Buku dan Kata

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

   Arif mulai mendekati si Bangau dengan langkah santai namun pasti, Ia tahu bahwa dengan melawan sang Bangau akan membuat poin didalam timnya menjadi berubah menjadi satu setelah nol.

" Kau mau mendapat serangan yang mana bocah???!. " kata Arif kepada si Bangau.

" Kalau kau bisa coba serang kepalaku, itupun kalau kau mendekatiku maka akan kulubangi tempurung kepalamu!. " Kata si Bangau dengan sombong.

" Akan aku lakukan dengan cepat bocah! ." Kata Arif sambil menatap tajam.

   Serangan dari Arif pun muncul seketika, dengan berlari Arif sudah mendekati si Bangau yang ternyata belum siap dengan serangan secara mendadak.

" Kick "  kata Arif sambil menendang musuh diarea bawah.

   Namun ternyata si Bangau berhasil menghindari serangan dari Arif dengan cara melompat ke atas, setelah si Bangau mencapai tanah kembali ternyata dibawah kepalanya sudah disasar oleh bolpen milik Arif yang kontan membuat darah mengalir dari dalam kepalanya.

" Aku tak pernah bohong kalau berbicara." kata Arif sambil melepaskan bolpennya yang tercemar darah lawan.

" Lihatlah para penonton!!!, Arif memenangkan pertandingan ini dengan sebuah bolpen!!!. " Kata pembawa Acara yang tak percaya dengan adegan yang baru dilihatnya.

" Maafkan aku, tetapi bolpen bukanlah sebuah senjata dalam kebudayan negara manapun ." Kata Arif sambil memperhatikan kematian lawannya.

   Arif mulai meninggalkan arena tanpa sepatah katapun ia kembali duduk didekat Edo dan Aditya, maka dengan langkah santai ia kembali membaca komik yang baru dikeluarkannya yaitu komik One Piece.

#Zaman dahulu kala

    Disebuah pulau yang sangat jauh diantara ganasnya dua buah lautan yang memiliki pusaran yang mampu membuat sebuah kapal karam, hiduplah seorang tua renta yang sedang mengamati pantai pasir putih didekat gubuk rumahnya yang berbatasan dengan pantai.

   Tua renta itu mulai mengambil pena miliknya dengan menambahkan tinta yang telah habis separuh terbuat dari tinta cumi-cumi, ia mulai menuliskan beberapa kalimat yang mengisi lembaran kertas yang mulai menguning dan terlihat sobek disana sini.

" Ahh, sudah hampir 40 tahun aku terdampar dipulau ini. " katanya lirih.

   Tua renta yang mulai terlihat putih rambutnya itu mulai meneteskan air matanya sebagai bukti kerinduan terhadap kekasihnya yang nun jauh disana, Ia bahkan mulai bersenandung dengan lagu paling perih yang membuat burung camar yang lewat membuyarkan lamunan dan hanyut pula dalam kesedihan.

"Tuhan...
  Bila memang waktuku t'lah dekat
  Maka Aku mohonkan kepadamu
  Aku memang lengah dahulu
  Tapi bukankah semua orang punya 
  Dosa...???

  Dalam sesak penuh nafas ini
  Memburu maafmu
  Aku ingin pulang Tuhan...
  Bukan kesana tetapi ketempatmu"

   Isakan Tua renta menunggu ajal.

    Tua renta tersebut mulai menghapus air matanya yang mengalir pelan melalui pipinya yang tersembul pula tulang pipi dibalut kulit keriput tuanya, Ia mengamati langit kemudian menuliskan beberapa kalimat dengan tulisan jeleknya yang tergores dikertas jelek pula.

   Ia menutup kertas yang terdiri dari beberapa kertas yang kemudian menjadi buku tanpa sampul didepan maupun belakang, hanya mengamati keindahan Tuhanlah satu-satunya hiburannya selama ini.

" Aku akan mati tapi kata dan bukuku tidak akan hancur selama langit belum runtuh dan bumi belum terbelah. " Katanya sambil memandang laut biru.

   Maka dengan langkah gontai Tua renta tersebut mendekati pantai sampai air laut mulai menutup kepala dan Tua renta tersebut hilang ditelan ombak laut yang lirih mengantar kepergiaannya menuju Ilahi.

   Tanpa dinyana oleh burung camar, tiba-tiba pulau yang sekarang tanpa penghuni tersebut mulai ikut tenggelam bersama pohon kelapa yang tertanam diatasnya. Tak lupa pula gubuk milik Tua renta ikut tenggelam dan membuat peti yang berisi ratusan buku milik Tua renta hilang... tapi tidak untuk selamanya mungkin...

#Waktu sekarang
 

Arif mulai membuat catatan dalam buku komiknya, Ia menuliskan beberapa kelemahan serta kelebihan dalam buku komiknya tersebut. Sedangkan Aditya dan Edo mulai berfikir tentang pertarungan Arif dan si Bangau yang membuat tim mereka sekarang adalah tim yang patut diperhitungkan.

" Hei selamat atas kemenanganmu kawan... " kataku membuat Arif menatapku sambil tersenyum.

" Hehe, maaf membuat kalian jadi agak takut denganku. Aku rasa terlalu berlebihan tadi." Katanya sambil tetap tersenyum.

" Ohhh, ternyata kau pembunuh berdarah dingin ya." kata Edo berbicara namun tak memandang Arif.

" Tapi tidak sedingin dirimu kan...?" Kata Arif kepada Edo.

   Mendengar hal tersebut membuat Edo memalingkan wajahnya menuju Arif yang tetap tersenyum, ia kemudian mulai mendekati Arif tapi kemudian Ia malah memelukku dan mengelitikiku.

" Rasakan sekarang anak nakal." Kata Edo sambil membuat Aku tertawa karena kegeliaan.

" Hahahaha, kau salah sasaran kawan." Kataku sambil terus tertawa.

" Ya rasakan itu karena kau cuma bengong saat melihatku bertanding tadi." Kata Arif mulai menyemangati Edo menganguku.

    Candaan mulai merubah suasana dari keseriusan menjadi langkah konyol yang membuat peserta lainnya hanya tersenyum melihat tingkah kocak kami bertiga.

   " Aku berani bertaruh, kalau kita semua akan menang pertandingan ini." Kata Arif mulai bijak.

  " Bukannya sombong tapi kita harus tetap waspada dalam kondisi sekarang." Kataku berkata sambil kehabisan tenaga setelah digelitiki.

" Ya memang kawan, membunuh bukanlah hal yang dapat dibanggakan tetapi jika kita diam saja apakah bisa kebenaran ditegakkan?." Kata Arif mulai lagi.

"Memang kematian bukanlah sebuah akhir tapi awal yang tak berkesudahan." Kata Edo sambil duduk kembali.

   Kami mulai terlibat dengan keakraban setelah suasana mencekam dalam dada kami membuat ketakutan justru menjadi, maka ketika sebuah kecemasan diubah menjadi suatu keberanian maka saat itulah pula langkah awal kemenangan akan dimulai.

"Dan disini kami bukan akan berdamai hukummu, tetapi kami akan merubahnya dari dalam dan dari luar. Ini bukanlah sebuah protes, ini adalah kebangkitan jiwa kami"

( ROBERT ARTHUR LEWIS )
PENDIRI FREEMANSON

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro