Veliana

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

   
#POV EDO

.

.

.

  Awalnya ku mencoba membuka mata, tapi rasanya begitu berat, aku hanya bisa mendengarkan alunan denting jam.

Perlahan-lahan aku membuka mataku penglihatanku buram, aku tak bisa melihat apapun,perlahan- lahan semuanya jelas hal yang pertama kali aku lihat adalah langit langit sebuah kamar yang asing, aku tak tahu dimana kini, aku  mencoba bangkit dari tidurku, tetapi tak bisa karena Arif menahanku.

“ Kau jangan bangun dulu...! Kau belum sembuh total, berbaringlah akan aku ambilkan sesuatu untuk kau makan ”kata Arif  (pergi meninggalkanku).

Aku hanya bisa diam dan menurutinya, bicara begitu berat rasanya.

Kepalaku terasa berputar, aku mencoba mengangkat tanganku terasa bagaikan ada pipa yang memotong atau lebih tepatnya menyumbat pembuluh darahku, aku tak bisa melihatnya yang kurasakan hanya cairan mengalir perlahan menembus kulitku, aku meraba perutku mencari bekas luka pertarungan tadi, aku kesakitan,  kulitku bagaikan dirobek , aku mengeram kesakitan, tapi lukaku tak masalah, memang kalau dilihat luka ini begitu menyakitkan, tapi bagiku yang menyakitkan adalah luka hati Wanita itu.

Bayangan Wanita itu menghantuiku, aku khawatir padanya, akankah dia baik baik saja, perasaan dia? Akankah baik baik saja?. Aku masih menatap langit langit yang sama, tiba tiba nafasku begitu berat, dadaku sesak, mataku kehilangan fokus, pusing, sakit, semua ku rasakan jadi satu, terdengar langkah kecil mendekat ke arahku , aku hanya bisa mendengar, satu langkah, dua langkah, empat langkah mendekat ke arahku.

Ternyata itu si kutu buku sialan bersama Aditya.

“  Bagaimana keadanmu..  ” tanya Aditya.

Mencoba untuk bangkit, dan aku dibantu Arif untuk bangkit, apa aku selemah ini...?, Bangkit dari tidurku aku tak bisa melakukanya sendiri.

“ Yaah beginilah..masih hidup, bagaimana pertarunganmu...?, Kita menangkan...? ’’kataku berat.

“ hahaa...tentu saja ’’ Aditya tersenyum agak aneh.

“  Baguslah..maafkan aku,karena aku kalah”.

“ Tenang saja Sayang... ”kata Aditya lembut.

     Aditya kelihatan aneh, apa kepalanya terbentur tadi...? ,sampai dia kehilangan jati dirinya.

     Sialan..., ada apa dengan kepalanya?, Aku hanya bisa berpikir, dia bagikan kehilangan arah, aku hanya bisa diam melihat reaksinya kelakuan anehnya.

     Arif  hanya  duduk terdiam dari tadi terfokus untuk membaca komiknya,  aku tak sadar ia mengambilkan makanan untuku.

" Tapi maaf aku tak bisa memakannya,  aku sudah tak memiliki tenaga untuk makan " kataku dengan sedikit tenaga.

     Ia bangkit dari bangkunya mendekatiku, mengambil sendok dan mencoba memberiku makan bubur, tapi itu tak berhasil.

       Aditya terus menerus mengganggunya, Arif kesal dan memukul keras kepalanya.

“  Diamlah Kau sialan...! ” bentak Arif dengan kesal sembari memukul kepala Aditya.

“ Hah...kenapa kau memukul kepalaku, mau berkelahi...?, Lagian kenapa ku disini...? Aditya juga kesal.

“ Sudahlah kalian berdua hentikan...!kataku menengahi.

“  Bagaimana keadanmu,  kau baik- baik saja kan...? ”kata Aditya.

“ Bukanya kau sudah tanya itu tadi ”kataku tak mengerti.

“ Ohh...iya, sudahlah lupakan, bagaimana Wanita itu?, Dia kesinikan?, tadi aku bertemu denganya?  ”kata Aditya terlihat lebih normal.

“ Hah...? Aku sama sekali tak melihanya, dimana dia?”kataku tak percaya.

      Aku mencoba mencarinya, sampai aku menemukan ada sosok Perempuan terbaring di sofa yang sudah tak,  pandanganku tak begitu jelas, aku memaksa bangkit untuk berdiri, walau aku merasa tubuhku begitu berat, aku mencoba menekannya untuk berjalan mendekat kearahnya, perlahan lahan.., perlahan lahan...,sampai aku terjatuh.

         Bangkit dan jatuh lagi dan itu terulang sampai aku tepat berdiri lemah didepanya ,  aku tak berani menyentuhnya, yang kurasakan dia begitu kelelahan.

‘’ kamu tahu dia kenapa...? ”kata Arif.

“ memangnya kenapa...?,ada apa...?kataku bingung.

“  Kau tahu...?, Lukamu tak akan sembuh kalau tak ada Wanita itu, Ia terus menerus menerus memberikan  darahnya untukmu,  kau hampir kehabisan darah, kalau bukan karena dia mungkin aku tak bisa mengobatimu. Ia memberikan darah untukmu, karena kau begitu berarti baginya ”kata Arif menjelaskan.

Aku hanya terdiam mendengar penjelasanya, tiba tiba...semua begitu gelap.

Aku mencoba membuka mataku tapi sangat berat, aku sudah tak kuat lagi untuk berdiri, perlahan-lahan tubuhku terjatuh. Aku jatuh dipelukan seseorang yang pelukannya kali ini hangat serta lembut.

Aku merasa nyaman, jatuh dipelukannya mendengar alunan detak jantungnya membuatku merasa bahagia, pelukanya seakan takut akan kehilanganku,  aku membuka mataku dan melihat sosoknya yang kini jelas, Wanita itu memeluku dengan erat.

Ia tersenyum padaku, senyumnya yang tulus membuatku jatuh cinta padanya.

“  Hei..., tenang saja kau dipelukanku sekarang  "katanya lembut sekali tak seperti saat diarena.

“ Terima kasih, karena kau tak membiarkanku jatuh lagi.." kataku sembari menatapnya.

“  Tak masalah ”katanya sembari mengusap rambutku.

“ Bagaimana aku akan berterima kasih...?,bahkan aku tak tahu namamu...?”kataku melihat sorot matanya.

“  Namaku, Veliana..” Ia tersenyum dengan sangat manis seperti senyum Velisa.

“  Veliana, nama yang indah dan terima kasih banyak, aku punya hutang yang tak bisa  dibayar, lagipula darahmu kali ini mengalir di tubuhku,  terima kasih banyak karena kau, aku bisa membuka mataku lagi ” kataku masih melihat pipinya dengan samar.

“  Itu tak masalah bagiku,  tetapi apa kau akan menerimaku...?.
Aku yang seperti ini... Apa kau bisa menerimanya...? ”katanya dengan air mata yang hampir menetes.

“  Siapa lagi yang bisa aku terima...?, Kau yang memeluku erat, bukanlah orang lain dan hanya kau, tak bisa diriku jauh darimu, karena separuh hidupku adalah dirimu..." kataku dengan sepenuh hati.

Pelukanya kali ini lebih erat,  Ia tak melepasnya, aku merasa nyaman berada di dekat Wanita ini serta tak akan aku biarkan terluka, tak akan jauh darinya, hidupku kali ini karena dia, sebuah harta berharga karena aku sayang dengannya...

‘’ Baiklah kalau begitu, kita lalui jalan ini sampai akhir serta jangan kau lepas pelukanku karen kau berada dihatiku sekarang, dan kau adalah masa depan kita” ucap Veliana dengan erat memelukku.

“  Iya..., biarkan aku tertidur sekarang, jangan pergi dari Ku sebab yang ingin ku lihat pertama kali ketika aku membuka mata dan kau berada disisiku, tak pernah kulepas  dirimu " kataku tertidur dipelukannya.

#POV ADITYA

.

.

.

  Aku hanya ternganga melihat semua kejadian ini, bagaimana bisa seorang yang tadinya musuh menjadi seorang teman...?.

   Edo yang kutahu tidak suka dengan seorang Wanita kini malah tengah takluk dengan lawan jenisnya itu...?, Apa semua kemungkinan ini serta logika yang abstrak ini adalah mungkin terjadi pada Team kami...?.

   Aku seketika melihat Arif yang sedari tadi malah asik membaca buku komiknya, apakah dia tak pernah tahu bahwa Wanita adalah pertanda buruk bagi sebuah pertemanan...?.

  Tapi apa yang bisa ku perbuat...?, Apakah aku harus melarangnya...?, Ataukah membiarkannya seperti aliran Air yang mengalir...?.

   Aku hanya tahu bahwa ini semua wajar adanya, tak bisa dicegah apalagi dilarang. Tetapi aku akan bertindak bila melewati batas....

" Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang.
Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan. "

                  "Darwis Tere Liye"

# Vote And Comment.

# Akhirnya setelah beberapa Chapter membosankan Hope Selection fase 1 selesai juga😂😂.

# Cinta akhirnya datang lalu bersemi juga di Hope Selection ya...😂😂

# tunggu Chapter berikutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro