ELEVEN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.

.

"Kau memang berbuat kesalahan..." Doyoung menggantungkan kalimatnya.

Changkyun menundukkan kepalanya dan tanpa sadar gengamannya pada tangan Doyoung terlepas. Changkyun mendadak menjadi tidak bertenaga.

"Apa salahku?"

~

Doyoung mendorong bahu kiri Changkyun dengan jari telunjuk kanannya.

"Kau..kau.. kenapa kau tidak mengatakan padaku dari dulu jika Jooheon Sunbae adalah hyungmu, huh?! WAE?!!" teriak Doyoung di akhir kalimatnya.

Changkyun bungkam, ia sekarang paham dengan alasan Doyoung yang mendiamkannya. Tapi ia tak tahu bagaimana menjelaskannya pada Doyoung.

"Ayolah, Changkyun-ah! Aku ini teman dekatmu, aku selalu membantumu saat yang lain berusaha menyakitimu, aku juga tetap mau berteman denganmu meskipun tak sedikit orang meremehkanmu..." Doyoung diam sejenak memberi jeda pada kalimatnya.

Ia menatap Changkyun yang dengan jelas menampakkan ekspresi terkejut sekaligus bingung.

"Dan bodohnya, tanpa kusadari ternyata aku sebenarnya juga ikut andil dalam menyakitimu! Hampir setiap hari  aku bertemu Jooheon Sunbae, bahkan sangat akrab dengannya. Dan hampir setiap saat itu pula kau berada di sampingku, menyaksikan kedekatanku dengan Jooheon Sunbae yang bahkan tega membuat adiknya sendiri menangis!" lanjut Doyoung panjang lebar dan jangan lupakan nada bicaranya yang meninggi.

Changkyun menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan berat. Ia tersenyum.

"Jooheon hyung membenciku, dan dia tak mau seluruh anak sekolah tahu jika aku adalah adiknya. Lagi pula siapa juga yang mau mempunya adik cacat sepertiku? Tak ada kan?"

Astaga! Apa ini?!

Doyoung benar-benar tak menyangkan dengan jawaban yang diutarakan oleh namja di hadapannya ini. Bisa-bisanya ia tersenyum sedangkan ia berada di pihak yang tersakiti. Dia terlalu polos dan naif memang.

"Kenapa?! Kenapa kau malah tersenyum?!" tanyanya heran.

Changkyun masih tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tak apa, aku memang pantas mendapatkannya."

Oh God! Bolehkah Kim Dongyoung ini berkata kasar dihadapan sahabatnya ini?

Doyoung meraup wajahnya kasar dan mencoba untuk menyabarkan hatinya.

"Aishh! Sudahlah lupakan saja," Doyoung berbalik kemudian melangkah pergi.

Changkyun yang menyadari kepergian Doyoung pun ikut melangkah.

"Doyoung-ah! Tunggu, apa kau masih marah padaku eoh?" tanyanya setengah berlari.

"Hmm," sahutnya tanpa menoleh ke belakang.

"Jinjjayo?"

"Hmmm."






Brukkk








"Akh.."

Doyoung semula lurus kini refleks menoleh ke belakang dan mendapati Changkyun tersungkur dengan tidak elitnya karena menginjak tali sepatunya sendiri.

"Aishhh, jinjja!" Doyoung mengacak rambutnya kasar, sebenarnya ia tadi sudah melihat jika tali sepatu milik Changkyun terlepas tapi ia lupa memberitahunya.

Doyoung membantu Changkyun berdiri kemudian mengikatkan tali sepatunya.

"Hehe.. gomawo Doyoung-ah!" ucap Changkyun menampakkan cengirannya.

"Kajja, ku antar sampai halte."

Changkyun hanya patuh mendengar ajakan Doyoung dan mengekor di belakang. Dalam hati ia merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Doyoung.

[Changkyun POV]

Jujur, aku sedikit terkejut saat Doyoung tahu jika Jooheon hyung adalah kakak ku. Tapi setelah kufikir-fikir kembali, bukankah cepat atau lambat semua akan terungkap? Hanya tinggal tunggu tanggal mainnya saja.

Dia tidak marah padaku saja, aku sudah merasa sangat beruntung. Baiklah, mungkin besok dia akan mengintrogasiku dengan bermacam pertanyaan. Ayolah seperti kau tak kenal dengan Doyoung saja. Dia takkan diam sebelum rasa ingin tahunya terpuaskan. Dan kali ini akulah yang jadi sasarannya😂

"Changkyun-ah. Sopirku sudah datang. Bagaimana jika kau ikut denganku saja? Ku antar sampai rumahmu." 

Ah.. ternyata kita sudah sampai di halte dan sopir yang biasa mengantar-jemput Doyoung juga sudah tiba. Doyoung memang punya sopir pribadi, jadi dia tak pernah naik bus sepertiku.

"Tidak. Tidak usah, aku naik bus seperti biasa saja," sahutku, aku tak mau merepotkannya.

"Kau yakin? Bukankah ini sudah larut, apa bus masih lewat?" Dia terdengar tak yakin meninggalkanku sendiri.

"Kemungkinan masih. Aku akan menunggu dulu, lagi pula rumahku tak terlalu jauh dari sini, jadi aku bisa jalan kaki nanti," tolakku sehalus mungkin dan ku dengar dengusan kesal dari Doyoung.

"Arra, arra. Kalau begitu aku pulang dulu, sampai besok Changkyun-ah! Annyeong." Ujarnya kemudian menepuk bahuku.

"Nee, annyeong," aku tersenyum saat mendengar laju mobil Doyoung yang sudah mulai menjauh.

Hahaha... aku tahu temanku itu pasti sedikit jengkel karena penolakanku. Tapi mau bagaimana lagi, bahkan rumah kami berlawanan arah.

Dan di sinilah aku, duduk sendiri di bangku halte sambil menanti kedatangan bus yang akan mengantarku sampai rumah. Aku suka suasana hening seperti ini.

[Changkyun POV End]

Tanpa disadari waktu sudah hampir tengah malam. Itu berarti Changkyun sudah duduk di halte hampir satu jam lamanya. Namun belum ada tanda-tanda kehadiran bus akan tiba dan mengantarnya hingga rumah.

Sepertinya hari ini ia harus berjalan kaki lagi(?)

Tentu saja, kemarin ia berjalan bersama dengan Kihyun.

Dengan sedikit ragu, Changkyun memutuskan berdiri dan mengeluarkan tongkatnya kemudian berjalan perlahan menyusuri malam dengan membawa suhu dingin yang cukup menusuk kulit apalagi Changkyun hanya menggunakan setelan seragam dan jas saja tanpa dilapisi dengan jaket atau semacamnya.

Tuk

Tuk

Tuk

Tuk

Bunyi ketukan tongkatnya menggema karena suasana yang sudah sepi.

Huft.. sebenarnya Changkyun tidak memiliki cukup keberanian untuk berjalan sendiri di tengah malam begini. Teman-temannya bilang banyak preman, penjahat, rampok dan sejenisnya berkeliaran di tengah malam begini.

Ayolah jangankan bocah 16 tahun sepertinya. Orang dewasa pun akan ketakutan jika bertemu berandal seperti itu.

Jarak dari sekolah ke rumahnya hanya sekitar 2.5 Km, tapi mungkin akan terlihat 2 kali lipat lebih lama jika kau berjalan seorang sendiri.

Dan tibalah Changkyun di sebuah gang sempit yang mana di ujungnya adalah jalan yang mengarah ke rumahnya. Ia sengaja memotong jalan agar lebih cepat sampai.

Nyatanya itu adalah keputusan yang salah. Baru 20 langkah Changkyun memasuki gang yang gelap itu. Hahaha... lucu memang, bagi seorang Im Changkyun entah itu gelap maupun terang kan sama saja.

Tuk

Tuk

Tuk

......

Changkyun menghentikan langkahnya saat mendegar bunyi aneh. Seperti kaleng?

Ah.. bukan! Itu langkah kaki. Ya! Langkah kaki. Dan itu tidak hanya satu. Tapi... tapi lebih. Tiga orang mungkin.

Changkyun tentu menyadari kehadiran mereka. Ia segera membalikkan badan dan beranjak meninggalkan gang tersebut.

Tapi sial. Pergelangan tangan kanannya sudah dicekal oleh salah satu di antara mereka.

"Halo adik kecil," sapa seseorang yang mencekal tangan Changkyun. Itu akan terdengar menyeramkan jika kau sudah berada di posisi Changkyun.

"To.. tolong l-lepaskan.." ujarnya memohon sambil menepis genggaman dari tangannya.

"Mwo? Coba kau katakan sekali lagi. Aku tak dengar," ujarnya kemudian megeratkan genggamannya.

"Ahjusshi.. tolong lepaskan aku," pinta Changkyun pada 3 orang pria dewasa di hadapannya. Ya, dari suaranya mereka adalah sekumpulan namja usia awal 30-an.

"Bwahahahahaha...."

Tawa ketiganya meledak saat Changkyun usai berucap dan itu sukses membuat Changkyun tersentak dengan tawa keras itu.

"Hei, nak. Apa kau punya sesuatu untuk kami?"

"Ya, uang atau semisalnya?" imbuh yang lain.

Changkyun menggeleng.

"Maaf, ahjusshi. Aku tak membawa uang," sahutnya kemudian.

Memang benar. Changkyun tidak pernah membawa uang selama pergi ke sekolah. Bukan berarti Nyonya Lee tak memberinya saku. Tidak, ia tidak sejahat itu. Nyonya Lee selalu memberinya uang, sama seperti Jooheon. Tapi bedanya Changkyun lebih memilih menyimpannya di rumah dan mengumpulkannya di laci. Ia ingin membeli sesuatu untuk hadiah di ulang tahun Jooheon nantinya. Di dompetnya haya berisi kartu pelajar dan kartu yang mempermudahnya untuk membayar ongkos bus. Dan lagi pula ia benar-benar payah dalam hal mengenali uang.

"Bohong, lihatlah kau bahkan bersekolah di sekolah elit."

Seseorang yang tadi hanya diam angkat bicara sambil menarik kasar jas sekolah milik Changkyun.

"Su-sungguh, ahjusshi! Aku tak bohong," kilahnya sambil mencoba melepaskan cengkraman di jasnya.

Plakk!!

"Cih! Dasar bocah sombong," pria itu mendaratkan satu tamparan ke salah satu pipi Changkyun dan meninggalkan bekas merah di pipi namja mungil itu.

Tak cukup sampai di situ pria itu juga membanting tubuh Changkyun ke tanah dengan cukup keras hingga menimbulkan bunyi yang memilukan.

"Ughhh..." rintih Changkyun tepat saat tubuhnya menimpa tanah. Tongkat yang tadi dipegangnya terlempar entah kemana.

Changkyun sendiri berusaha bangkit dan meraih sembarang arah mencari letak tongkatnya. Ayolah, Eommanya pasti marah jika ia menghilangkannya lagi.

Nampaknya mereka baru sadar jika Changkyun adalah seorang tunanetra. Terbukti dengan ekspresi terkejut di wajah mereka saat melihat Changkyun berusaha menemukan tongkatnya.

Tapi yang namanya orang jahat tak mungkin jadi baik dalam sekejap kan?

Bukannya membiarkan Changkyun lepas, salah satu dari mereka malah meraih dagu Changkyun.

"Hmmm... baiklah nak. Jika kau tak mau memberi kami uang...." orang itu menggantungkan kalimatnya kemudian mengelus pipi Changkyun.

Changkyun hanya bisa menahan nafas dan menunggu kelanjutan dari ucapan berandal di hadapannya. Sungguh, ia benar-benar berharap ada seseorang yang sudi menolongnya kali ini.

"Maka... beri kami tubuhmu..." bisik pria itu tepat di telinga Changkyun.


Deg!

'Tuhan! Jika kau masih mengasihaniku barang sedikit saja. Maka tolong aku!'

#BLIND#


Apakah yang akan terjadi pada Changkyun selanjutnya?

Apakah.... mwehehehe..😁😁

Wa wa wa...

Nggak bener nih si author😒😒

Maafkeun ya maafkeun🙇🙇
Nggak aku ulangin lagi kok😄 #nggaksuresih😜

Oke.. makasih buat yang stay VOMMENT yaa..

Tenang ajua, aku nggak suka mengacuhkan kok.. semua Comment pasti ku bales.. klo ada yg gk di bls.. brarti aku manusia, tempat salah dan juga dosa✌

Okay byee👋👋

Salam

VhaVictory
(23-11-2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro