Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Event tahun kemarin yang mangkrak. Hufftt, moga kali ini bisa konsisten dan lanjut. Biar segar di ingatan tentang alurnya, author repost lagi, ya. Ada yang masih berharap cerita ini dilanjut?

Bantu author kasih semangat dan dukungan dong lewat tap bintang dan komentarnya.

Selamat membaca ....

***

"Aku mengenalimu," gumam Al Biru setelah beberapa saat mengamati wajah Bia. "Kau wanita yang menumpahkan sampanye di pesta pernikahan Bastian. Juga ... apa aku mengenal kedua orang tuamu. Tampaknya wajahmu tak asing lagi."

"Saya sudah meminta maaf."

"Untuk kesengajaanmu?" Salah satu alis Al Biru terangkat. Trik murahan semacam itu sudah terlalu sering ia jumpai nyaris di setiap pesta yang ia datangi. Tapi ... Al Biru akui trik yang digunakan Bia lain daripada yang lain. Pandangan wanita itu berhasil mengalihkan pikirannya.

Hasrat Bia yang menggebu untuk mendekatinya membuat Al Biru tak yakin wanita itu melakukannya karena keberanian atau kebodohan. Tapi ... bagi Al Biru keduanya tampak seksi.

"Apa kau tertarik padaku?" Well, Al Biru tak perlu menanyakannya. Wanita itu jelas tertarik padanya, pun dengan segala niat yang berada di baliknya.

Bia menggigit bibir bagian dalamnya. Dengan tatapannya yang sayu, wanita itu menatap seluruh kesempurnaan yang terpahat di wajah Al Biru. Bia harus mengakui dirinya sungguh terpesona. Sekilas wajah Bastian terlihat di sana. Bentuk rahang dan hidung mancung yang dimiliki oleh Al Biru sama persis dengan Bastian. Sakit hati dan perasaan cinta yang masih mengendap di dasar hatinya bercampur aduk menjadi satu. Menciptakan debaran yang begitu keras.

"Sepertinya jantungmu berdebar sangat kencang ketika berdekatan denganku."

Bia menahan napasnya. Ya, jantung berdegup sangat kencang karena jarak di antara mereka yang semakin terpangkas, tetapi sebagian besar alasannya adalah karena adrenalin yang mengaliri nadinya. Bisakah ia mendapatkan Al Biru dan menjadikan pria ini sebagai batu loncatan untuk membersihkan nama baik keluarganya. Mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pria ini. Membalaskan dendamnya dan mengembalikan perusahaan ayahnya kembali ke tangannya.

"Siapa namamu?"

"Bia Sienna."

Kening Al Biru mengernyit, seolah menggali ingatannya. "Sienna?"

Bia mengangguk.

Senyum tertarik di kedua ujung bibir teringat pasangan sempurna tersebut. "Aku mendengar kabar tentang mereka dan turut berduka cita."

"Jika kau mengenalnya, kau tahu berita itu tidak benar."

Pernyataan Bia mengejutkan Al Biru, senyum tertarik di kedua ujung bibir pria itu. Ia bahkan tak pernah peduli gosip yang beredar. Tapi mengenal pasangan Sienna, hanya satu hal yang Al Biru ingat. Pasangan sehidup semati. Entah apa alasannya, rasanya hanya itu kata yang tepat untuk mengungkapkan keduanya dalam kata-kata.

"Ah, jadi kau anak tunggal pasangan Sienna?"

Bia mengangguk.

"Kedua orang tuamu sering bercerita tentangmu. Mereka pasangan yang hangat. Ternyata kau memiliki wajah ibumu, ya?"

Bia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Bahagia karena kecantikan ibunya diturunkan padanya? Ataukah sedih mengingat kedua orang tuanya.

"Dan aku mengerti."

Bia mengernyit tipis. "Mengerti apa?"

"Kau ingin mengambil alih perusahaan, yang sudah dijual oleh ..." Al Biru mengingat-ingat. " Tantemu kepadaku?"

Tatapan Al Biru menguncinya, Bia memberi anggukan sederhana. Bia bahkan tak peduli jika Al Biru berpikir dia seorang matrealistis. Ia cukup realistis bahwa Al Biru pun menginginkan dirinya karena penampilannya yang sempurna. Ia tahu Al Biru tertarik padanya pada pandangan pertama mereka di pesta pernikaham Bastian. Pria itu menginginkannya, begitu pun dengan dirinya.

"Kejujuranmu sangat manis. Jadi ... apa kau ingin menikah denganku?"

Bia terkejut. Di pertemuan kedua dan pria itu langsung menawarinya sebuah pernikahan. Yang tentu saja akan memberi banyak hal bagi Bia. Tidak banyak lagi, tapi semua hal yang Bia inginkan. Seperti setumpuk keberuntungan yang dihidangkan di hadapannya. Dan kau hanya perlu membuka mulut dan melahapnya dengan rakus.

Apakah pria itu tidak butuk mengonfirmasi dirinya? Atau setidaknya menyelidiki tentang kehidupannya dengan lebih dalam sebelum menawari seseorang untuk menikah.

"Apakah itu pertanyaan yang serius?"

"Di umurku yang sudah tak muda lagi ini, kupikir aku tak punya waktu untuk bermain-main. Jika kau bersedia, kita akan menikah secepatnya. Jika tidak, kau tahu di mana pintu keluar, kan?" Al Biru melirik ke arah pintu ruangannya

Al Biru mengedipkan mata dan memberikan senyum termanis yang pernah Bia lihat setelah senyum Bastian.

"Apa arti perusahaan itu bagimu?"

"Segalanya."

"Aku memilikinya, apakah itu berarti kau akan menjadikanku segala-galanya jika aku menjadikanmu ratuku?"

Bia tak perlu berpikir dua kali untuk menjawab ya dalam anggukan mantapnya.

Senyum Al Biru naik lebih tinggi, dengan wajah yang semakin mendekati bibir Bia. Hembusan napas pria itu menerpa wajah Bia, menciptakan rona yang membuat wajah Bia semakin berwarna.

"Kau begitu percaya diri dan seksi," bisik Al Biru tepat sebelum menanamkan bibirnya di bibir Bia dalam lumatan yang dalam dan intens.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro