Hope Selection 1 selesai(Revisi)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku masih bermain dengan seekor lalat yang mencoba menganguku, gerakannya sangat cepat membuatku kesulitan menangkapnya tetapi suaranya benar-benar menguji emosiku, hingga tiba-tiba Arif menggangu penangkapan lalat ini.

" Sampai kapan kau akan mengejar lalat itu...? " Tanya Arif membuyarkan lamunanku.

" Hehe...,Sebenarnya masih banyak hal yang bisa aku lakukan daripada menangkap lalat. " Kataku sembari cengengesan.

  Mata Arif yang sembari tadi hanya fokus terhadap komiknya kini mulai tertuju pada objek lainnya, yaitu sebuah jam milikku yang aku pakai di tangan sebelah kiri.

" Jam hadiah ya...? " Tanyanya antusias.

" Ya... Aku diberi oleh pembawa acara sebelum datang kesini " kataku menjelaskan.

  Jam pemberian tersebut memang tidaklah unik, hanya berwarna hitam dengan merk jam yang bahkan tak dikenal dikalangan atas apalagi bawah. Tapi entah kenapa sepertinya Arif terlihat kagum dengan jam tangan tersebut.

" Kau boleh memilikinya jika mau...? " Kataku menawarkan jam tangan ini.

" Benarkah...?, Aku terkadang heran denganmu, kadang menyebalkan kadang pula kau sangat baik " respon Arif sembari melihatku.

   Aku mulai melepaskan jam tangan di tangan kiriku, dan dengan mudah berhasil lepas serta beralih pada tangan Arif.

" Eittsss.... biar aku saja yang memasangnya " kata Arif  sembari merebut jam tangan tersebut.

" Memangnya siapa yang mau memasangnya?, Kau pikir aku homo...? " Kataku agak kesal.

" Kau memang homo kan?, Homo memiliki arti manusia " kata Arif mulai sok tahu.

" Bukan itu yang aku maksud..! " Kataku agak geram.

  Arif hanya tersenyum saja melihat kemarahan lucuku, sampai seseorang berjas hitam serta sepatu hitam bahkan kacamatanya hitam mendekati kami yang tengah berada di depan ruang perawatan.

" Kalian dari SMA Hymne, segeralah berkemas karena sebentar lagi kita akan berangkat dalam beberapa jam  menuju sebuah pulau di samudra Pasifik " kata laki-laki formal tersebut dengan nada bicara yang formal juga.

" Memangnya Hope Selection tahap dua dilakukan disana...? " Tanya Arif ingin tahu.

" Sepertinya iya.., tetapi dalam perjalanan kesana kalian akan naik Kapal pesiar mewah lalu dalam dua hari kalian akan sampai dipulau tersebut " katanya masih formal.

" Kapal pesiar...?, Apakah disana seperti kapal Titanic seperti dalam film ...? " Tanyaku menanyakan sesuatu yang lugu.

" Jadi kau tahu Titanic ya...?, Benar..., hanya saja 40 kali lebih besar daripada Titanic asli " katanya mulai cair dengan sedikit tersenyum.

   Aku mulai membayangkan kemewahan dalam kapal pesiar tersebut, antara makanan laut seperti kepiting bakar,lobster rebus, hingga kenyalnya cumi-cumi mentah dicampur kecap asin khas jepang bersama dengan Sushi beragam aneka ikan laut.

Pemandangan laut yang tengah diiringi oleh lumba-lumba yang melambai mengucapkan selamat datang, serta juga bau laut yang terasa menyejukkan membuat imajinasiku
melayang kesana.

" Sudah berkhayalnya...? " Kata Arif ketika melihat aku berkhayal dengan tersenyum sendiri.

" Lebih baik kau bangunkan Edo dan Veliana disana " kata Arif lagi menyuruhku membangunkan mereka.

" Kenapa bukan kau saja...?, Aku orangnya tidak tega membangunkan orang tidur, lebih mirip phobia menurutku " kataku memberi alasan.

" Sudah cepat..., aku akan mencari beberapa makanan untuk bekal kita nanti " katanya sembari melangkah pergi.

" Hei..., kita mau ke kapal pesiar untuk berpesta, kenapa harus bawa  bekal...? " Kataku bertanya pertanyaan yang logis.

" Bekal kita hanya untuk jaga-jaga untuk keadaan darurat lagipula kuyakin tak ada yang menjual obat dipulau itu " katanya menoleh sebentar kemudian melangkah lagi.

    Dengan berat hati akhirnya kulakukan apa yang dia suruh, dengan perasaan takut aku membangunkan Edo dan Velisa.

" Doo... bangun cepat... " kataku seakan berbisik.

   Edo tentu saja tak mendengar apa yang aku katakan, bagaimana ini...?.
Apakah aku harus berteriak dengan keras atau aku pukul saja dia supaya bangun...?.

" Do ayo... bangun kita harus berkemas karena sebentar lagi kita akan pergi dari sini " kataku sembari mengoyangkan tubuhnya yang dipeluk Veliana.

   Syukurlah akhirnya Edo bangun juga dari tidur singkatnya, ia mulai melihat sekeliling dan menemukan Veliana masih memeluknya yang juga terbangun akibat gerakan dari Edo.

" Kenapa kau membangunkan kami..? " Tanyanya tak mengerti.

" Kita harus berkemas karena kita akan naik kapal pesiar " kataku menjelaskan.

" Apa...?, Kita akan naik kapal pesiar...?, Tetapi kemana tujuaan kita selanjutnya...? " Kata Veliana kaget mendengar jawabanku.

" Kita akan melanjutkan perjalanan Hope Selection Part 2 disebuah pulau di Samudra Pasifik " kataku masih jengkel karena mereka masih tak mengerti agar bersiap-siap.

" Baiklah sebaiknya aku mulai kembali kepada Timku lagi " kata Veliana sembari bangun dan mulai meninggalkan Edo.

" Tapi suatu saat kau akan kembali kan...? " tanya Edo dramatisir.

" Tentu saja sayang... " katanya sembari berlari kecil meninggalkan ruangan.

   Pipi Edo mulai terlihat merah saat dia dipanggil sayang oleh Veliana, sedangkan aku malah bertambah geram melihat drama murahan ini.

" Sudah puas tidurnya...? " kataku bertanya dengan agak geram.

" Hehehe..., lumayan walaupun perutku terasa kaku " katanya masih bisa cengengesan.

   Arif mulai kembali dengan membawa beberapa snack dan obat-obatan kecil yang tidak ku ketahui namanya.

" Cepat sekali kau kembali kesini...? " Tanyaku penasaran bagaimana dia membawa makanan kecil itu.

" Aku mendapatkan makanan ini dari lemari makanan disana, sedangkan obat-obatan ini aku dapat dari ruang perawatan lainnya " katanya menjelaskan.

" Jadi kau mencuri ya...? " Tanya Edo curiga.

" Hei..., aku mengambil ini karena tak ada seorangpun disana,jadi ku ambil saja selagi gratis kan...? " Katanya sembari tersenyum manis.

" Kalau begitu berarti kau ambil semuanya...? " Introgasi Edo.

" Ya semuanya tidak masalah kan...? " Kata Arif.

  Kami semua tertawa mendengar kegiatan yang baru saja Arif lakukan, tetapi dari sebuah lorong dikejauhan terdapat seorang pria sedang menelpon seseorang.

" Kode Hijau..., dia sudah ketemu " kata Pria tersebut.

" Lekas amankan, lalu buat dia menjadi pihak kita " kata seseorang lagi ditelepon.

" Permintaan anda sedang diproses tuan... " kata pria yang tengah menyalakan rokoknya kini.


" Kita semua memiliki bakatnya masing-masing, siapapun yang menghina bakat orang lain sebenarnya jiwanya lemah rapuh tak berdaya dan tak memahami arti kehidupan orang lain lagipula memenjarakan pikiran orang lain lebih kejam daripada memenjarakan Badannya utuh dalam kamp pembantaian Nazi "

" Penulis "

#Vote And Comment
#Thanks For Reading
#Saran Dan kritik selalu terbuka

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro