Undangan Perayaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AWAS TYPO BERTEBARAN!

***

"Aku tidak sabar!"

Eirlys spontan menggerakkan bola matanya--menatap sumber suara. Eirlys tersenyum, kemudian menoleh ke segala arah. Orang-orang tampak berjalan dengan ceria, sesekali mereka berbincang ringan dengan orang di sampingnya. Hari ini adalah hari yang cukup dinanti-nanti oleh penduduk Daratan Firsland, terutama oleh penduduk kalangan remaja. Bagaimana tidak, hujan akhirnya turun setelah belasan purnama terlewati--itu berarti perayaan atas turunnya hujan akan segera digelar dan gerbang kubah raksasa akan terbuka. Bukankah itu luar biasa?

Ya, menurut Eirlys itu sungguh luar biasa! Setelah sekian lama terkurung di dalam Frihom--kubah raksasa buatan para petinggi Daratan Frisland--akhirnya Eirlys dan penduduk lainnya dapat menikmati udara di luar kubah.

Berbicara tentang Frihom, Frihom merupakan kubah raksasa yang dibuat untuk melindungi area penduduk warga di Daratan Firsland dari badai besar dan bahaya lainnya yang tak terkira. Mengingat iklim di bumi yang sangat ekstrim dan tak dapat di prediksi, setelah peperangan besar antar benua dan bencana dasyat melanda bumi ratusan tahun yang lalu. Selain menyebabkan keekstriman iklim di bumi, peperangan dan bencana yang lalu juga berdampak pada kerusakan tanah kehidupan.

Banyak daratan yang tenggelam, terradiasi gas beracun, virus mematikan, bahkan terdeteksi banyak bom aktif tertanam di tanah. Dan akhirnya tersisa dua daratan yang disinyalir cukup aman untuk ditinggali. Dua daratan itu akhirnya diberi nama, Daratan Frisland dan Daratan Secoland. Tetapi di antara dua daratan itu, manusia lebih banyak memilih tinggal di Daratan Frisland, mengingat medan di Daratan Frisland lebih baik dan lebih luas dibanding Daratan Secoland. Selain itu, tentunya Daratan Firsland lebih unggul karena terdapat kubah raksasa yang dapat melindungi penduduk dari bahaya yang sangat mungkin terjadi. Sehingga manusia yang memilih tinggal di Daratan Secoland hanya sedikit, bahkan penduduknya hanya berada di angka belasan.

Eirlys melangkahkan kakinya dengan ringan. Saat ini gadis berusia 18 tahun itu tengah menunggu verifikasi undangan yang ia dapatkan. Beberapa hari lalu sebuah undangan--untuk menghadiri acara perayaan yang tak setiap tahun ada itu--dikirim ke rumahnya. Dalam undangan itu, dijelaskan bahwa dalam satu rumah hanya boleh satu anggota keluarga yang boleh ikut. Selain itu, hanya anggota keluarga yang berada pada rentang umur 18-21 tahun yang boleh ikut serta dalam kegiatan ini. Beruntung usia Eirlys sudah menginjak 18 tahun sejak dua bulan lalu.

Oh, satu lagi syarat yang harus terpenuhi, seluruh anggota keluarga harus menyetujui salah satu keluarganya ikut dalam perayaan--perkemahan-di luar Kubah Frihom, dibuktikan dengan cap jempol serta tanda tangan di atas undangan. Jika tidak, maka orang tersebut di larang ikut dalam perayaan di luar kubah Frihom kali ini.

Sejujurnya Ibu Eirlys sempat tak mengijinkan anaknya ikut dalam perayaan kali ini. Tetapi Erilys dengan kekeras kepalaannya dan bujuk rayunya, akhirnya ia berhasil mendapat restu sang ibu. Lagi pula Kakak perempuannya beberapa tahun lalu juga pernah ikut perayaan seperti ini, jadi sekarang Erilys merasa bahawa ini merupakan gilirannya untuk ikut perayaan ini.

"Setelah ini, silakan ke sebelah sana untuk mendapatkan peralatan kemah dan sebagainya." Erilys menyambut undangan yang telah diverifikasi oleh petugas. Kemudian ia mengikuti petunjuk petugas untuk mengambil keperluan kemah. Perayaan turunnya hujan memang selalu identik dengan kemah. Entah bagimana sejarahnya, tapi yang pasti sejak dahulu kemah di luar Kubah Frihom selalu menjadi kegiatan yang luar biasa bagi penduduk Frisland, terutama para remaja.

Setelah barter surat undangan yang telah terverifikasi dengan perlengkapan kemah dan sebagainya, Eirlys segera keluar dari kerumunan. Kemudian mengecek isi dari tas carrier yang ia dapat dari proses barter sebelumnya. Ia melihat beberapa makanan instan, beberapa potong pakaian, kantong tidur dan lainnya. Semua komplit, dan tentu saja itu berasal dari pemerintah.

Memang sejak dulu, pemerintah yang menanggung semua keperluan peserta perkemahan. Jadi peserta perkemah tak perlu membawa apapun dari rumah. Tetapi jika ingin membawa beberapa peralatan dari rumah juga tak dilarang. Meski peralatan yang dibawa dari rumah dibatasi jumlahnya. Dan tentu saja Eirlys tak menyia-nyikan hal tersebut, ia jelas membawa beberapa keperluannya dari rumah. Ia tampak memasukkan beberapa keperluan yang ia bawa dari rumah ke dalam tas carrier yang masih menyisakan ruang.

Tak butuh waktu lama, setelah mendapat pengarahan. Akhirnya seluruh peserta perkemahan--dalam rangka perayaan turun hujan--kali ini, diminta naik kendaraan yang telah disiapkan.

Suasana dalam kendaraan bak terbuka itu terasa menyenangkan. Semua orang tampak tak sabar menghirup udara dari luar Kubah Frihom. Begitu pula dengan Eirlys. Dia juga tak kalah senang dengan yang lainnya. Ia harap kegiatan pertamanya di luar kubah, akan terasa menakjubkan seperti yang ia bayangkan sejak dulu.

"Hai."

Eirlys mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum kemudian berujar, "Oh, H-hai."

"Aku Sha, dari distrik 3. Salam kenal." Perempuan berambut pirang dengan  ceria memperkenalkan diri pada Eirlys.

"Aku Eirlys," sahut Eirlys singkat, karena tak tahu harus merespon apa. Perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Sha itu tampak mengangguk, kemudian beralih pada orang di samping Eirlys dan berlanjut pada orang-orang berikutnya. Sepertinya perempuan bernama Sha itu suka beramah-tamah, hingga merepotkan diri untuk berkenalan dengan semua orang.

Tak ingin perhatiannya terpaku pada segerombolan manusia di sekitarnya, Eirlys segera mengalihkan pandangannya pada jalanan. Hujan memang telah turun beberapa kali membasahi daratan Frisland. Tapi tampaknya hal itu tak cukup mampu membuat pepohonan bersemi. Hujan tampaknya lebih memilih untuk menyatukan tanah yang retak karena kemarau panjang.

Beberapa waktu Eirlys terpaku pada pemandangan yang ada, hingga akhirnya ia mendongakkan kepala menatap langit yang tampak berawan tanpa terhalang atap kubah. Atap kubah Frihom memang dibuka beberapa hari sekali jika cuaca memungkinkan. Seperti hari ini.

"Woah, lihat! Lihat itu!" Suara pekikkan senang terdengar mendominasi telinga Eirly di tengah suara bising lain.

Eirlys terdiam, tak peduli tubuhnya terdesak peserta lain, kali ini gerbang Frihom lebih menarik dibanding apapun di sekitarnya. Eirlys sungguh tak menyangka jika dalam hitungan menit ia kan melewati gerbang tinggi yang kini terbuka lebar itu, lalu dirinya benar-benar akan merasakan udara bebas. Sungguh tak dapat dipercaya!

"Bu, aku akan merasakan udara di luar kubah. Aku akhirnya bisa melihat dunia luar, Bu," gumam Eirlys dengan mata yang tampak berkaca-kaca. Ia merasa sangat senang, bahkan rasanya jika bisa, ia ingin salto sembari berteriak kencang.

Suara manusia-manusia lain terdengar semakin kencang. Mereka bersorak senang, ketika akhirnya kendaraan yang mereka tumpangi berhasil melewati gerbang Kubah Frihom.

"Wow, menakjubkan." Eirlys bebar-benar merasa terhipnotis dengan pemandangan di luar kubah. Bahkan dia bergumam secara tak sadar.

Tanah membentang luas tampak begitu menakjubkan dengan puluhan pohon tak berdaun yang berdiri dengan kokohnya. Rumput-rumput liar tampak mulai tumbuh setelah berbulan-bulan kering. Memang, medan di luar kubah, mirip dengan medan di dalam kubah. Tapi tetap saja semua terasa beda. Terutama udara luar Frishom yang terasa lebih panas namun lembab. Tak seperti udara di dalam kubah yang terasa lebih normal mengingat Kubah Frihom memiliki teknologi untuk mengatur suhu dalam kubah, meskipun teknologi tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal.

"Ayo turun, cepat." Suara dari perserta lain berhasil membuat Eirly bergerak cepat mencangklongkan tas carrier-nya ke kedua bahunya. Kemudian dengan gerakan tergesa ia akhirnya berhasil turun dari kendaraan itu.

Eirlys merasa semua terasa bising, namun ia tampak tak terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Bahkan, untuk ukuran orang yang tak menyukai kebisingan sepertinya, ia tampak santai dan menikmati suasana yang ada di tengah kebisingan. Mungkin udara di luar Frihom mampu membuat orang-orang menjadi bahagia.

"Lihat ada sungai!" Eirlys menggerakkan kepalanya, mencari posisi sungai yang di maksud oleh peserta lain. Matanya langsung berbinar ketika melihat sungai yang dimaksud. Sungai itu tampak besar, tapi mungkin karena kemarau berkepanjangan, aliran air sungai itu tak sebesar badan sungai.

Cukup lama mereka semua menikmati pemandangan yang ada, sebelum akhirnya mereka diberi aba-aba untuk bergegas mendirikan tenda. Satu tenda akan dihuni oleh dua orang. Karena tak bisa memilih pasangan tenda, Eirlys harus pasrah ketika teman tendanya tampak sedikit aneh. Perempuan yang mungkin seusianya itu, tampak memutar-mutar daun Maple yang entah ia dapat dari mana. Selain itu, dia sedari tadi tak mengucapkan satu patah kata pun, padahal Eirlys sudah mencoba membuka pembicaraan.

Eirly mendengus kesal melihat tingkah aneh gadis--yang sialnya menjadi teman tendanya. Eirlys merasa muak dengan tingkah gadis itu, jadi ia memutuskan berjalan-jalan di sekitar area perkemahan sebelum rangkaian acara perkemahan dimulai.

"Aku, ingin bersenang-senang di tempat ini. Tetapi mengapa aku harus satu tenda dengan manusia aneh itu? Membuat kadar kesenanganku menurun saja! Menyebalkan." Bibir Eirlys tampak mengerucut. Jika boleh, ia ingin meminta teman tendanya di ganti dengan manusia yang lebih normal.

Tak ingin semakin kesal, Eirlys segera mengalihkan pikirannya. Matanya tampak memindai sungai yang sebelumnya tak pernah ia lihat wujudnya. Ini adalah kali pertama Eirlys melihat wujud asli sebuah sungai. Di dalam Kubah Frihom tak ada sungai, di sana hanya ada pipa-pipa besar yang terhubung dengan pipa kecil untuk mengalirkan air.

Eirly menghirup oksigen sebanyak mungkin, kemudian menghembuskannya dengan pelan. Ah, ia merasa sedang di tempat terbaik di bumi. Atau mungkin, memang di sinilah tempat terbaik itu? Eirlys tertawa pelan menertawakan pemikiran acaknya itu.

"Eh?" Eirlys diam sejenak, menatap udara kosong di depannya. Kemudian tanpa aba-aba ia meniup udara di depannya. Tampak jelas uap udara muncul dari mulutnya, menandakan suhu udara menurun.

Mata Eirlys tampak mengerjap, ia masih ingat beberapa waktu lalu--saat pertama ia menginjakkan kaki di tempat ini--udara masih terasa panas dan lembab. Tapi entah mengapa kali ini udara terasa begitu dingin bahkan tangannya terasa membeku. Mungkinkah karena matahari mulai turun, jadi suhu udara pun ikut turun?

"Perhatian untuk seluruh peserta perkemahan, diharap segera menuju titik api unggun. Terima kasih."

Suara lelaki dari pengeras suara itu, mampu mengeluarkan Eirlys dari pemikirannya. Dia tampak diam sejenak kemudian segera bertolak menuju tempat yang telah di sebutkan oleh panitia perkemahan.

Ketika Eirlys sampai pada tempat yang dimaksud, orang-orang sudah duduk di atas tanah mengelilingi api unggun portabel. Tak ingin ketinggalan ia segera mencari tempat untuk duduk di atas tanah yang lembab--yang sangat mungkin membuat celananya basah dan kotor. Tapi siapa yang peduli akan hal itu. Yang penting sekarang hanyalah bersenang-senang menikmati waktu di luar kubah.

***

Hua 😭😭
Terima kasih telah baca cerita ini ....

Love,
Rengga

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro