69 - i made a promise, i swore i keep.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manik safirnya membelalak saat ia merasakan ada rasa dingin yang menembus tubuhnya.

Segala sesuatunya terasa lambat, namun di satu sisi, segala sesuatunya berlangsung begitu cepat. Tombak es yang menembus perutnya, dan cairan merah yang keluar dari luka itu memberikan sensasi dingin namun juga hangat.

Walau ia sudah dalam pengaruh obat penghilang rasa sakit, ia tetap dapat merasakan ngilu yang diciptakan dari serangan itu. Darah keluar dari mulutnya dan dengan spontan ia mematahkan ujung tombak itu. Memastikan tombak es itu dapat membantu menutup lukanya namun juga tidak menghalangi gerak geriknya. Jadi setidaknya bagian es yang ada didalam tubuhnya bisa berfungsi sebagai penyumbat luka untuk sementara.

Taufan tertawa, "apa ini? Kau sudah mendapatkan kekuatan dari spirit elemental?"

"Apakah ini kekuatan spirit murni, ataukah kekuatan hasil percobaan keji kepada para orang tak berdosa?" Tanyanya sambil mengusap darah pada bibirnya.

Kini fungsi tubuhnya tidak seoptimal awal. Setelah rasa lelah yang terakumulasi setelah bertarung selama satu jam, dan juga luka-luka yang ia terima, wajar jika performanya menurun.

Rasa sakit mulai kembali ia rasakan, tanda bahwa efek obatnya sudah mulai memudar. Ia harus menemukan cara untuk menyelesaikan ini secepatnya.

Namun sepertinya situasinya malah semakin buruk. Kelihatannya, sang musuh sudah berhasil menggabungkan kekuatan spirit pada boneka besi itu.

"Kenapa tidak dijawab? Aku bisa saja berhenti menyerang loh?" Ucap Taufan.

"Kalau kau sudah menemukan spirit untuk prajurit-prajuritmu dan sudah merasa puas. Berarti aku tak perlu khawatir bahwa kau akan mengincar saudara-saudaraku, iya kan?"

Namun sepertinya sang musuh tidak setuju. Ia mengerahkan boneka-boneka besi yang memiliki kekuatan petir dan air untuk menyerang Taufan.

Tentu saja, kekuatan elemental boneka itu tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan asli para elemental. Jadi Taufan bisa berhipotesis bahwa kekuatan elemental yang dimiliki para prajurit ini adalah hasil dari eksperimen, dan bukannya mengambil dari spirit yang kuat.

Namun tetap saja, itu tidak merubah fakta bahwa jumlah mereka terlalu banyak untuk ia lawan sendirian. Taufan menyiapkan kekuatan angin di kedua tangannya dan menciptakan pusaran angin dengan konsentrasi kecil seperti yang pernah ia demonstrasikan pada Solar. Lalu disusul dengan bor angin yang tercipta di kedua tangannya seraya ia melengkungkan serangan jarak dekat dan jauh sekaligus.

Lagi, ia bertarung, melawan ribuan boneka itu. Menyerang, bertahan, terus begitu. Lalu, bertambah 1000 prajurit yang gugur di tangannya.

Tanah tempat ia berpijak kini sudah berlukiskan darah dari jantung-jantung yang ia hancurkan.
Dan juga dari luka yang ia terima.

Ia mengayunkan serangan lagi, menciptakan serangan angin lagi, dan kini ia sedang melawan prajurit besi yangs sedikit berbeda dari yang lain.

Prajurit besi ini memiliki dua kekuatan elemen sekaligus. Petir dan api.

Taufan bertarung segesit yang ia bisa, ia menanam bom pada prajurit itu, namun prajurit itu juga telah mendaratkan cukup banyak serangan padanya.

Ia merasa tersetrum dari serangan itu, juga tangannya terbakar, namun ia tetap bertarung. Saat bom sebentar lagi akan meledak, ia berusaha mundur, namun karena prajurit itu mencengkram tangannya yang terbakar dengan keras, ia telat bereaksi. Dan bom itu pun meledak.

Keduanya terlempar ke arah yang berbeda. Syukurlah Taufan berhasil menciptakan angin untuk menjadi perisai dari ledakan itu, yang meminimalisir luka yang ia terima.

Namun seperti jatuh tertimpa tangga pula, baru ia nyaris selamat dari bom, kini ia merasakan tusukan pada tengah dada bawahnya.

Lagi, darah keluar dari mulutnya. Dan dalam sepersekian detik ia merasakan kesadarannya yang meninggalkan tubuhnya.

"---"

"--Fan!" , Suara yang familiar itu dapat ia dengar. Manik biru nya  membelalak terbuka sambil ia mencari sumber suara.

Ia kira itu hanyalah halusinasi, namun lagi, suara itu kembali. "Hentikan ini semua, Taufan!" Ucap suara itu.

Ucap satu-satunya manusia yang perintahnya selalu ia patuhi.

"..Boboiboy?" Ucap Taufan.

"Kabur dari tempat ini Fan! Lihat lukamu-"

"Kau hidup?" Tanya Taufan dengan ekspresi yang seakan tak dapat percaya.

"Panjang ceritanya, akan aku ceritakan nanti, oleh karena itu kau harus kabur-" ucap suara itu.

Taufan tersenyum, "ceritakan dulu padaku." Ucap Taufan sambil berusaha bangkit dan menyerang para prajurit yang tidak ada habisnya itu.

"Aku akan menceritakannya nanti, oleh karena itu-" ucapan suara itu terputus.

"Aku tidak akan berhenti sampai kau menjelaskannya." Ucap Taufan dengan tegas sambil menendang prajurit besi dan mencengkeram jantungnya.

Untungnya luka tusuk di bagian dadanya itu tidak menembus tulangnya. Jadi ia masih bisa bertarung.

Boboiboy yang panik itu mau tau mau menjelaskan. Hanya ada suaranya dalam benak Taufan. "Sebelum aku hilang sepenuhnya, sedikit jiwaku berhasil kembali ke tubuhmu." Jelas suara itu.

"Jadi selama ini kau masih hidup?" Tanya Taufan sambil terus bertarung.

"Bisa dibilang begitu.. namun, aku baru meraih kembali kesadaranku satu bulan setelah kejadian itu." Ucapnya.

"Dan aku berusaha meraih mu, atau elemental yang lain, namun tidak bisa. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan kalian." Lanjutnya.

Taufan mengangguk. "Ah, masuk akal." Ucap Taufan. Sangat lega dan juga bahagia karena mengetahui bahwa sang tuan masih hidup. Ia tersenyum lembut.

"Dan.. aku juga berusaha meraih Ochobot, namun gagal."

"Ah, Ochobot memang rusak setelah kejadian itu" jawab Taufan dengan suara bersalah.

"Aku.. aku terus mencoba untuk membuat kalian sadar bahwa aku masih ada, namun selalu gagal."

"Lalu saat itu, aku tiba-tiba bisa menghubungimu." Ucap Boboiboy.

Taufan yang lagi-lagi menerima serangan yang mendarat di tubuhnya kini tersentak mundur beberapa langkah, nafasnya sedikit terpingkal, namun ia masih melanjutkan pertarungannya. "Saat apa?"

"Saat kau hampir mati oleh para boneka ini." Ucap Boboiboy, suaranya seakan ia menolak mengingat pemandangan hari itu. Namun Taufan bisa melihat sedikit dari vision yang dimiliki sang tuan dalam benaknya.

Taufan tertawa kecil yang disusul dengan batuk darah, "ah, jadi itu suara kau betulan? Aku kira itu suara yang biasa didengar orang sebelum mati." Canda Taufan.

"Fan!" Omel Boboiboy.

"Aku selama ini melihat apa yang kau lihat, dan merasakan perasaan dan emosimu dalam diam Fan.." ucap Boboiboy dengan suara yang sedih.

Mengingat bagaimana hancurnya hubungan persaudaraan para elemental dan bagaimana perlakuan yang Taufan terima selama ini. Bagaimana rasa sakit yang ia derita dan emosi yang ia buang. Semuanya, ia tahu.

"Aku akan menjelaskannya pada mereka, oleh karena itu--" ucapannya terhenti.

Taufan mengucapkan "shhh"

"Kau ingat janji yang kita buat bukan? Aku telah berjanji untuk melindungi semuanya." Ucap Taufan.

"Tapi-"

"Dan aku rasa ini waktu yang paling tepat." Ucapnya sambil tersenyum. Manik safirnya tersembunyi dalam kelopak mata yang tertutup karena senyumannya.

Ia mengayunkan serangan pada prajurit besi sembari bercengkrama dengan suara di kepalanya.

"Setelah apa yang sudah aku lakukan untuk hari ini, sudah tidak ada jalan untuk mundur." Ucapnya.

To be continued

Author's note //

Ini dri td mau up tp masi di kuliah jadinya keganggu aktivitas dan sinyal 😔😔

Gimana gais eheheheh masi ada chapter yg disediakan loh, 200 komen lgsg gas up yu

Btw sambil dengerin / baca lirik lagu yg ku share karena ntah kenapa sesuai sama taufan saat ini ehe

Judul lagu : end like this - steve aoki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro