TEN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jam istirahat.
.
.
Changkyun berada di kantin sendiri. Ya sendiri, sebab Doyoung sudah pergi entah kemana setelah bel tanda istirahat berdering.

Dengan sedikit kesulitan yang harus dihadapi, Changkyun akhirnya bisa membawa nampan berisi jatah makan siang di kantin hingga selamat sampai ke sebuah meja kosong. Bagaimana tidak? Biasanya ada Doyoung yang selalu membantunya mengabilkan jatah makan siang tersebut untuknya.

Kau mungkin mengatai bahwa Changkyun manja. Tapi bukan itu kenyataannya. Bagi seorang tunanetra sepertinya, ia akan mengandalkan indra penciuman dan pendengarannya untuk dijadikan pengganti fungsi mata. Dan untuk Changkyun yang bisa dikatakan memiliki ketajaman pendengaran sedikit lebih tinggi dibandingkan orang normal, ia akan kehilangan fokus jika berada di tempat seramai ini.

Changkyun melahap makanannya tanpa selera. Pikirannya sedari tadi melayang-layang memikirkan perubahan sikap sahabatnya yang menurutnya aneh.

Apa ia sudah membuat sahabatnya itu tersinggung? Apa Doyoung marah padanya? Tapi apa kesalahannya? Ia tak merasa berbuat salah kemarin. Bahkan kemarin mereka masih saling bergurau.


Brakk



"Hei buta!"

Seseorang tiba-tiba menggebrak lapisan meja di hadapan Changkyun hingga menarik paksa Changkyun untuk kembali ke dunia nyatanya.

"Ah.. nee?" sahut Changkyun kelabakan.

"Ck.. apa yang kau lakukan di sini hah?" tanya namja di hadapannya yang tak lain adalah Soonyoung dan tentu saja diikuti Jinwoo di sampingnya.

"Aku? Tentu saja makan. Apa lagi?" sahut Changkyun sambil mengangkat sumpit di tangannya.

Soonyoung tertawa. "Hei! Lihatlah orang buta ini, menyebalkan."

Changkyun mengerutkan keningnya. Dia kenapa lagi? Pikirnya.

"Wae? Apa aku berbuat salah?"

Brakk

Kali ini Soon Young meletakkan nampan makan siangnya dengan kasar di atas meja. Jangan ditanya, hal itu jelas menarik atensi dari para penghuni kantin tersebut tak terkecuali Jooheon yang ternyata juga berada di sana.

"Ya! Ya! Jooheon-ah, apa kau tak melihat itu? Changkyun sedang dalam masalah," ujar Hyungwon setengah berbisik.

Jooheon hanya melirik malas ke arah sahabatnya kemudian melanjutkan kegiatan makannya tanpa ada niat untuk menyahut.

Hyungwon memukul pelan kepala Jooheon dengan sendok yang dipegangnya.

"Yak! Apa yang kau lakukan?!" Jooheon hampir tersedak karenanya.

"Kau bodoh atau apa hah?! Adikmu sedang dibully dan kau hanya diam saja? Aishh.. jinjja.." Hyungwon menggaruk kepalanya frustasi.

"Masa bodoh dengan dia! Apa peduliku. Jika kau ingin membantunya, pergi sana dan jangan harap aka akan berbicara denganmu lagi," sahut Jooheon mengancam.

"Mwo?! Kau mengancamku?"

"Wae? Apa salahku huh?"

Mereka saling menatap tak terima. Itu berlanjut hingga beberapa detik kedepan sampai pada akhirnya Hyungwon memilih mengalah dan melanjutkan makannya. Begitulah mereka jika sedang bertengkar.

"Yak! Menyingkirlah dari sini sialan!"

"Tapi kenapa?"

Soonyoung tersenyum miring.

"Karena ini tempat kami."

"That's right," Jinwoo buka suara.

Changkyun menghela nafas. Tidak ada gunanya berdebat dengan seorang Kwon Soonyoung. Ia berdiri sambil menenteng nampan makan siangnya.

"Baiklah. Maaf aku tidak tahu jika di sini adalah bangku kalian. Silakan duduk, aku akan mencari tempat lain," ujarnya kemudian beranjak.

Buka Soonyoung jika tak membuat Changkyun sengsara. Dengan sengaja ia menjulurkan kakinya ke depan sehingga membuat Changkyun kehilangan keseimbangannya kemudian terjatuh begitu saja. Tentu saja sekarang nampan berisi makanan tersebut tumpah isinya dan tidak sedikit dari kuah makanan tersebut mengotori seragamnya.

"Omo! Kasian dia," pekik salah seorang siswi.

"Dia sudah buta tapi masih diperlakukan seperti itu," ujar yang lainnya bersimpati.

"Ck! Bukankah semua siswa disabilitas di sekolah kita selalu bernasib begitu? Jadi biarkan saja," timpal salah seorang lainnya.

"Maja, dia harus menerimanya jika tak mau maka lebih baik pergi saja dari sini," imbuh kawannya.

Bisik-bisik mulai memenuhi kantin saat Changkyun terjatuh. Jangankan menolong, mereka justru mentertawakannya seakan hal itu adalah hiburan di sela makan siangnya dan sayang dilewatkan.

"Ouh.. mian. Kakiku tadi keram jadi kujulurkan," ujar Soonyoung dengan tampang tanpa dosanya.

"Hahaha.. pantas saja kau terjatuh. Kau pasti tak melihat kaki Soonyoung kan Tuan Im?" Ucap Jinwoo di sela tawanya.

Changkyun hanya bisa menghela nafas menanggapi perlakuan dari teman kelasnya ini kemudian berdiri setelah susah payah mengabil nampan yang terjatuh sedikit jauh darinya.

Tanpa mau memperpanjang urusannya dengan dua iblis sialan itu, Changkyun segera bangkit dan mengembalikan nampan pada tempatnya kemudian berlalu meninggalkan kantin. Tak apa bajunya kotor dan menjadi bahan tertawaan, tapi hatinya sakit ketika mereka menyinggung soal kekurangannya. Memang apa salahnya menjadi buta? Apakah mereka tidak sadar jika setiap manusia itu pasti memiliki kekurangan? Manusia tidak ada yang sempurna kan?

"Hei.. kau Changkyun kan?" tanya seseorang tepat setelah Changkyun keluar dari kantin.

"Nee?"

"Masih ingat aku kan? Aku Lee Minhyuk," ujar namja itu terdengar semangat.

Changkyun tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Minhyuk dan malah berjalan secepat mungkin pergi dari kantin meski pada akhirnya ia harus terjatuh karena menabrak seseorang di hadapannya.

"Maaf," ucapnya pelan.

"Ya. Changkyun-ah! Apa yang terjadi padamu?" Kihyun segera membantu Changkyun untuk berdiri.

Changkyun hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Aigoo.. kenapa bajumu kotor sekali? Siapa yang melakukan ini padamu?" mata Kihyun membulat sempurna ketika melihat kondisi baju Changkyun yang sudah bercampur warna dengan kuah.

"Ah.. ini tak apa, hyung," sahut Changkyun mencoba tersenyum.

"Hei Im Changkyun, kenapa tak menjawab pertanyaanku?" Minhyuk sudah berdiri di belakang Changkyun, ia tak terima jika diabaikan.

Tanpa berkata lagi, Kihyun segera menarik lengan Changkyun dan membawanya ke suatu tempat sedangkan Minhyuk hanya mengekor di belakangnya tanpa tahu apa yang terjadi.

Kihyun mengeluarkan seragam yang sama persis seperti yang dikenakannya dan menyerahkan pada Changkyun.

"Pakailah," kata Kihyun kemudian meletakkan baju tersebut ke telapak tangan Changkyun.

Changkyun menerima pemberian tersebut dan merabanya sesaat.

"Hyung, bukankah ini milikmu? Jika kau memberikannya padaku lalu apa yang akan kau pakai?"

Entah sejak kapan tangan Minhyuk sudah berkalung di leher Changkyun.

"Aishh.. kau ini, pakai saja tak usah pikirkan Kihyun. Dia punya puluhan lebih seragam seperti ini," ujarnya kemudian mengacak puncak surai Changkyun gemas.

"Puluhan?" Changkyun membuka mulutnya tanda takjub. Asal kau tahu saja, harga seragam sekolahnya bisa dibilang cukup mahal. Changkyun sendiri hanya memiliki 3 stel di rumah.

Kihyun terkekeh pelan melihat ekspresi takjub Changkyun, ia imut. Pikirnya.

"Lupakan saja. Sekarang pergilah ke kamar mandi dan ganti bajumu. Ayo ku antar," tawarnya tapi ditolak oleh Changkyun.

"Gomawo, hyung. Tapi kalian tidak perlu repot-repot mengantarku. Aku bisa melakukannya sendiri, lebih baik kalian lanjutkan kegiatan makan kalian saja," tolaknya halus.

"Apa kau yakin?" Minhyuk yang awalnya diam akhirnya buka suara.

Changkyun menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum.

"Aku bukan anak kecil, hyung," sahutnya kemudian berlalu sebelum Minhyuk berceloteh lagi.

Mereka hanya bersungut menanggapi respon Changkyun. Kihyun mematung sesaat memandang tubuh Changkyun yang sudah menghilang di balik pintu. Huh, Anak ini memang tak suka merepotkan orang lain.

"Kajja. Aku sudah lapar," ajak Minhyuk mengalihkan perhatian Kihyun.

"Eoh."

#BLIND#

Kriiiinggg


Waktu menunjukkan pukul 22.00 KST. Bel tanda usai pelajaran tambahan berbunyi dengan nyaring. Seisi kelas menarik nafas lega, tentu saja mereka senang karena setelah ini bisa pulang dan berkunjung ke alam mimpi masing-masing.

Tapi tidak dengan Changkyun yang memasukkan peralatan tulisnya dengan hati gelisah. Bagaimana tidak?

Bahkan sampai sekarang Doyoung masih tak mau bicara dengannya walau hanya sekedar menyapa.

Lihatlah sekarang, Doyoung berlalu begitu saja keluar dari kelas tepat setelah bel berdering.

"Doyoung-ah!" panggil Changkyun yang nampaknya tak direspon oleh si pemilik nama.

Changkyun bergegas menyusul Doyoung yang sepertinya sudah berjalan jauh dari kelas yang entah kapan sudah mulai sepi.

"Doyoung-ah! Tunggu!"

Changkyun berjalan dengan terburu mencoba menyusul kawannya. Dia agaknya kesulitan untuk bisa menemukan posisi Doyoung. Sial memang, karena yang dilihatnya hanya kegelapan.

Sementara Doyoung memang sengaja menulikan telinganya dan mengabaikan panggilan dari kawan kesayangannya itu.




Grabb!



Dapat!

Ya, Changkyun berhasil meraih lengan Doyoung dan menahan langkah dari namja yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

"Doyoung-ah! Jeball, jangan mengacuhkanku seperti ini.. hhhh..hhh..hhh..." ujar Changkyun dengan nafas tersengal.

"Katakan apa salahku?! Aku akan menerimanya dan akan memperbaikinya tapi kumohon jangan mengacuhkanku seperti ini...uhhukk.." Changkyun masih berusaha mengatur nafasnya yang kacau.

Sementara di sisi lain, Doyoung hanya memandang Changkyun dengan tatapan tanpa ekspresinya.

"Kau memang berbuat kesalahan..." Doyoung menggantungkan kalimatnya.

Changkyun menundukkan kepalanya dan tanpa sadar gengamannya pada tangan Doyoung terlepas. Changkyun mendadak menjadi tidak bertenaga.

"Apa salahku?"

#BLIND#

Hai hai hai 👋👋👋

Aku kambek nih...
Maaf ya agak lama update nya akhir2 ini saia sibuk biasa wanita karir #plak_songong 😒

Dan aku mau berbagi kebahagiaan nih😄

You Know What?

BLIND udah lebih 1k reads guys👏👏👏📣📣😁😁

Gimana nggak seneng coba?? Ini ff pertama aku loh... dan aku anggap ini sebagai kesuksesan yang tak terkira😄😄

Tuh kan sampe nggak bisa berenti senyum😁😁

Dah ah....

Byeee👋👋😘

Stay VOMMENT yas??

Salam

VhaVictory
(17-11-2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro