

"Ya, wajar aja Nathan udah sedewasa ini. Karena setiap hari dikasih makan sama Mamih dan Daddy, memangnya harus menjadi anak kecil terus!" Ketusnya.

"Nathan! Jaga ucapan kamu son," pinta Mamih pada Nathan, sementara lelaki itu hanya memutar matanya jengah.

"Tidak apa-apa jeng, perilaku Nathan tidak jauh berbeda dengan Siska. Oh iya, kamu bukannya sekarang sekolah di SMA negeri 3 kan, ya?" Tanya wanita itu.

"Iya, Nathan memang bersekolah di SMA tersebut. Apakah masih ada yang ingin dipertanyakan kembali Tante, karena Nathan masih ada urusan. Mamih, bisa tolong bilang pada maid untuk membuatkan susu coklat panas dan cemilan. Dan satu lagi, jangan ada yang ganggu Nathan," pinta Nathan langsung berdiri dan berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya berada.

"Nathan berhenti kamu!" Perintah Mamih Vellisa. Sementara Nathan enggan untuk mendengarkan perintah Maminya itu, sudah cukup selama ini Nathan tidak memberontak seperti seseorang yang sangat disayanginya.


"Duh, maaf ya Jeng Divya, Nathan memang begitu kalau sama orang yang tidak di kenal. Jangankan sama kamu, kalau kami sedang mengadakan acara keluarga saja dia enggan untuk ikut. Sama seperti Daddynya yang selalu sibuk dengan pekerjaan, begitu juga dengan Nathan. Berbeda dengan adiknya Grace," ucap Vellisa dengan nada tidak enak.

Kedua perempuan itu kembali membicarakan yang menurut mereka sangat penting, entah itu tas branded atau hal yang lainnya. Sampai tidak ingat jika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, sebentar lagi suami tercintanya akan tiba dirumah bersama putri tersayangnya.

****

Sementara Nathan semenjak pulang sekolah dan percekcokan dengan sang Mamih enggan untuk keluar kamar apalagi sekedar makan siang, dirinya terbuai akan kenangan masa lalunya. Kakinya melangkah menuju meja belajar untuk mengambil pigura kecil dan boneka panda sedang yang dengan sengaja dia taruh disitu.

Tidak terasa tetesan airmata membasahi pipi Nathan, tangan kanannya mengusap lembut pigura itu dan membayangkan jika gadis yang ada didalam poto tersebut masih hidup.

"Sya, Nathan rindu kamu, maafkan sampai saat ini belum menjengukmu kembali bersama Daddy. Maafkan kakakmu ini yang tidak bisa menjaga kamu sampai hembusan terakhir, andai posisi saat itu Nathan bisa menggantikan mungkin sampai sekarang kamu yang masih hidup. Nathan rela mengorbankan nyawa demi kamu Nathasya," lirih Nathan.

"Nathasya Setiawan, semoga kamu bahagia bersama Tuhan di surga sana." Nathan mengecup Poto usang itu lalu menaruhnya kembali.

Nathan mendengar suara klakson mobil di teras rumahnya, dengan segera lelaki itu menghapus airmatanya lalu berlari keluar untuk menemui Daddynya. Kali ini Nathan akan meminta sedikit waktu Daddy untuk menemaninya ke pusara mendiang kembarannya itu Nathasya.

"Hai, Son, bagaimana harimu saat ini? Pastinya menyenangkan bukan?" tanya Daddy Adrian.

"Baik Dad, sebentar lagi kan tepat dua tahun kepergian  Thasya. Bagaimana kalau kita berkunjung ke pusaranya Dad," ajak Nathan dengan senyuman.

"Oh ya, Daddy hampir lupa sayang. Baiklah kita akan jadwalkan untuk sekedar berkunjung ke pusara Thasya, Daddy sangat merindukannya," lirih Daddy Adrian.

"Sudahlah Mas, Thasya sudah lebih tenang di surga bersama Tuhan. Apa salahnya kita tidak harus membahas seseorang yang sudah meninggal," ucap Mamih Vellisa dengan sedikit penekanan di kalimat terakhirnya.

"Sudah cukup Mamih, selama ini Nathan masih bisa menahan emosi terhadap semua kelakuan Mamih. Bahkan Daddy saja sampai belum mengetahui bagaimana tragedi kecelakaan laka lantas itu terjadi, Daddy bahkan enggan untuk sekedar menelusuri kejadian itu," Nathan menjeda ucapannya.

"Tapi Nathan yang merasa janggal dengan kematian Thasya sampai detik terakhir hembusan napasnya yang disebut adalah nama Mamih, Nathan curiga jika dalang atas kematian Thasya itu bukan real kecelakaan biasa saja. Karena mobil yang dibawa oleh supir untuk mengantarkan Thasya ketempat les itu diputus begitu saja!" Geram Nathan yang sudah tidak sanggup menutup semua kebusukan Mamihnya.

"Jaga ucapanmu Nathan!" Teriak Mamih Vellisa.

"Daddy, Nathan punya barang buktinya. Sebaiknya kita bicarakan berdua di ruang kerja Daddy saja," ajak Nathan lalu meninggalkan Maminya yang sedang naik pitam.

Adrian menyusul putra sulungnya keruangan pribadinya, sedangkan Nathan mulai mengotak-ngatik laptop milik Daddynya dan mencari rekaman cctv yang ada dirumah dan di tkp. Nathan memutar satu persatu video itu, sementara Vellisa yang melihat perubahan sikap Nathan menjadi sangat marah.

Flasback 12 Mei 2011

Mamih Vellisa yang baru saja sampai dirumah mendapatkan laporan dari salah satu pengawal pribadi Nathasya menjadi marah besar, dengan barang bukti poto Nathasya sedang menghabiskan waktu bersama seorang laki-laki yang diketahui olehnya adalah seorang muslim. Menurut laporan, jika Nathasya sudah menjalin hubungan dengan Fahri sekitar enam bulan yang lalu.

Dengan segera, Mamih Vellisa langsung meninggalkan ruang tamu dan langsung memasuki kamar putri kembarnya itu. Namun saat memasuki kamar tersebut masih kosong, mungkin Nathasya masih sibuk les private. Dengan penasaran, Mamih Vellisa langsung memeriksa buku pelajaran putrinya itu.

Pandangannya tertuju pada buku berwarna ungu mungkin itu adalah diari milik Nathasya, dengan penasaran Mamih Vellisa langsung membuka lembar per lembar catatan harian putrinya.

Bandung, 28 Agustus 2010
Dear diary,,
Ketika cinta itu tidak kenal waktu kapan akan berlabuh, namun ikatan antara kami berdua seperti benang yang tanpa adanya ujung.
Kenapa Thasya bisa bilang seperti itu, sampai kapanpun cinta ini walaupun terbalaskan namun tidak akan pernah untuk bisa bersamanya.
Yang utama adalah perbedaan agama kami, jika Mamih sampai tahu tentang hubungan ini, entah bagaimana Thasya akan bisa menghadapi kemarahannya itu.
Walaupun Daddy mengijinkan putra-putri mereka untuk memilih jalan hidupnya, namun berbeda dengan Mamih.
Dalam benaknya hanya harta duniawi saja, tanpa memikirkan kebahagiaan kami. Rasanya Thasya sangat kasihan pada Niel jika harus bertengkar dengan Mamih demi menyelamatkan Thasya dari kemarahannya.
Tuhan, berikanlah petunjuk untuk Thasya.

Vellisa menahan emosinya, sudah cukup membiarkan Nathan dan Thasya bersenang-senang dengan dunianya kali ini. Sekarang Vellisa harus bertindak lebih jauh untuk merenggut kebahagiaan putrinya kembali, walaupun harus menghilangkan satu nyawa itu tidak masalah yang terpenting Thasya kembali menurut padanya.

Thasya yang baru saja sampai rumah langsung memasuki kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang lengket, namun saat ingin memasuki kamar itu. Betapa terkejutnya melihat Mamih Vellisa tersenyum kearahnya, Thasya merasakan tubuhnya bergetar ketika melihat tatapan mematikan maminya.

"Hello little girls, bagaimana harimu sayang," ucap Mamih Vellisa lalu mengecup puncak kepala putri kembarnya itu.

"Ma-mamih, kenapa bisa ada dikamar Thasya?" tanya Thasya dengan gemetar.

"Memangnya Mamih tidak boleh untuk melihat kamar putri kecilnya, ya sudah, cepatlah bersihkan dirimu dan temenin Mamih untuk menonton tv sambil menunggu Daddymu pulang!" Perintah Mamih Vellisa.

"I-iya Mamih, Kak Nathan sudah pulang kan, Mam?" tanya Thasya.

"Nathan sepertinya lagi latihan turnamen, dan Grace lagi latihan biola. Mamih turun kebawah duluan ya sayang," ucapnya lalu meninggalkan kamar putrinya itu.

Thasya yang melihat perubahan wajah Mamihnya langsung memasuki kamar dan menguncinya dari dalam, dirinya baru ingat jika buku diari tertinggal di dalam kamar. Dia langsung mencari ke seluruh kamar hingga kolong tempat tidur, namun naas tidak menemukan sama sekali buku catatannya itu.

Jika sampai Mamihnya membaca bisa menjadi Boomerang untuk Thasya, selama ini dia hanya menyimpan semua masalahnya sendiri bahkan Nathan sama sekali jika Thasya mempunyai hubungan spesial dengan seseorang. Wajahnya memucat saat mengingat kemarahan Mamihya, Thasya langsung masuk kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya saat ini. Berharap jika kembarannya itu bisa menolongnya kali ini dari kemarahan Mamihnya.

Finally bab kali ini 1364 kata..
Mungkin terlalu pendek, InsyaAllah Sekar akan usahakan double update besok atau lusa ☺️☺️...
Feel-nya belum dapat banget di bab ini 😢😭😭😭...

Jangan lupa follow ig sekar_puji_indriaswati dan storry_sekarpuji07...
Disana akan ada video dari kisah Nathan dan Khanza..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro