2. Miss My Ex-GF

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi lo buta ya?"

Mendengar tanggapan tersebut gadis itu terdiam. Hatinya sakit mendengarnya walaupun benar adanya demikian dengan dirinya. Tapi dihatinya juga berkata, seengganya jangan to the point juga.

"Oh. Sorry deh. Nih gue kembaliin." Taehyung meraih tangan gadis itu dan memberikannya di tangannya.

"Makasih," balas Nayeon sembari memegang erat tongkat jalannya yang abru diserahkan Taehyung padanya.

"Sebenernya lo ngapain sih malem-malem keluyuran disini?" kepo Taehyung.

Kalau jenis tante-tante atau chili-chili yang sering lewat di dekat Club Taehyung juga tau. Tapi gadia di hadapannya yang mengenakan pakaian yang sangat bertolak belakang sedang apa? Apalagi dia... ya, buta.

Apa pura-pura buta? Tidak mungkin juga.

"Aku baru pindah kesini. Obatku jatuh dan aku harus mencarinya," jawab Nayeon.

"Udah malem. Besok aja gih minta Mama-nya lo," ujar Taehyung memberi nasehat.

Tidak bagus juga, karena takut juga ada preman meski tau kalau jarang ada preman komplek di sekitaran situ.

Tapi, daerah perumahan yang dia tinggali lumayan minim cahaya kalau di malam hari karena beberapa minggu ini lampu jalanan sedang rusak dan belum juga diperbaiki dari pihak pusat dan pengelola perumahan.

"Tapi-"

"Nurut aja sih. Gue anter lo pulang. Untung ini komplek perumahan. Coba kalo nggak, banyak begal dah."

Taehyung menarik tangan gadis itu dan menaikinya di atas motor. Ia juga naik. Tapi sebelumnya ia bertanya alamat rumah yang lengkap.

"Rumah lo nomer berapa?"

Gadis itu berusaha mengingat-ingat perkataan Mamanya tadi siang, "Kalau tidak salah, nomor 34."

Oh deket dong sama rumah gue, tapi kok gue gak tau ya? batin Taehyung.

Taehyung menyalakan mesin motornya. Gadis itu berdoa semoga dia baik-baik saja sampai di rumah karena Taehyung habis minum-minum. Karena menurut yang pernah ia dengar, orang yang habis minum-minum itu agak peleng kepalanya dan takut terjadi kecelakaan.

Tapi, doanya pada Tuhan terkabulkan. Tak berselang lama mereka sampai di tempat tujuan. Dan Taehyung dengan yakin kalau itu rumah Nayeon, meskipun pencahayaan tidak terlalu terang.

Perlahan-lahan Nayeon menuruni motor Taehyung yang juga dibantu oleh pemuda itu.
"Dah. Lain kali jangan gitu," omel Taehyung.

"Iya. Makasih ya... siapa nama kamu?" Lupa satu hal yang penting. Keduanya belum berkenalan nama satu sama lain.

"Kim Taehyung, panggil aja V, ganteng juga boleh." Seenaknya jidat Taehyung memperkenalkan diri, sesaat kemudian dia lupa. Nayeon tak bisa melihat rupanya.
"Lo sendiri?"

"Im Nayeon, panggil saja Nayeon," ucap Nayeon.

"Ya udah, Yeon. Gue cabut balik. Bye!"

Taehyung langsung pergi dari sana. Dari dalam rumah Nayeon tampk seorang wanita menghampirinya dengan raut cemas yang nampak jelas itu. Ia sudah menunggu putrinya sedari tadi sejak ia menyadari Nayeon pergi keluar.

"Darimana saja kau?"

"O-obatku terjatuh, jadi aku berusaha mencari," jawab Nayeon dengan kepala tertunduk.

Wanita berkepala hampir setengah abad itu mengelus puncak kepala putrinya dengan lembut. Namanya Jang Seora, Mama Nayeon yang sangat mencemaskan putrinya sedari pukul delapan malam.

"Istirahat saja langsung ke kamar, Mama tadi mencemaskanmu karena mengira hilang," ujar Seora.

"Maaf," kata itu yang dapat diucapkannya.

Seora mendampingi putrinya berjalan menuju rumah baru mereka. Nayeon sedikit merasa bersalah karena keluar tanpa meminta izin. Disisi lain hatinya resah karena obatnya yang harus dikonsumsinya setiap hari harus terjatuh saat kepindahannya ke rumah baru.

"Oh, ya. Tadi pulang sendirian atau?"

"Eum, tadi pulangnya...—"

✘✘✘

Taehyung hanya bisa tertidur saat pelajaran Kwon ssaem. Semalam setelah mengantar Nayeon-gadis baru di perumahan-ia langsung belajar materi untuk besok walau hanya 30 menit. Ia bahkan baru tertidur pada pukul 2 pagi.

Jimin hanya menggeleng melihat tingkah temannya yang biasa menjadi pemandangannya setiap hari. Tapi herannya temannya itu walaupun suka molor di jam pelajaran tapi tetap saja pintar.

"Park Jimin! Tolong bangunkan temanmu yang tertidur itu!" teriak guru mengajar.

Jimin mendesah kesal. Selalu saja ia yang kena untuk membangunkan pria idiot dan alien seperti Taehyung.

"Tae! Bangun! Aish jinjja.." sekuat tenaga ia membangunkan temannya itu.

Masalahnya, Taehyung agak susah dibangunkan kalau sudah mode beauty sleeping karena jam tidur anak itu sukanya berkurang. Hampir setiap hari dia bermain game melawan lawan main online-nya.

Taehyung mulai menggerakan sedikit tubuhnya. Perlahan tubuhnya bangkit dan tegap walau matanya masih terpejam.

"Kau berisik sekali Jimin." Ia mulai merenggangkan otot-ototnya. Bahkan suara otot di sela-sela jarinya terdengar.

Dia sekarang menjadi pusat perhatian yang ada.

"Kim Taehyung! Jelaskan apa yang tadi saya katakan! Cepat!" sekali gertakan mata Taehyung terbuka secara sempurna.

Dengan malasnya, ia berjalan mendekat dan berdiri di depan semua anak kelas. Ia berdiri di samping Kwon ssaem yang sedang memegang pemukul kayu yang terkenal legend sangat menyakitkan.

Taehyung melirik ke belakang dan tersenyum. "Oh, ini ya? Gampang ssaem." Nada bicaranya sangat meremehkan.

"Jelaskan kalau begitu." Nada Bicara guru di sampingnya sangat menusuk.

Taehyung menjelaskan dengan entengnya materi yang semalam ia pelajari. Tentang bab Bunga majemuk yang biasanya sangat membosankan dipelajari seketika berubah 180° setelah Taehyung yang menjelaskan.

Murid yang tadinya menutup mata sekarang menjadi segar karena Taehyung menyelipkan banyak lelucon yang membuat mereka juga paham akan materi tersebut.

Kwon ssaem yang awalnya marah kini tersenyum. Murid yang terkenal membolos dan dituding menyuap kurikulum kini ditepis dengan pembuktian tersebut. Bahkan materinya lebih komplit daripada yang diajarkannya.

Ternyata bocah idiot ini pintar juga. Murni dari dirinya.

Setelah menerangkan dengan cukup, Taehyung tanpa permisi kembali duduk di bangkunya, melenggang melewati gurunya yang masih tak percaya sekaligus terpukau dengan salah satu anak didiknya.

Semuanya bertepuk tangan kepada master Taehyung dan dengan lagaknya Taehyung membanggakan dirinya.

"Gue tau lo pinter, tapi jangan sok juga kali," dengus Jimin dengan kesal masih dalam posisi menopang dagunya di atas meja.

Taehyunh menatapnya dengan remeh, "Ye, bilang aja lo iri kan bantet?" ejek Taehyung.

Jimin kembali memfokuskan ke buku pelajarannya. Abaikan, mungkin suara barusan adalah suara setan.

✘✘✘

Taehyung memarkirkan motornya di garasi. Dengan menenteng sebungkus pizza berukuran besar, ia masuk dengan santai.

Masuk ke kamar kesayangannya,ia langsung saja melemparkan pizza itu ke atas kasur dan mengambil PS2 kemudian menyalakan layar monitor dan menyambungkannya ke daya listrik.

Game GTA menjadi pilihan sekaligus kesukaannya. Ia bahkan sudah berulang kali menamatkan dan merestart ulang dengan sengaja supaya menambah kesan seru. Sesekali ia mengambil potongan pizza dengan topi keju mozarella yang meleleh di atasnya dan memakannya lahap.

"Ayolah! Lari goblok! Emang dasar polisi lelet!"

"Mati lo!"

"Anjirr ciumannya kurang hot!"

Kalimat di atas adalah sepersekian banyak dari umpatan-umpatan yang keluar kalau dia bermain game.

Beruntungnya cuman dia yang bisa mendengar umpatannya sendiri, karena kamar pribadinya di desain kedap suara dengan beberapa karpet bulu terpasang di dinding untuk menyerap sur dan bukan membuat gema.

Drrttt

Bunyi ponsel terdengar namun ia abaikan karena keseruan yang tak dapat ia lewatkan sedetikpun.

Biar kuulangi, sedetikpun.

Ia masih bergeming disana.

Tujuh kali panggilan tersebut masuk dan keluar pada akhirnya. Setelah dua jam berjuang dengan cepat menyelesaikan game-nya, ia segera meraih ponselnya.

Dahinya berkerut. Panggilan dari Jungkook banyak dan ada tiga pesan yang belum dibuka olehnya.

Kookelinci
Okelah. Gue kasih tau aja. Sama lo. Kebanyakan nggak diangkat dan diPHPin. Gue nemu kartu pelajar sama sebungkus obat dideketnya gitu di deket komplek rumah lo. Mau kasih ke lo, lonya nggak angkat. Gebleg emang lo ma. Jadi mau gue kasih besok ke lo. Siapa tau punya tetanggaa lo.
15.17

"Kagak gini juga Kook. Lo nelpon kaya gue tu buronan coba." gumam Taaehyung.

"Ngapain juga bawa-bawa PHP. Dasar Kelinci baperan!" umpatnya menatap layar ponselnya.

Ia meletakan ponselnya di atas nakas dan keluar dari kamarnya. Ada Arin yang sedang duduk di atas sofa sambil menonton Televisi yang berisi boyband Korea.

"Dih lo masih aja nonton begituan," kata Taehyung kepadanya sambil mendudukan diri di sebelahnya.

Arin yang merasa acara menonton Televisinya sedikit terganggu langsung menoleh kearah Taehyung.

Keripik kentang di tangannya juga diambil Taehyung beberapa saja, dan Arin mencebikkan bibirnya kesal tak berujung. Biang onar Kim Taehyung memang kakaknya, tapi idiotnya tidak lebih dari Lee Haechan kawannya.

"Dih. Kakak syirik aja kalau mereka ganteng. Jangan ganggu gue kalau lagi nonton. Hush.. Hush.." Arin mengepakan pergelangan tangannya tanda mengusir.

"Hak lo apa ngusir gue. Gue lebih ganteng kali dari mereka," protes Taehyung tak terima.

Dia menunjuk salah satu anggota EXO bernama Oh Sehun yang sedang tampil membawakan lagu Monster versi Chinese dengan dada yang sedikit terbuka.

"Shhhttt... Mending diem aja. Lagi fokus nih nonton EXO ada Sehun oppa yang pamer ABS yang kaya roti sobek termantep," Arin memberikan dua acungan jempol.

Adik gue ini titisannya siapa sih? Perasaan Mama Papa gak pernah gini deh, batinnya.

Taehyung menggelengkan kepala dan merebut keripik kentang dari Arin. Padahal cemilan di kulkas masih banyak dan sesaat setelahnya mereka bertengkar merebutkan keripik kentang serta masalah tadi.

"Buat kakak aja kali," ucap Teahyung menjauhkan tangannya.

Arin berusaha mencapainya meski tinggi badannya tak setinggi kakaknya.
"Balikin!"

"Lagian apa bagusnya sih si Sehun EKO EKO itu," kata Taehyung.

"EXO woy! Bacanya E-K-S-O, pinter gak dipake otaknya. Sekolah ngapain aja lo? Rokok doang kan?"

Dengan smirk di wajahnya, Arin berusaha membuat kakaknya bisa kalah untuk satu kali ini saja.

Bukan Taehyung namanya yang juga tidak tau akan kelemahan Arin, kejelekan bahkan segalanya yang sebenarnya buruk sekali dalam adiknya tapi gadis kecilnya itu malah menyimpannya dengan rapi semua kekurangan tersebut.

"Lo juga, sukanya jail bukan sama guru? Dah, ngaku aja," balas Taehyung.

Wajah Arin pucat pasi. Apa yang dikatakan oleh kakaknya itu memang benar, tapi darimana Taehyung tau akan informasi tersebut. Lee Jeno? Tidak mungkin, bahkan pria itu terlalu pendiam hingga bisa membicarakan aib secara diam-diam.

Huang Renjun? Sebuah kemuatahilan yang sangat nyata. Felix? Anak pindahan dari Australia itu saja bahkan bahasa Koreanya seperti berbicara sambil makan samyang pedas super pedas.

Merasa menang berdebat, Taaehyung bersorak dan berlari menuju kamarnya.

Setelah itu, Taehyung pergi keluar dari sana sambil mengambil skateboard-nya. Ia keluar dari gerbang rumah menuju ke taman kompleks. Ia bersiul dan terkadang juga bersenandung lagu dari penyanyi kesukaannya.

Skateboard-nya berhenti ketika sudah sampai. Ia langsung duduk di bangku panjang yang sudah ada disana. Ia memandangi bunga-bunga yang tumbuh dan mekar disana.

Ia merindukan seseorang. Seseorang yang membuatnya masih mencintainya saat ini.

"Gue kangen."


Akan diterbitkan
Untuk Kpopwriting Event oleh alydwxx08

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro