71 - can i be forgiven?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Taufan, tolong jangan begini!" Ucap Boboiboy dengan memohon.

Bagaimana tidak? Bahkan jika Taufan berhenti sekarang saja, kondisinya sudah sangat kritis. Ia takut jika ini terus berlanjut, sudah tidak ada harapan untuk menghentikannya.

"Fan, tolong, ya? Gunakan kekuatan angin mu dan kabur dari sini. Aku mohon! Kita bisa kembali lagi nanti. Ya?" Bujuk Boboiboy dengan suara yang terdengar sangat tertekan.

"Hey.." ucap Taufan sambil mengusap darah dari mulutnya sendiri. Ia sudah menerima cukup banyak serangan dan menumpuk cukup banyak luka untuk tidak tahu lagi rasa sakit pada tubuhnya itu berasal dari bagian mana.

"Kau jadi cerewet ya, ori." Ucap Taufan. Ori adalah nama panggilan yang biasa ia gunakan untuk memanggil sang tuan. Ia sendiri merasa sedikit terharu karena bisa mengucapkan kata-kata itu lagi padanya.

"Fan!" Omel Boboiboy, lucu rasanya saat Taufan yang sedang terpojok malah tetap terkena omel oleh tuannya.

"Dan lagi pula.. aku rasa aku tak akan bisa pulang." Ucap Taufan dengan senyumannya yang tenang. Seakan dia sudah dari lama pasrah dan menerima segala hal ini.

Dia sudah kehilangan banyak darah, tubuh manusia memang lebih lemah dibanding makhluk berakal lainnya. Taufan yang langkahnya mulai oleng kini mengaktifkan sesuatu di layar hologramnya. Sebuah shield yang semakin membesar kini mengepung mereka semua. Baik Taufan, maupun para prajurit besi.

"Taufan.., ini?!" Ucap Boboiboy tidak percaya. Sebagai sang tuan ia dapat mengetahui sedikit tentang apa yang akan Taufan lakukan.

Disela batuk yang ditemani oleh cairan merah hangat yang keluar dari mulutnya, Taufan mengangguk. "Aku harus mengakhiri ini secepatnya. Tubuh ini.. tidak bisa bertahan lebih lama."

Hati Boboiboy terasa sakit, yang Taufan lakukan sekarang adalah menggunakan jiwa inti milik spirit formnya sendiri. Dan tentu saja, itu menciptakan kerusakan yang permanen pada jiwanya. Kekuatan itu seperti bom yang akan merusak segalanya termasuk dirinya sendiri.

Bahkan saat melakukan aktivasi pun, prajurit-prajurit itu tetap menyerangnya secara membabi buta. Taufan berusaha memfokuskan matanya sampai akhirnya dia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari.

Pria bermanik biru itu langsung berlari ke arah puppeteer itu. Namun para prajurit itu seakan memprioritaskan keamanan sang musuh, hingga mereka berusaha melindunginya dan mencabik-cabik tubuh Taufan.

Satu sayatan, dua sayatan, tusukan, terus dan terus, luka-lukanya terus bertambah. Rasa perih yang terakumulasi itu terus ia tahan.

Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi sampai ia bisa mencengkram leher orang yang memulai petaka dalam hidupnya. Setiap langkah yang ia ambil sambil terus menghancurkan prajurit yang menghalanginya itu menambahkan adrenalin dalam dirinya, membantunya untuk melupakan rasa sakit pada tubuhnya ini.

Aku harus pastikan bahwa aku mengakhiri kehidupanmu hari ini.

Dengan begitu, ancaman akan keamanan keluargaku akan--

Pikirannya terhenti saat tangannya hanya berjarak beberapa sentimeter dari leher sang musuh. Ia berhenti bukan karena ragu, melainkan karena tubuhnya terlalu terkejut untuk bergerak. Bagaimana tidak? Besi dingin itu kini menembus dadanya. Ya, tulang rusuk yang menjaga organ tubuhnya itu ntah bagaimana bisa ditembus oleh tangan dingin itu.

Darah bercucuran dari mulutnya, manik birunya membelalak karena banyak hal yang ia rasakan di sepersekian detik ini. Aneh, selain suara Boboiboy yang sedari tadi ia abaikan yang kini mengomel dengan panik, ia juga dapat mendengar suara-suara lain yang samar.

Namun fokusnya tidak terpaku pada hal itu.

Jangan dulu- aku harus--

"Ukh---" , rintihan yang ia tahan karena kini ia merasakan ada lagi tusukan dari dada belakangnya.

Taufan berusaha mengumpulkan segala kesadaran, kekuatan dan fokusnya yang tersisa. Manik birunya menyala terang. Lalu, semua shield yang ia ciptakan dari kekuatan anginnya kini mengerucut ke satu tempat. Bergerak dengan sangat cepat dan berhasil mengepung sang puppeteer.

Taufan menyeringai puas. "Semoga.., kehidupanmu di alam sana tidak menyenangkan" ucap Taufan. Lalu pusaran angin yang dapat mencabik-cabik apapun di sekitarnya kini berkumpul di satu titik.

Iya, angin itu mencabik sang puppeteer tanpa ampun. Cairan krimson nya terciprat dan terperangkap dalam shield yang Taufan buat, menambahkan kulisan ngeri akan pemandangan penuh darah itu.

Perasaan yang sungguh drastis menghampiri Taufan. Ketenangan yang absolut, seakan semua beban di pundaknya hilang seketika. Para prajurit itu kini kehilangan pengendali mereka dan berhenti di tempat.

Taufan menatap tubuhnya sendiri. Tangan sang prajurit berhenti di tempat terakhir sebelum mereka menjadi non-aktif. Yang sayangnya posisi itu masih di dalam tubuh Taufan, menembus dadanya. Ia menganggapnya sedikit lucu. Ntah, otaknya mungkin memang bermasalah. Karena diantara segala hal yang dapat ia pikirkan, yang muncul di benaknya adalah "kaya sate..atau donat?"

Lagi, ia mendengar ada suara yang jauh. Juga suara statis yang berasal di telinga kanannya. Apakah itu karena kondisi tubuhnya atau.. itu saluran komunikasinya?

Ah, tidak mungkin. Aku sudah memutuskan semua koneksi.

"---kak!!"

"Kakak!!!"

"Kak Taufan!!!"

Taufan tersentak saat mendengar suara yang terdengar jauh itu. suara itu.. suara sang bungsu yang paling ia sayang.

Dengan mengerahkan usahanya, ia menoleh ke sumber suara tersebut.

Berjarak sekitar 15 meter, ada sosok yang sedari tadi berusaha menghancurkan dinding pelindung. Yang tangannya terluka karena memukul dinding pelindung itu dengan keras namun tetap gagal. Yang beruraian air mata dan tak peduli dengan tampilannya yang acak-acakan.

Adikku.. imut sekali. Batin Taufan.

Saat tubuhnya terasa dingin, saat angin musim dingin menembus tubuhnya tanpa ampun dan mengantarkan ngilu ke setiap rongga terbuka. Ia jadi merasakan kehangatan karena kehadiran sang adik.

Benar-benar sang cahaya... Fikirnya.

Manik biru safirnya bertemu dengan manik silver yang jauh itu. Walau pandangan Taufan kini buram, namun tidak apa.

Taufan menarik dirinya sendiri agar terlepas dari tusukan tangan besi prajurit yang sedari tadi masih setia menusuk tubuhnya itu. Darah memercik dari lukanya itu.

Ia tersenyum ke arah Solar, namun sang adik membalasnya dengan ekspresi yang panik dan tidak terima.

"..adik bungsuku." Sapa Taufan dengan suara yang sangat pelan dan serak.

Ia sendiri heran kenapa suaranya selemah ini.

Tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan dan kekuatan, "..murid..kesayanganku." ucapnya lagi sebelum ia benar-benar mendarat ke daratan.

Setelah itu, tubuhnya terhampar di tanah. Hebatnya, nafasnya masih ada. Walau lemah dan menyakitkan, namun masih ada.

Ia tersenyum, "kalau.. aku pergi.."

"Kau..akan bagaimana..?" Tanya Taufan mulai kesulitan untuk mengucapkan kata-kata dengan lancar.

"....jangan berbicara seperti itu fan--" ucap Boboiboy dengan suara terisak.

"Ori... Kau- kau harus membimbing mereka.." ucap Taufan, manik birunya menatap jauh ke langit diatasnya, yang entah kenapa terasa menggelap.

Taufan merasakan air mata menitik dari manik safirnya. Rasanya hatinya sakit. Ia mengeluarkan tawa yang sangat lemah, "apakah kau menangis?..ataukah aku?" Tanyanya lembut.

"Taufan bodoh." Ucap suara yang bisa ia dengar di kepalanya.

"Bodoh. Bodoh. Sangat bodoh." Isak Boboiboy di sela-sela tangisannya.

Taufan tertawa kecil, oh ayolah.. aku hanya mengikuti karakteristik tuanku yang bodoh. Batinnya. Ia tahu bahwa Boboiboy bisa mendengar suara batinnya.

Akhirnya kau tahu sedikit rasanya saat kau meninggalkanku di tempat ini, ori. Komentarnya lagi.

Jaga dan bimbing mereka..ok?

"----Taufan kau bisa mendengarku?" Ucap Suara dari antingnya.

Manik yang sedari tadi ia istirahatkan kini terbuka lagi. Suara dari saluran komunikasi ini..

"Bertahanlah! Kami akan segera mengirim--"

Taufan tersenyum, manik safirnya yang tumpul kini menatap birunya langit. Seakan mereka ulang memori miliknya. Pahit dan manisnya kehidupan yang ia jalani bersama saudara-saudaranya.

"Apakah..aku bisa dimaafkan..,kak- ah, tidak..,maksudku..agen Hali..?" Ucap Taufan pelan.

Suara dibalik saluran komunikasi itu seakan tersentak. "simpan dulu tenagamu- nanti kita bicarakan lagi segala hal itu--" ucapannya terputus karena suara Taufan.

"Kak.."

"..Jaga adik-adik dengan baik, ya?" Ucapnya dengan seluruh tenaga yang tersisa.

Ia tersenyum, memejamkan matanya. Kesadarannya mulai memudar, rasa sakitnya pun sudah tak terasa. Ia merasa tenang sekarang. Misinya berhasil, ia pun sudah menepati janjinya..

Jadi..

Jadi, ia boleh beristirahat kan?

Protective dome yang ia buat kini telah terbuka. Kini siapapun bisa masuk ke tempat ini lagi..

Ia dapat merasakan bahwa Solar sedang berlari ke arahnya.

Namun dalam sekejap asap menelan sosok sang pengendali angin,

Dan dalam detik berikutnya, di hadapan Solar hanya ada debu yang berterbangan.

To be..continued?

// Author's note //

Ehe uwu

.
.
.

Ngeheheh jadi gmn ges?

Btw ya, mau klarifikesyen aja si inimah,

Si Kaizo baru ngasi tau para bruders sekarang karena dia selama ini mantau misi Taufan terus, dan mastiin klo Taufan gabakal buang nyawanya. Dan dia juga ngehormatin permintaan Taufan yang gamau sodara2 taufan dalam bahaya, Tapi kan dia ditipu sama Taufan ya dikirim ke pulau laen buat jalan2 sama adek, nah dia lengah. Terus waktu tau Taufan udh ngacak2 agensi, Kaizo lgsg tau kalau misi Taufan kali ini bakal berakhir dengan Taufan ngorbanin semua yg dia bisa.
Makanya, karena dia ngerasa bahwa Taufan itu kawannya, dia kasi tau bruders biar mereka bisa herupaya nyelamatin Taufan.

Btw ges tamat ga ya? Hmmm 🤔🤔🤔 sebenernya masih ada kelanjutannya sih karena aq kan author yg baik hati dan tidak suka menyiksa karakter utama kan 🤔

200 komen lanjut

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro