Danau Biru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

    Suasana kegelapan memang bukanlah idaman yang patut dibanggakan, tetapi mereka disini bukan untuk merasa dibanggakan oleh orang banyak.

" Tak perlu ada yang ditakuti dalam hidup ini,  yang perlu ditakuti adalah diri kita sendiri dan Tuhan. " Ucapku dengan berwibawa seperti membakar semangat para pejuang yang akan bertempur habis-habisan melawan penjajah.

" Kita memiliki semuanya disini, pengetahuan,kenekatan,kepemimpinan,loyalitas, serta segala informasi mengenai labirin ini. " Tambahku mengakui segala keunggulan dari grup ini.

  Tetapi suasana tak ada yang berubah, Louis segera mengucapkan bahwa itu pidato yang hebat. Sedangkan yang lainnya hanya merasa itulah omong kosong sesungguhnya dan seharusnya tak pernah diucapkan.

" Aku tahu kau sudah berusaha untuk menyemangati kita, tapi aku tahu satu hal. Kami semua disini lebih takut akan kematian. " Ucap Arif dengan segala kebijaksanaanya yang terkadang muncul dalam kondisi sulit seperti sekarang.

   Tak berapa lama semua sudah siap dengan segala persiapan yang dilakukan dari tadi, Arif dan Edo sudah siap dengan tas ransel khas penjelajahan bak pencarian artefak yang hilang.

  Sedangkan aku dan Louis memilih membawa peralatan obat yang disediakan oleh Arif dalam dua buah koper berwarna hitam yang berbeda, sementara Bones merasa dirinya sudah cukup dengan semua pengetahuan dalam isi otaknya.

" Baiklah, mari kita berpetualang... " Ucap Edo sembari melangkah maju dan semua ketakutannya yang tadi muncul secara histeria seakan terlupakan begitu saja.

  Pintu kamar yang telah berubah menjadi sebuah pintu yang terbuat kayu yang telah keropos serta disisi bagian bawah terdapat lumut berwarna putih kehijauan tampaknya sesuai dengan keadaan kamar saat ini yang mencekam.

  Pintu mulai dibuka oleh Louis dengan decitan khas besi berkarat pada gerendel pintu yang sepertinya belum takkan lama lagi usailah riwayat grendel pintu tersebut.

Dan semua pemandangan luarpun terlihat setelah pintu dibuka.

" Wow.... lihat ini pangeran....!. " Ucap Louis sembari menatap keatas keheranan diiringi oleh rasa takjub yang luar biasa.

  Kami yang sedari tadi melangkah menuju keluar ruangan juga merasa takjub melihat keajaiban ditengah kegelisahan yang menjalar ke setiap orang ini, tampak cahaya biru,kuning,dan sedikit warna putih cerah menghiasi kegelapan.

   Tempat ini lebih mirip sebuah gua dengan penerangan dari cahaya diatas kepala kami yang telah mempesona mata, tampak pula beberapa stalaktit dan stalakmit yang turut menambah keajaiban dari gua ini.

" Apakah itu kunang-kunang?. " Tanya Edo setelah melihat apa yang tak pernah dilihatnya selama hidupnya dahulu.

" Menurutku, hewan itu lebih tua dari kunang-kunang. Aku lupa namanya, tapi hewan itu telah ada sejak zaman Dinosaurus awal. " Jelas Arif sembari memegang dagunya kemudian mengosoknya sembari memikirkan sesuatu dibalik keajaiban tersebut.

  Memang cahaya dari hewan dilangit-langit gua tersebut menjadi lebih terang daripada senter yang dibawa oleh Arif dikarenakan hewan tersebut berjumlah jutaan banyaknya serta bergerombol.

   Nampaknya gua tempat labirin diselengarakan ini menjadi ajang pamer sinar cahaya dari hewan yang mirip kunang-kunang tersebut, dengan langkah pasti Arif  terpukau dengan cahaya dari para kunang-kunang yang bersiap untuk kawin.

" Biasanya mereka mengirimkan sinyal kepada pasangannya untuk memulai perkawinan, dan dalam beberapa hari kunang-kunang itu akan mati. " Ucap Arif sembari tetap menatap dengan ekspresi takjub.

" Seharusnya mereka cepat punah, akan tetapi nyatanya mereka telah bertahan lebih dari 200 juta tahun yang lalu hingga sekarang. " Lanjut Arif yang sedikit banyak mengetahui perihal hewan menarik tersebut.

  Namun dibalik kekaguman mereka tentang ribuan kunang-kunang diatas langit-langit gua, Edo mulai berteriak tentang sesuatu dibawah mereka sekarang.

" Lihat kemari teman-teman,lihatlah... danaunya sekarang berwarna biru. " Teriak Edo kegirangan melihat sebuah danau berwarna biru namun agak sedikit aneh.

" Apakah danau itu dalam...?. " Tanyaku mencoba kemungkinan untuk mengukur kedalaman danau tersebut.

    Arif segera melempar sebuah koin dari dalam sakunya.

  Ketika koin tersebut mengenai permukaan danau, tak terdengar bunyi decak air sebagaimana biasanya sebuah benda ketika tercelup secara cepat kedalam zat cair.

" Ya ampun...,pasti danau itu sangat dalam!. " Ucap Edo sembari melangkah mundur menjauhi daerah yang memiliki kemungkinan pijakannya bisa retak lalu jatuh kedalam danau tersebut.

" Kita ada di tengah danau...?! " Ucapku kaget sembari melihat tepian dari danau ini namun jauh nun disana.

" Tidak dalam aku rasa... " Arif memberi opini yang lainnya.

" Dan mungkin ada kemungkinan lainnya. " Tambahnya sembari terus memacu gilingan otaknya untuk mencerna apa yang sedang terjadi.

" Kemungkinan apa...? " Tanya Bones tidak mengerti apa yang dibahasnya.

" Aku butuh relawan...? " Ucap Arif semakin membingungkan.

" Aku berasumsi bahwa itu adalah sekumpulan gas yang menyerupai air seperti sebuah konser musik, hanya terlihat lebih nyata. " Terangnya sembari mencari relawan untuk membuktikan teori asap konser tersebut.

" Bagaimana kalau kau saja Edo...? " Usul Arif sembari menunjuk Edo yang biasanya terkenal dengan kenekatannya.

" Teori tak masuk akal, jelas itu adalah gurauan yang tak lucu. " Kata Edo sembari bernada kesal mengejek Arif.

" Kalau kau Bones...? " Tanya Arif lagi menatap wajah Bones yang sedari tadi tak mengerti jalannya cerita.

" Aku takut ketinggian dan aku tak bisa berenang. " Ucap Bones sembari ketakutan bila muncul monster dalam danau yang memakan otak dan seluruh tubuhnya.

" Aku harus melindungi pangeran, kenapa tidak kau saja?. " Ucap Louis menantang Arif sebelum dia menunjuknya membuktikan teorinya sendiri.

  Suasana terlihat mulai memanas, tak ada yang mau untuk membuktikan bahwa danau tersebut hanyalah kumpulan asap. Sedangkan aku mulai berpikir bahwa semuanya sekarang tidak bisa diandalkan.

" Biar aku saja yang akan menceburkan diri kesana... " Ucapku dengan berani walaupun resikonya sangat besar, namun bila tak dilakukan akan berakibat buruk dengan cara terjebak pada kapal kecil ini.

" Kalau begitu biar aku saja tuan. " Cegah Louis sembari menawarkan diri untuk terjun ke danau berwarna biru.

" Tidak Louis, seorang pangeran yang justru harus berkorban demi rakyatnya. " Terangku tetap pada pendirian untuk masuk kedalam danau berwarna biru yang misterius.

" Tapi tuan....! " Sergah Louis menatap sembari menyesal telah menolak tawaran Arif yang pertama.

" Tidak ada kata tapi Louis, tenang...aku tidak akan mati terlalu mudah. " Ucapku sembari bersiap untuk terjun kedalam danau yang menjadi perdebatan mereka.

  Semua mata memandang penuh keraguan, sedangkan Arif malah memejamkan mata yang juga mulai ragu dengan teori asap miliknya. Sedangkan Edo,Bones,dan Louis menatap penuh arti tentang apa yang akan dialami olehku, sang Pangeran.

  Aku mulai memejamkan mata, walaupun keadaan kaki ternyata gemetaran. Namun dengan sedikit desakan diri akhirnya aku mulai melompat.

    Aku tetap memejamkan mata sembari memikirkan berbagai kemungkinan makhluk buas didalam danau biru tersebut memakanku mentah-mentah.

  Aku mulai masuk kedalam danau, namun ternyata benar ini bukan air, tetapi ini memanglah asap yang berwarna biru.

   Namun rasa hangat dibagian kepalaku membuatku terkejut,rasanya ngilu serta sedikit perih. Ternyata kepalaku membentur dasar danau ini yang terbuat dari batuan keras,sayup-sayup kudengar suara Louis yang mirip sebuah teriakan.

" Hei cepat..., lompatlah..., sudah terbukti itu bukan air..., ayo lompatlah...! " Teriak Louis sembari melompat meninggalkan kapal diiringi oleh yang lainnya khawatir karena kepalaku mendarat lebih dulu dipermukaan yang keras dan menyisakan kakiku yang terlihat dari atas kapal.

   Badanku mulai diangkat oleh Louis, kemudian mulai mengoncangkan tubuhku yang mana kepalanya telah terisi bintang imajinasi disertai suara burung pipit.

" Ya ampun..., tuan kepalamu berdarah, biar aku yang mengobatimu sekarang... " Louis dengan sedikit emosi ketika melihat Arif yang hanya diam saja menyaksikan temannya terluka.

Namun Okama way telah muncul.

" Darah muda darahnya para remaja🎵🎵🎵, yang maunya menang sendiri walau salah tak peduli hihihi darah muda🎵🎵🎵

   Louis serta Bones tak mengerti apa yang terjadi kepada sang pangeran, sedangkan Arif tahu bahwa itu akibat benturan dengan dasar danau yang terbuat dari batuan besar yang sangat keras. Sementara Edo malah ikut bernyanyi.

" Masa muda masa yang berapi-api🎵🎵🎵 yang maunya menang sendiri walau salah tak peduli.... hi..hi...hi..."  nyanyian Edo menyambung nyanyian sebelumnya diakhiri oleh nada fals diakhirnya akibat ditatap oleh  Arif dengan tatapan dingin pembunuh berantai dan kemudian dia kembali senyap diiringi siulan tak bersalah.

" Sebenarnya apa yang terjadi denganmu pangeran...? " Ucap Louis dengan perasaan khawatir sekaligus merasa aneh seorang pangeran berprilaku seperti itu.

" Aku...., jadi duta shampo lain ahahahaha upsss. Dulu sih pernah pakai shampo lain... " ucapku menirukan suara bintang iklan terkenal shampo.

" dan ketombe juga sempet ilang,tapi...,ketombe balik lagi dan rambutku rontok la....gi.... "  Ucap Edo menyambung kata tersebut sebelum berhenti karena lagi-lagi ditatap oleh Arif yang sembari menjilat bolpen  yang tersimpan disakunya.

   Sungguh, kejadian bertambah runyam saja....

Sebuah senjata ninja bernama shuriken baru saja melesat kemudian mengenai pipi Bones dan membuatnya tergores, segera dibalik lorong hitam yang tak disinari oleh sinar kunang-kunang sesosok tubuh berpakaian hitam berlari secepat kilat menerobos kearah lain mencari celah kelemahan mangsanya.

" Kita diserang....!!! " Pekik Arif sembari memberi peringatan kepada yang lain untuk menghindari serangan beruntun lainnya.

   Dan benar saja beberapa senjata yang dilesatkan mengarah menuju ke arah kami, tampak lesatan dari senjata tersebut hanya mengarah area kepala kami.

" Tiarap....!!! " Perintah Arif semakin bingung dengan semua serangan yang terarah serta sangat berbahaya.

   Asap berwarna biru membuat serangan dari arah kegelapan tersebut berhenti sejenak, namun beberapa saat kemudian serangannya berubah menjadi tak terarah bak menusuk dalam kegelapan.

" Siapapun itu tolong berhenti....!!!, Kami membawa damai....!!! " Teriak Edo yang dekat dengan posisi Arif dan Bones bertiarap.

   Serangan berhenti juga, namun kewaspadaan tetap membuat kami masih bertiarap berharap bahwa si penyerang berubah hatinya namun kemudian menyerang tanpa aba-aba.

" Edo...., kaukah itu....? " Tanya seorang dari balik kegelapan yang nadanya sepertinya seorang wanita.

   Edo hanya berusaha mengingat nada suara tersebut, namun ia hanya yakin satu orang yang memiliki nada tersebut.

" Veliana...?, Kaukah itu....?! " Teriaknya mulai menampakan diri dari untaian asap berwarna biru yang sedari tadi menyelamatkan hidup timnya.

    Muncullah sosok 3 orang wanita dari arah kegelapan, dan benar saja dialah Veliana sedangkan 2 lainnya masih terlihat asing.

   Satu orang mirip dengan ninja karena pakaiannya seperti ninja, sedangkan yang satunya lagi memakai pakaian berwarna hitam.

   Dan entah mengapa sebuah aliansi terpikir dalam kepalaku, akankah kami akan beraliansi...???.

" Sebuah buku penuh  misteri memang menegangkan membacanya, jika kau tak merasa menegangkan mungkin kau tak membacanya. "

# Terimakasih untuk pembaca

#terimakasih juga bagi yang telah mendukung Black History menjadi salah satu bacaan Favorite di Wattpad

# saran sangat penulis harapkan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro