3. Anak-anak Yang Terasing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seveila tidak ingat berapa lama dikurung di kamar. Sampai hari ini, Ratu masih belum mengijinkannya keluar. Dua kesatria perempuan berjaga di depan pintu kamar dan mengawasi orang-orang yang keluar-masuk kamarnya, sekaligus melarangnya keluar dari kamar selangkah pun. Di hari dia berusaha bunuh diri sampai hari ini, hanya Dhesias yang kerap mengunjungi dan menemeni dokter yang memeriksa luka di pergelangan tangan kanannya. Sementara Orain mengurusnya secara bergantian dengan Lorena, salah satu dayang yang dibawa Dhesias dua hari setelah insiden.

Luka sayatannya mulai mengering, tetapi dokter tetap menekankan supaya dia berhati-hati dalam menggerakkan tangannya agar luka tersebut tidak terbuka. Kondisinya fisiknya membaik. Seveila mulai sering berjalan-jalan di sekitar ruang kamarnya yang kecil. Tidak banyak barang ada di sana, sehingga membuatnya bebas bergerak sambil sesekali berhenti di balik jendela besar yang ditutupi oleh tirai putih tipis. Sayang sekali jendela tersebut dipasang teralis besi, sehingga Seveila tidak bisa melompat keluar jendela untuk merasakan hangatnya sinar matahari.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Seveila dari jendela kamar.

Orain masuk sembari mendorong guerdion atau troli kecil yang berisi beberapa macam makanan. "Selamat siang, Putri," sapanya sambil tersenyum lebar. Gadis bermata hitam dan berambut cokelat kemerahan itu berhenti di dekat meja dan kursi yang biasa dipakai Seveila untuk makan di kamar.

"Maaf saya terlambat. Dapur Istana sibuk sekali hari ini, sehingga mereka tidak segera menyiapkan makanan Tuan Putri," ujar Orain sambil meletakkan beberapa piring di atas meja bundar berdiameter dua meter itu.

Air muka Seveila yang semula datar sedikit berubah mendengar cerita Orain. Bibirnya membentuk senyuman getir, seakan menertawakan ironi dari pernyataan yang disampaikan pelayannya.

"Bukankah dapur Istana memang biasanya sibuk?" Seveila tak langsung beranjak dari tempatnya berdiri. Sinar dari balik jendela membuat siluetnya tampak kurus, meski gaun yang dikenakannya cukup longgar dan sedikit mengembang di bagian bawah. Untuk gadis berusia dua puluh tahun, Seveila terlihat seperti anak berumur tujuh belas tahun yang kekurangan gizi. Namun, berkat darah keturunan dari ayahnya, tinggi Seveila melebihi rata-rata dari anak berumur tujuh belas tahun. Tingginya sekitar 175 cm.

"Kali ini lebih sibuk dari biasanya," komentar Orain. "Lusa adalah debutante Putri Dunna sekaligus pemberian penghargaan bagi Kapten Cavadros dan Mayor Aderio. Jadi mereka bekerja lebih keras dari biasanya."

Sorot mata Seveila berubah menjadi sendu. Debutante atau pesta dansa resmi untuk memperkenalkan putra-putri kalangan bangsawan yang sudah berusia delapan belas tahun. Seharusnya dia juga melakukan debutante dua tahun silam, tetapi karena statusnya sebagai anak mantan ratu yang dihukum, Seveila tidak mendapat haknya. Dia harus puas dengan hadiah sederhana yang dikirimkan oleh ayahnya dan Dunna. Dhesias sendiri memberinya sedikit kejutan dengan mengadakan pesta ulang tahun sederhana di taman angsa putih bersama Orain dan juga beberapa pengawalnya.

Itu adalah pesta pertama yang dia hadiri setelah delapan tahun hidup dalam pengasingan dan juga mungkin pesta terakhirnya. Pesta yang mengesankan sekaligus menyedihkan. Seveila ingat, dia menangis semalaman setelah pesta tersebut selesai, terutama saat membuka hadiah dari sang Raja. Ayahnya menghadiahkannya gaun putih panjang dengan hiasan bunga aster yang terkesan sederhana, tetapi saat menyentuh gaun itu, Seveila tahu seberapa mahal kain gaun tersebut. Kainnya sangat halus dan memiliki embos berupa pola lambang kerajaan, yang kemudian dilapisi dengan brokat putih berbodir bunga aster berwarna ungu kebiruan. Gaun tersebut menjadi gaun yang paling disayangi Seveila dan dia sendiri yang merawatnya dengan hati-hati, agar gaun tersebut tidak rusak. Sekarang, gaun tersebut tersimpan rapi di dalam lemari bajunya yang kecil dan dipenuhi gaun-gaun lama yang sudah usang.

Setelah itu, tidak ada lagi pesta yang didatangi Seveila. Dia menghabiskan hari-harinya seperti biasa, dengan banyak membaca buku di perpustakaan Istana atau di kamar. Jika bosan, dia akan berjalan-jalan di sekitar taman angsa putih. Seandainya membutuhkan sesuatu, dia akan bicara lebih dulu kepada kepala dayang di Istana Keputrian. Untungnya kepala dayang, yaitu Nyonya Virina adalah wanita setengah baya yang cukup ramah, sehingga Seveila merasa nyaman saat berbincang dengannya. Wanita itu menemuinya sekali, setelah kondisinya membaik, setelah itu tak lagi datang. Mungkin dia juga ikut sibuk mengurus persiapan debutante Dunna.

"Anda baik-baik saja, Putri?" pertanyaan Orain membuyarkan lamunan Seveila.

Sekali lagi, Seveila tersenyum kecut. "Apa aku terlihat baik?"

"Tidak," Orain menjawab lugas. "Tapi, apa pun yang Putri pikirkan sekarang, tolong ingat, masih ada saya dan Pangeran Dhesias."

Senyum Seveila melunak, lalu dia beranjak untuk duduk di kursi makan. "Apa yang dilakukan Kakakku itu? Apa dia berkeliaran ke sana-kemari?"

Orain memelankan suara, "Ya. Dan apa Putri tahu, lima hari belakangan, ibu kota sedang heboh karena kabar tentang monopoli tambang permata yang dilakukan oleh keluarga Ratu."

Gadis itu tak jadi mengambil sendok dan menatap pelayannya. "Apa maksudmu?"

"Ratu sedang menghadapi protes dari kalangan bangsawan karena monopoli tersebut dan ada tekanan dari mereka, supaya melepas setengah dari kepemilikan tambang," jelas Orain. "Apa Putri juga tahu, bahwa pernikahan politik antara Putri dengan Pangeran Entrafarmona juga berkaitan dengan perjanjian tambang batu permata serta pengiriman rempah-rempah?"

"Aku tahu," Seveila mengangguk.

Pernikahan politik selalu memiliki maksud di belakang. Ada perjanjian untuk saling menguntungkan di antara dua kerajaan. Entrafarmona yang ada di utara benua Esarta merupakan kerajaan yang memiliki musim dingin panjang, daratan yang tandus, serta sebagian besar areanya tertutup salju. Sementara Ifrusilant kebalikan dari Entrafarmona. Kerajaan ini berada di selatan benua Esarta, selalu dilimpahi oleh sinar matahari yang hangat dan diberkati dengan tanah yang subur serta gembur.

Wajar bila Entrafarmona membutuhkan Ifrusilant, terutama untuk memasok rempah-rempah atau bahan makanan. Sangat masuk akal bila kerajaan tersebut menukarkannya dengan hal yang dibutuhkan Ifrusilant. Dari yang didengar Seveila, pernikahan politik yang melibatkannya memuat pertukaran antara rempah-rempah, bahan makanan, serta kain dengan senjata dan batu permata. Sebenarnya pertukaran tersebut tidak terlalu adil, bila dilihat dari sisi Entrafarmona, apalagi permata-permata dari Entrafarmona sangat indah dan cukup mahal di pasaran karena dikerjakan oleh perajin-perajin yang piawai. Belum lagi kualitas senjata yang dibuat pandai besi Entrafarmona mengalahkan kualitas senjata yang dibuat oleh Darkailant.

Seveila kadang heran, apa yang ada di pikiran para pejabat Entrafarmona, terutama Raja dan Putra Mahkotanya ketika mendapat kontrak pernikahan yang tidak adil seperti ini. Sementara yang dikirimkan ke sana adalah putri yang terbuang, bukan putri yang paling dielukan seantero kerajaan.

"Entrafarmona memiliki sedikit masalah dengan Darkailant, sehingga tidak dapat melewati jalur perdagangan dari kekaisaran itu. Hubungannya dengan Querta juga tidak begitu bagus, sehingga satu-satunya cara supaya perdagangan di Entrafarmona berjalan lancar, dengan jalur laut melalui Sakarina," kata Seveila. "Mereka sangat membutuhkan Ifrusilant sehingga rela menerimaku." Sekali lagi, senyum Seveila berubah kecut.

"Yang Mulia Putri tenang saja, pernikahan politik itu pasti dibatalkan," ujar Orain.

"Kenapa kau begitu yakin?" Seveila merasa geli dengan kepercayaan Orain.

"Karena Pangeran Dhesias akan melakukan apa pun untuk Putri," jawabnya.

Seveila menghela napas. "Sudah kukatakan, aku tidak percaya pada Dhesias. Bahkan aku juga tidak percaya pada diriku sendiri. Lagi pula, jika Raja sudah memutuskan sesuatu, keputusannya sulit diubah. Harus ada insiden besar yang membuat beliau akhirnya membatalkan pernikahan tersebut."

"Kalau begitu, mungkin Pangeran akan...,"

"Apakah aku mendapat undangan untuk mendatangi debutante Dunna?" sela Seveila.

"Apa... tidak, Putri," Orain agak bingung mendengar pertanyaannya.

Kemudian keheningan panjang memenuhi kamar Seveila yang suram.

Gadis itu tidak ingin menikah dengan pangeran Entrafarmona, tapi dia juga tidak bisa menikah dengan bangsawan lain. Tidak ada yang mengiriminya surat lamaran atau pun mendekatinya secara terbuka, karena riwayat pengkhianatan yang dilakukan ibu serta keluarganya. Namun, Seveila ingin keluar dari neraka ini.

Hanya ada dua cara keluar dari Istana, yaitu dengan menemukan pasangan menikah yang bisa diajak berkompromi atau... mati.

***

Keributan di luar kantor percetakan surat kabar Suara Politik Avera tidak dapat mengalahkan keributan dalam ruangan kantor direktur utama percetakan yang ada di lantai empat. Suara tawa penuh kemenangan terdengar bergantian di dalam sana, diiringi lelucon yang hanya dapat dimengerti oleh keempat orang yang ada di dalam ruangan berukuran enam kali lima meter tersebut.

"Kau harus melihat bagaimana ekspresi Earl Dixon saat membaca surat protes dalam Majelis Tinggi. Dia seperti dipaksa menelan roti basi ketika membaca tuntutan tersebut, terutama dalam hal kesejahteraan pekerja tambang," kata pemuda berambut cokelat keemasan pendek yang memiliki mata sewarna hazelnut. Pemuda itu mengenakan kemeja putih, vest berwarna cokelat tua yang serasi dengan celana panjang serta jasnya yang berwarna cokelat kayu. Namanya Joseph, putra kedua dari Earl Roderick yang menguasai wilayah huns di timur. Usianya baru menginjak dua puluh enam tahun ini.

"Mereka pasti keberatan saat kita meminta upah pekerja tambang dinaikkan," komentar Dhesias yang duduk di sofa tunggal yang ada di ujung meja kopi.

"Tentu saja. Keuntungan mereka akan turun bila upah pekerja dinaikkan, belum lagi, bila permata yang dijanjikan Entrafarmona gagal dikirim," timpal Joseph.

"Akan kupastikan peluang kegagalan itu meningkat," kata Dhesias. "Aku tidak akan membiarkan adikku digadaikan untuk permata dan senjata." Air mukanya berubah dingin.

"Bagaimana kondisi Putri saat ini?" tanya Daniel. Sudah sebulan lebih sejak kabar percobaan bunuh diri Seveila, sekarang seharusnya keadaannya lebih baik.

"Dia sudah lebih baik. Mau makan, minum, dan tidak menyakiti diri sendiri. Tapi, aku selalu merasa khawatir meninggalkannya sendiri di Istana," keluh pemuda berambut hitam pendek dan bermata biru pucat itu.

"Apa Anda sudah memikirkan mau membawa Putri ke mana?" tanya Zachary, pemuda berambut cokelat sebahu dan memiliki sepasang iris mata berwarna hijau zamrud. Jika Dhesias mengenakan setelan jas hitam, Joseph memakai setelan jas berwarna cokelat kayu, dan Daniel mengenakan setelan berwarna krem cerah, dia justru hanya memakai kemeja putih serta celana panjang biru gelap. Sebuah kacamata yang memiliki gagang keperakan bertengger di tengah hidung.

Usia Zacahry baru dua puluh tiga tahun, tetapi dia tampak seperti berumur tiga puluhan. Lembur dan Deadline yang dihadapinya dalam memastikan berita-berita yang naik cetak setiap hari, tentu membawa tekanan tersendiri. Namun, karena bayaran yang diberikan Daniel sangat menggiurkan, Zachary tidak berniat berhenti dari pekerjaannya. Bayaran tersebut cukup untuk membayar angsuran rumah yang memiliki halaman belakang untuk berkebun di tengah kota dan biaya hidup selama sebulan. Itu pun masih bisa dia tabung sebagian.

"Mungkin Darkailant," jawab Dhesias. "Kurasa lebih baik membawanya ke sana dari pada Querta."

"Kalau ingat kemenangan yang dibawa Mayor Aderio, Querta memang bukan pilihan baik," timpal Joseph.

Hubungan Ifrusilant dengan Querta dan Darkailant sebenarnya kurang terlalu baik. Namun, hubungan Ifrusilant dengan Darkailant tidak seburuk dengan Querta. Sudah hampir dua puluh tahun lamanya, Querta berupaya memperlebar batas wilayah kekuasaannya di bagian selatan yang dipertahankan Ifrusilant mati-matian.

"Kalau pernikahan antara Putri Seveila dan Pangeran Andrias dari Entrafarmona gagal, sebenarnya kita juga mendapat kerugian. Senjata yang dipakai untuk berperang jadi kurang layak," kata Daniel.

"Bukannya karena itu, kita berinvestasi pada kemampuan para pandai besi di sini?" cibir Dhesias tajam.

"Yah..., masih perlu menunggu waktu untuk keberhasilannya," Daniel mengangkat kedua bahu.

(Jum'at, 10 Februari 2023)

==============

Note:

Ndak ada yang menebak inspirasi naskah ini ya 😭😭

Ya udah, saya spoiler aja sih. Novel terbaru ini terinspirasi dari novel Bastian karya Solche dan manhwanya pun berjudul sama.

Bagi saya ceritanya menarik banget, karena memang tipe-tipe yang suka cerita romansa kayak gitu. Walau... WALAU YAAA... Kalau di real life, mohon maaf, kalau ketemu karakter kayak si Bastian Klauwitz ya bakal saya tendang. Dih...

Wkwkwk... Apakah nantinya cerita ini akan sama dengan cerita Bastian?

Uhm... Aku kira enggak. Soalnya, setelah nyusun plot sama nulis sebagian kerangkanya, blas... nggak ada mirip-miripnya sama alur novel Bastian. Maunya bikin Angst, tapi kayaknya nggak jadi deh. Pengennya bikin tragedi, tapi... tapih... nggak tahu deh. Puncak dan akhir cerita kan masih bisa berubah ya.

Tapi, aku rasa.. cerita ini akan lebih pada perjalanan Seveila.

Yang dulu pernah baca novel 'Setia Padanya', pasti udah tahu Seveila dan Cavadros kan? Wkwkwk... sebenarnya dua tokoh ini juga saya comot dari novel saya yang lain. Seveila dan Dhesias memang saudara. Sementara Seveila dan Cavadros itu aslinya musuh.

Yah... Musuh sih... 🤭🤭🤭

Terima kasih udah pada baca cerita ini. Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen-temen kalian yaa...

Jika ada yang ingin nyawer saya, silakan nyawer di karyakarsa, di akun dhiacitrahayi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro