1. Harga Dari Ketidakpedulian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kesunyian malam pecah oleh teriakan Dhesias. Lorong Istana yang sepi kemudian ramai oleh lalu lalang para pelayan yang terburu-buru datang menuju kamar putri sulung Raja Sadhe yang berada di paviliun belakang Istana Keputrian.

"Panggil dokter sekarang!" seruan Dhesias membuyarkan lamunan sebagian pelayan yang terpaku melihat sang pangeran tengah memeluk tubuh saudarinya yang terkulai lemas di atas lantai dengan darah berceceran di atas tempat tidur, lantai, maupun permadani.

Beberapa pelayan bergegas keluar dari kamar untuk memanggil dokter istana, sedangkan yang lain begitu pulih dari keterkejutan, segera mengambil kain atau apa pun untuk membebat tangan putri yang terluka.

Dhesias membopong tubuh saudarinya, lalu membaringkannya di tempat tidur. Air mukanya kalut dan diliputi kekhawatiran. Seorang pelayan segera membersihkan darah di lantai, kemudian dua pelayan laki-laki menggulung permadani bernoda darah untuk dibawa keluar kamar. Sementara satu pelayan perempuan yang dikenal Dhesias, yaitu Orain, membawakan sebaskom air dan juga kain basah untuk membersihkan tubuh sang putri yang kotor karena darah.

"Sevi... Sevi...," Dhesias menggumamkan nama saudara perempuannya berulang-ulang dengan suara serak. Air matanya menggenang di pelupuk mata, lalu turun perlahan ke pipi. "Kumohon jangan tinggalkan aku," ucapnya sembari membebat luka di tangan kanan Seveila, supaya darah berhenti mengalir dari potongan melintang di pergelangan tangan kanannya.

Tak ada jawaban dari saudarinya. Yang terlihat hanyalah dadanya yang bergerak naik - turun dengan pelan. Wajahnya tampak pucat dan gaun tidur putihnya

"Aku hanya memilikimu. Kau satu-satunya keluargaku. Tolong jangan pergi," Isak Dhesias sembari mengusap pipi saudarinya yang pucat. "Aku akan membantumu. Aku akan memohon pada Raja supaya kau tidak dikirimkan ke Entrafarmona."

Masih tidak ada jawaban dari Seveila. Namun, di dalam hati, Dhesias bertekad tidak akan diam untuk kali ini.

***

"Tolong jangan kirim Seveila ke Entrafarmona."

Tidak ada basa-basi dalam permintaan Dhesias saat menghadap Raja Sadhe Penguasa Kerajaan Ifrusilant sekaligus Ayahnya dan Seveila.

Sang Raja Pria berusia pertengahan empat puluh dan memiliki rambut keabuan pendek, hanya menatap putra sulungnya dengan pandangan datar serta ekspresi tenang. Dia sudah mendengar insiden tentang aksi nekat putrinya, tetapi itu tidak menggoyahkan keinginannya untuk menikahkan putrinya dengan pangeran kerajaan Entrafarmona.

"Apa kau tahu betapa pentingnya pernikahan ini?" Suara dingin Sadhe membuat bulu kuduk Dhesias meremang.

"Saya tahu, tapi nyawa saudari saya lebih penting dari pada pernikahan tersebut," timpal pemuda itu.

Sadhe melihat kesungguhan dalam tatapan Dhesias, sebuah gelora yang sudah lama redup semenjak status pemuda itu diturunkan dari Putra Mahkota menjadi Pangeran. Padahal biasanya Dhesias tidak suka berurusan dengannya, tetapi demi Seveila, dia sampai melewati batas toleransinya sendiri.

"Anggap saja pernikahan ini adalah bayaran atas apa yang diperbuat Ibu kalian," ujar Sadhe.

Dhesias menggertakkan gigi mendengar jawabannya. "Bayaran atas apa? Pengkhianatan yang bahkan tidak pernah dilakukan oleh Ibu?" nada suaranya meninggi. Dia paling benci diingatkan tentang peristiwa itu dan yang membuatnya marah adalah tuduhan tidak berdasar Ayahnya yang menghancurkan hidupnya serta adik perempuannya.

"Jangan berpura-pura lupa atas kesalahan ibumu dan keluarga ibumu!" tegur Sadhe.

"Saya tidak lupa, karena saya tahu, yang terjadi di masa itu adalah tuduhan palsu!" timpal Dhesias sengit.

Sadhe mengepalkan tangan di atas meja kerjanya. Suasana ruang kerja yang harusnya tenang, malah dirusak dengan perdebatan memanas. Jika perbincangan ini dilanjutkan, yang terjadi hanyalah pertengkaran tanpa ujung. Ini sudah sering dihadapi Sadhe, terutama dengan putri sulungnya, tetapi untuk Dhesias, baru kali ini dia mendengar tanggapan sesengit itu. Putranya jarang menghadap serta memilih untuk mengunci diri di paviliun yang ada di Istana Pangeran. Karena itu, saat pengawal menyampaikan bahwa Dhesias ingin bertemu, Sadhe tahu topik yang akan dibicarakan putranya bukan sesuatu yang ringan.

"Kita sudah berjanji pada Entrafarmona," Sadhe berusaha memberi pemahaman pada Dhesias.

"Kalau begitu, kirimkan saja Dunna ke Entrafarmona. Putri Anda ada dua, kan?" balas pemuda itu tak acuh.

Dunna merupakan putri bungsu Sadhe dengan Ratu saat ini.

"Bukankah pernikahan politik ini diangkat oleh Ratu? Biarkan saja anak Ratu yang bertanggung jawab," tambah Dhesias.

Lalena pasti tidak akan membiarkan putrinya pergi ke ujung utara benua. Sadhe memijat pangkal hidungnya sambil mendesah pelan. Kepalanya sakit saat memikirkan urusan ini akan lebih panjang dari yang seharusnya.

"Jika Anda berkeras mengirim Seveila ke Entrafarmona, maka jangan heran bila kursi yang diduduki Heris akan goyah," kata Dhesias.

"Apa sekarang kau mengancam Ayahmu sendiri?" Sadhe mendelik ke arah putranya yang berdiri di seberang meja kerjanya.

Perawakan Dhesias begitu mirip dengannya saat muda. Dengan tubuh tinggi tegap dan bahu lebar, serta rambut hitam pendek yang disisir rapi ke belakang, mengingatkan Sadhe saat dirinya masih berstatus sebagai pangeran dan diminta menjaga perbatasan untuk menghadapi pasukan Querta. Hanya warna iris mata Dhesias saja yang mirip seperti milik mendiang istrinya Milana. Berbeda dari warna iris matanya yang cokelat gelap, nyaris mendekati hitam, warna iris Dhesias serupa warna langit yang jernih biru pucat.

"Ayah?" Dhesias mendengkus menahan tawa. "Apakah Anda melakukan kewajiban sebagai seorang Ayah selama sepuluh tahun terakhir ini? Tolong jangan menuntut bakti saya sebagai anak, ketika Anda tidak melakukan tugas Anda sebagai Ayah."

"DHESIAS!"

"YangMulia..., hentikan pembicaraan tentang pernikahan Seveila. Biarkan dia bebas diluar dan saya akan membiarkan Heris duduk di kursinya dengan tenang," kataDhesias dingin, lalu membungkuk ke arah Sadhe, kemudian berbalik pergi tanpamenghiraukan panggilannya.

(Jum'at, 27 Januari 2023)

===============

Note:

Holaaa... saya membawakan cerita baru nih

Cerita ini terinspirasi dari salah satu manhwa yang sedang naik daun. Pengennya bikin cerita kayak gitu juga, tapi habis bikin kerangkanya... Ehm... kok kayaknya bakal beda sedikit.

Cerita ini akan saya post di sini dan karyakarsa. Jadi kalau di sini belum update, bisa dicek dulu di karyakarsa. :D

Jangan lupa vote dan komen cerita ini yaaa


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro