Berkah Sebuah Pukulan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

    

    

    Aku masih tak bisa mengatur saraf sensorisku ketika Dia menginjak kepalaku, Aku sekarang hanya bisa pasrah dengan sebuah takdir bahwa kematian akan segera menghampiri.

" Aku membenci dirimu..., sama seperti Aku membenci teman-teman tidak bergunamu " kata Lawan sembari menekan kuat kakinya.

" Kau lihat dimana temanmu sekarang...?, Mereka hanyalah para pengecut yang memanfaatkan dirimu saja " Kata Lawan sembari mengejek.

" Kau hanyalah seorang pecundang bermulut besar, dan semua temanmu hanyalah seorang pengkhianat " katanya semakin menjadi.

   Mendengar semua perkataannya yang menyayat hati, Aku hanya bisa menahan amarah yang meluap. Dan Aku hanya berharap semoga Arif dan Edo memaafkan kekalahanku ini serta tidak melihat kepalaku yang hancur diinjak sesama manusia.

" Matilah kau...!!! " Teriak Lawan sembari menginjak kepalaku dengan keras.

  Tanah disekitar tubuhku mulai retak, ketika kepalaku terhempas dan masuk kedalam tanah. Tetapi hanya satu yang tak bisa Aku mengerti bahwa hanya sedikit nyeri didalam tempurung kepalaku walapun mulutku mengeluarkan darah dari dalam bekas luka diperut tadi.

" Para penonton ternyata sang Pangeran telah tumbang di detik ini...! " Kata Pembawa Acara tak percaya apa yang dilihatnya.

   Seketika riuh Penonton mengelegar disepanjang bangku, tetapi yang ku tahu, temanku masih belum berada dibangkunya. Lalu samar-samar terdengar sang lawan berbicara.

" Kau hanyalah sampah...! " Teriak Lawanku sembari meludah kemudian pergi.

   Aku mulai tahu bahwa Lawanku mulai beranjak untuk pergi dari arena, saat itupula kugunakan kesempatan untuk segera bangkit secara perlahan-lahan.

   Aku telah siap untuk bertarung kembali saat tubuhku sepenuhnya berdiri, Aku hanya berteriak...

"  Terimakasih Kakak yang selalu memukulku saat pagi hari " teriakku seakan ada perasaan aneh yang merasuki diriku.

" Apa yang terjadi, ternyata sang Pangeran belum tumbang...?! " Teriak pembawa acara tak percaya begitu pula dengan penonton lain.

" Sial apa yang terjadi...? " Kata Lawan juga tak percaya.

" Sebenarnya ketika kecil dulu, Kakakku selalu memukul kepalaku sehingga tempurung tengkorakku sekeras batu seperti sekarang " kataku menjelaskan sembari mengelus-elus kepala.

" Mana ada hal semacam itu... " kata Lawan sembari tertawa.

" Hei sebenarnya Kita sedang apa...? " Tanyaku lupa akan segalanya.

" Dasar bodoh...!, Kita sedang bertanding...! " kata Lawan emosi.

" Kau bohong..., Kau pembohong " kataku tetapi suaraku berubah aneh.

" Sebenarnya Aku tahu sebuah kesimpulan, bahwa Kita sedang beradu Balet kan...? " Kataku tetapi itu bukan suara khasku.

" Balet apanya...! " Kata Lawanku sembari mulai menyerang.

   Sang Lawan mulai melancarkan serangan yang bertubi-tubi, namun entah mengapa?, Badanku serasa lebih lentur seperti pemain Balet sehingga semua serangan Lawan dengan mudah dihindari.

" Woouuu..., seranganmu memang ganas, tetapi Okama Way lebih menantang " kataku sembari menghindari Lawan yang kesetanan.

" Bicara apa Kau ini...?! " Kata Lawan yang bertambah kesetanan.

" Baiklah bila begitu maumu, akan Aku tunjukan  jurus Kodok Mati Menahan Nafsu " kataku dengan intonasi yang berbeda seperti para perempuan imitasi.

" Mengapa suaramu berubah seperti itu..? " Kata Lawan tak mengerti.

" Tak ada waktu menjelaskan " kataku sembari menyiapkan kuda-kuda sembari mengucapkan sesuatu.

" Posibility curve "

   Lawan mulai terkena serangan yang dilakukan dengan cara memukul bagian refleksi, tetapi Dia masih baik saja setelah terkena serangan tersebut. Akan tetapi setelah 3 detik berlalu Ia mulai merasakan efek serangan tadi dengan begitu akibatnya keluarlah darah merah kental dari dalam mulutnya.

" Sial..., Apa yang Kau lakukan kepadaku...? " Kata Lawan sembari mengusap darah yang masih tercecer dimulut.

" Ya memang Aku tahu Kau berkencan dengan Adikku semalam, bahkan Kau berkencan dengan semua Orang, Bill, Smith, Snake, Mark yang kakinya jelek, John, Edward, Flicht. Aku bisa menyebutkan semuanya, Ya memang Aku percaya kepadamu tetapi senjataku tidak... " kataku menirukan sebuah kata di Film Home Alone.

    Seketika munculah sebuah gerakan yang Aku tak bisa melakukan sebelumnya, Aku memajukan kaki kananku seraya berkata...

" Aljabar "

   Aku mulai melancarkan serangan yang mematikan ke badan Lawan, sedangkan Lawan masih terpengaruh serangan sebelumnya yang membuat peredaran darahnya terhenti.

" Satu serangan di dagu, dua serangan di dahi kiri dan kanan, tiga serangan berpasangan dirusuk, empat serangan diperut menuju liver, lima serangan diperut menuju usus kecil dan diakhiri satu serangan setara sepuluh pukulan di area kemaluan " sembari melakukan hal tersebut.

  Sang Lawan yang seolah terdiam merasakan hawa ketakutan dalam dirinya, dan benar saja Dia tersungkur jatuh dengan jalan semua darah keluar dari semua lubang dikepala kecuali mata dan telinga.

" Ambil saja kembaliannya Wanita murahan " kataku ketika melihat Lawanku mulai hilang keseimbangan kemudian jatuh mencium tanah.

  Seketika para penonton mulai bersorak atas kemenanganku, tetapi Aku hanya sibuk sendiri dengan cara bersiul menyanyikan lagu Happy Birthday to you.

" Sang Pangeran pemenang duel ini...! " Teriak sang Pembawa acara dengan nada tak percaya namun tetap semangat.
 

   Kemudian Sang Pembawa Acara menjabat tanganku, kemudian berucap beberapa hal untuk menunjukan rasa simpatinya.

" Selamat Teammu adalah Team kedua yang masuk kedalam babak selanjutnya " kata Pembawa acara secara pribadi denganku tidak melalui mikrofone.

" Lalu Aku dapat apa? " Diriku mengharap imbalan.

" Karena Kau bertanya, Kau mendapat sebuah jam khusus limited edition serta sebuah tiket menuju babak selanjutnya " kata Pembawa Acara sembari tersenyum ramah.

" Apa sebuah jam??, Untuk apa sebuah jam??. Tetapi karena ini limited edition Aku terima dengan senang hati... byeee " kataku sembari mengambil jam kemudian pergi meninggalkan arena pertarungan.

" Ohh... ya mau kemana ya Aku??? " Tanyaku kepada diri sendiri saat sudah berada diluar arena.

" Tentu saja ketempat Edo ya...? " Dijawab oleh diriku sendiri dengan linglung.

" Baiklah Aku pergi kesana untuk pamer jam ahh... " kataku sembari melangkah dengan bersiul.

  Aku terus berjalan melangkah tanpa tahu dimana ruangannya berada, lebih tepatnya Aku lupa denah tempat ini. Sesaat Aku melihat sebuah pintu dan langsung kubuka saja pintu tersebut dan hasilnya kosong.

   Beberapa pintu Aku buka tetapi tetap saja tak pernah ada Orang di dalamnya, hingga tibalah Aku disebuah ruangan dimana ada satu Orang tengah duduk sendiri dengan segelas kopi ditangannya, seketika Aku langsung bertanya dimana ruang perawatan berada.

" Maaf aku memang suka mengangu, boleh Aku bertanya dimana ruang perawatan berada? " Tanyaku tanpa dosa.

   Dia hanya berdiri lalu mendekat dan tersenyum dengan gigi putihnya sedangkan wajahnya masih tertutup kegelapan karena lampu memang redup,kemudian memberiku sebuah gambar denah bangunan yang Aku berada didalamnya sekarang. Tampaknya bangunan tersebut memang dirancang untuk berkelok-kelok membingungkan penghuninya.

" Terimakasih atas denahnya " kataku sembari menatap wajahnya.

   Dan percaya tak percaya Aku melihat sebuah tengkorak hidup tengah Aku ajak untuk berbicara. Kemudian karena fikiranku sedang tidak sadar dan malah melakukan hal ceroboh yang membuat rasa takut dalam hatiku hilang.

" Wajah tengkorak yang bagus kawan " kataku sembari pergi dari ruang tersebut.

  Tetapi samar mulai tercium bau busuk menyengat dari dalam ruangan tersebut, bau bangkai manusia mungkin... Lalu seketika pendengaranku menangkap sebuah bunyi teriakan manusia menghadapi ajalnya dengan samar dari ruangan tadi, tetapi anehnya Aku tak peduli dan terus melangkah menuju Ruang Perawatan Edo....


" Hidup lebih berarti, tetapi mati lebih berarti lagi."
"Pramoedya Anata Toer"

#Vote and Comment biar Author semangat buat yang baru lagi

#Baca Chapter selanjutnya ya

#bila ada keperluan Via WA aja ini Nomernya 082242192759

Update sabtu lagi...😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro