2. Benang Takdir Tengah Dirajut

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seveila belajar untuk tidak beharap pada siapapun, bahkan juga pada dirinya sendiri. Berharap hanya akan menyakiti hatinya, seperti orang-orang yang dia harapkan, tetapi tak pernah datang dalam hidupnya. Setelah tragedi waktu itu, Seveila selalu menghabiskan malam untuk berdoa dan berharap, bahwa apa yang sedang terjadi adalah mimpi. Dia berharap, bahwa esok hari ibunya akan membangunkannya dan mengajak sarapan bersama. Dia juga berharap, ayahnya kembali memeluknya dan mengatakan bahwa yang dia alami hanyalah mimpi buruk semata.

Namun, harapan tersebut tidak pernah terwujud. Ibunya telah tiada. Ayahnya tak pernah lagi memeluknya. Kehidupannya dijungkirbalikkan dalam waktu semalam. Ibu asuh yang disayanginya dipecat dan diusir dari Istana, meninggalkan dia sendiri di paviliun kecil yang sepi. Yang tinggal hanyalah Orain dan itu merupakan waktu yang sangat berat baginya. Ketika akhirnya dia bisa menerima situasi, sekali lagi kenyataan menamparnya dengan sangat pedih. Walau dia putri Raja, tapi dia tidak memiliki hak apa pun atas hidupnya sendiri.

Hal itu membuat Seveila marah, benci, dan putus asa. Dia marah pada Tuhan, pada Ayahnya, pada Dhesias. Dia benci pada ibu tirinya, pada kedua adik tirinya yang hidup dengan nyaman. Tapi, yang paling dibencinya adalah dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan diri.

Orain menyeka bibir Seveila setelah makan malam habis. "Bukankah ini kesempatan Putri untuk keluar dari Istana?"

Seveila melirik pelayannya sesaat. Orain merupakan pelayan yang mengikutinya selama depalan belas tahun. Usia mereka tidak terpaut jauh, sekitar 5 tahunan. Dia dua puluh tahun, sedangkan Orain dua puluh lima tahun. Di antara orang yang melayaninya sekarang, hanya Orain yang satu-satunya selamat dari hukuman yang dijatuhkan Raja sepuluh tahun silam. Selain dia, para pelayan di paviliunnya merupakan pelayan yang ditempatkan Ratu serta kakak lelakinya.

"Apa aku benar-benar bisa keluar?" Seveila balik bertanya pada Orain. "Nasibku sudah ditentukan. Iya atau tidak, mereka akan mengirimku ke utara. Lagi pula, apa yang bisa Kakak lakukan? Dia tidak punya kekuatan apa-apa."

Orain memahami keputusasaan Seveila. Mereka besar bersama dan melalui masa-masa pahit yang sama. Ratu terdahulu adalah Milana Erzon Ifrusilanta. Beliau adalah ibu kandung Pangeran Dhesias dan Putri Seveila. Sebelum tragedi itu terjadi, kehidupan Dhesias dan Seveila sangat sempurna. Mereka dikelilingi oleh orang-orang yang hangat, orang tua yang peduli, serta lingkungan yang mendukung.

Saat isu perselingkuhan Ratu Milana berembus, rumah tangga Raja dan Ratu yang harmonis berubah menjadi pertengkaran. Jarak mulai terbentang di antara keduanya. Belum sempat Ratu membersihkan nama baiknya dan membuktikan bahwa dia tidak pernah berselingkuh, keluarganya dituduh melakukan makar dengan bukti-bukti yang entah datang dari mana.

Semua berjalan sangat cepat. Dalam waktu satu tahun, Ratu Milana diasingkan, lalu dihukum gantung atas ketidaksetiaannya pada suami dan kerajaan. Seluruh keluarga Ratu beserta para pendukungnya dibantai. Keluarga ratu dihabisi sampai generasi ketiga, sementara para pendukungnya dihukum gantung pada generasi yang bersalah. Yang tersisa dari kekacauan itu adalah Dhesias dan Seveila.

Sekarang Ratu Lalena mengangkat isu pernikahan politik dan menyodorkan nama Seveila untuk dikirim ke Kerajaan Ifrusilant, tentu saja itu membuat sang putri merasa sangat tidak berdaya atas kehidupannya sendiri. Dia tidak memiliki kekuasaan, bahkan kemerdekaan untuk menentukan nasibnya sendiri.

"Putri...," Orain menggenggam tangan kanan Seveila yang kurus kering seperti ranting yang bisa dipatahkan kapan pun. Jari-jari yang dulunya lembut dan hangat, kini terasa kering dan dingin. Begitu cepat perubahan fisik Seveila, hingga Orain rasanya ingin menangis melihat beban yang ditanggung majikannya. "Putri..., tolong percaya pada Pangeran Dhesias. Beliau pasti akan membantu Putri keluar dari sini."

Seveila hanya diam, kemudian dia menarik tangannya dari genggaman Orain dan memilih berbaring membelakangi pelayannya.

"Aku ingin tidur, tolong matikan penerangannya," pintanya.

***

Berita tentang percobaan bunuh diri Seveila tentu sudah sampai ke telinga Ratu Lalena. Penolakan sang putri terhadap perjodohan dengan pangeran Entrafarmona tentu membuat sang Ratu jengkel, tetapi wanita itu tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Alih-alih menegur Seveila, dia justru mengurungnya di kamar dengan dalih supaya gadis itu tidak melakukan tindakan yang mengancam nyawa sendiri.

"Apakah pernikahan itu harus terjadi, Ibu?" pertanyaan Dunna mengawali waktu santai mereka berdua.

Hari menjelang senja dan sang Ratu mengajak putrinya untuk minum teh bersama di taman pualam merah sembari menikmati keik bunga mawar yang dibuat oleh koki kerajaan. Ratu Lalena merupakan wanita berperawakan sedang yang memiliki rambut berwarna cokelat gelap bergelombang. Walaupun umurnya sudah tiga puluh sembilan tahun, sang Ratu masih tetap terlihat menarik seakan baru berusia dua puluh delapan tahun. Kulitnya yang sewarna porselen masih tampak halus tanpa kerutan. Tulang pipinya yang tinggi tampak kemerahan dan penuh, dengan iris mata sewarna cokelat kayu. Bibir penuhnya diulas dengan warna merah lembut, sehingga mengesankannya sebagai penguasa yang angun.

"Menurutmu?" Ratu Lalena balik bertanya pada putrinya sambil menyesap tehnya perlahan, setelah itu meletakkan cangkir dan tatakan di atas meja.

Dunna menghela napas. Gadis berusia delapan belas tahun itu menatap cangkir tehnya dengan serius, seakan di dalam sana ada sesuatu yang harus disingkirkan.

"Seveila bukan urusanmu. Lebih baik kau memikirkan debutantemu. Waktunya tinggal sebulan lagi. Meski persiapannya berjalan lancar, tetapi kau harus memeriksa detailnya, supaya tidak terjadi kesalahan saat pelaksanaan. Belum lagi, debutantemu bersamaan dengan pemberian penghargaan kepada Kapten Cavadros dan Mayor Aderio. Jangan membuat kesalahan di depan mereka," ujar Lalena.

Kali ini Dunna mendesah pelan. Kapten Cavadros merupakan perwira angkatan laut yang bertugas di daerah Moran, sedangkan Mayor Aderio merupakan perwira angkatan darat yang bertugas menjaga perbatasan Ifrusilant dengan Querta. Keduanya mendapat perhatian khusus dari Raja setelah berhasil memenangkan pertempuran Droar dan Havedioli.

Droar merupakan jalur pelayaran di timur pelabuhan Moran yang sering diganggu oleh para perompak dan Cavadros berhasil menumpas para perompak itu dalam jangkat waktu tidak lebih dari empat belas hari. Sementara Aderio berjaya dengan memukul mundur pasukan Querta yang ingin merangsek masuk melalui Havedioli. Tidak hanya itu, Aderio juga merebut kembali kota Tunaskha dan Avarda yang sempat direbut Querta dua tahun silam.

"Ibu...," Gadis berambut cokelat sepunggung itu menatap sang Ratu, memprotes sikap ibunya yang tidak peduli pada kakak tirinya. Iris matanya yang sewarna hazelnut tampak jernih seperti kaca bening dan memperlihatkan betapa tidak setujunya dia terhadap pendirian Ratu.

"Kenapa kau begitu peduli pada mereka?" tanya Ratu tajam. "Seveila dan Dhesias adalah duri dalam daging. Kalau tidak segera disingkirkan, mereka akan menyakiti kita."

"Apa yang bisa mereka lakukan pada kita, Ibu?" Dunna balik bertanya dengan nada memelas. "Kak Dhesias sudah tidak memiliki pendukung. Kak Seveila juga tidak dapat menginjakkan kakinya ke pergaulan kelas atas. Apa yang perlu ditakutkan dari mereka berdua?"

"Kau belum tahu saja, mereka punya kekuatan di belakang," gerutu Ratu Lalena sembari mengangkat cangkir tehnya dan menyesap minumannya perlahan.

"Setelah debutante, buang semua gaun lamamu," kata Ratu Lalena.

Dunna mengernyit, "Kenapa?"

"Apa kau akan terus-terusan berpenampilan seperti putri miskin yang lusuh? Berapa tahun kau mengenakan gaun itu? Ke mana semua uang yang Ibu berikan padamu? Bahkan kata dayangmu, perhiasan yang kau milik juga tidak ada setengah dari besar laci meja riasmu."

Gadis itu terdiam dengan kepala tertunduk. 

"Selain berpenampilan suram, kau juga lebih sering menghabiskan waktu di kuil. Orang-orang yang memujimu sebagai seorang dewi kecil, karena kau banyak memberi pada mereka yang membutuhkan," jeda sesaat sebelum sang Ratu bicara lebih serius, "Tapi semua pujian itu tidak akan membawamu ke mana-mana. Kau tetap harus menikah dan memiliki keluarga."

"Ibu...," nada suara Dunna memelas saat memahami ke arah mana pembicaraan ini.

"Aderio bukan pilihan buruk sebagai calon suami. Dia merupakan cucu dari Grand Duke Abraham dan putra Count Stevan. Kelak, pria itu bisa menjadi penyokong kakakmu."

(Jum'at, 3 Februari 2023)

-----------------------

Note:

Cerita ini terinspirasi dari salah satu manhwa dan lightnovel dari korea. Ada yang tahu nggak cerita yang saya maksud? *smrik

Jadi, sekarang saya bikin jadwal update, supaya kalian juga nggak menunggu2, kapan cerita-cerita saya update.

berikut ini jadwal updatenya yaaaa...

1. Tanggal 14 dan 28 : update The Conquered Throne (wattpad)
2. Setiap hari minggu : update The Golden Anshok (wattpad dan karyakarsa)
3. Setiap hari selasa dan kamis : update The Conquered Throne (karyakarsa)
4. Setiap Jum'at : update Blue See In Her Eyes (wattpad dan karyakarsa)

Jangan lupa untuk vote, komen, dan share cerita ini yaaa... 

Kalau kalian mau nyawer, bisa juga nyawer di karyakarsa. Terima kasih~~



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro