8 - murid durhaka, mentor gila

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Solar menarik tangan Taufan, menyeretnya keluar dari ruangan.

"Hey Solar-- apa yang kau-" Taufan ingin bertanya kenapa ia ingin pergi secepat itu? Bukankah mereka baru berkumpul?

"Menghabiskan waktu dengan canggung seperti itu tak berguna, lebih baik ajari aku cara menjadi agen."

Taufan terdiam, mencuri tatapan akan saudara-saudaranya.

Dingin. Batinnya.

Ia merasa bahwa mereka menatapnya seakan ia adalah pencuri.

Seakan ia adalah penghancur kehidupan mereka.

Walau itu tidak salah, Taufan tahu itu.

Taufan membiarkan adik bungsunya menyeretnya keluar dari tempat yang dahulu ia sebut 'rumah'.

°°°°

"Solar." Panggil Taufan saat mereka sudah berada di luar gedung S itu.

Solar melirik ke arahnya, seakan membiarkan sang mentor untuk melanjutkan pembicaraan.

"Apa tidak apa-apa?" Tanya Taufan pelan.

Solar terdiam, jika harus jujur, ia merasakan perasaan yang aneh saat Taufan berdiri melindungi nya dari Hali tadi.

Dalam menit yang singkat itu ia merasa bahwa Taufan keren. Ia merasa bahwa ia dapat diandalkan.

Namun ia langsung menyingkirkan fikiran itu, "aku tidak suka dengan mereka."

"Lihat mereka, menjijikan." Lanjut Solar lagi.

Taufan tak tahu haruskah ia tertawa atau menangis saat mendengar hal ini.

Disatu sisi ia terharu saat Solar membelanya, di sisi lain ia tak ingin hubungan Solar dan saudara lainnya memburuk.

Taufan merangkul sang adik, "kau tahu.."

"Dulu kami tidak seperti ini." Ucap Taufan, mata biru safir nya kini menatap langit hitam yang dipenuhi bintang-bintang.

Salah satu hal yang ia suka dari agensi ini adalah walau dipenuhi dengan gedung tinggi dan cahaya lampu, bintang-bintang di langit tempat ini selalu terlihat jelas.

Solar menatap sang kakak, dari pada menatap langit berbintang yang dipandang oleh kakaknya, pandangan terfokus kepada mata Taufan, mata biru safir itu dengan jernih memantulkan cahaya bintang-bintang.

Solar tak Tahu apakah kilauan itu adalah pantulan cahaya bintang atau mata Safir Taufan yang berkaca-kaca.

"Dulu hubungan kami tidak seperti ini.."

"Karena aku--" , Taufan terhenti, matanya menatap jauh ke langit malam.

Karena aku semuanya jadi begini.

Solar terdiam, jujur, awalnya ia penasaran akan apa yang terjadi.

Namun ia adalah orang yang terfokus akan tujuannya, ia akan memilih untuk fokus meraih posisi agen S.

Dan membuktikan kepada kakak geledeg sialannya yang satu itu bahwa dia dapat berada di posisi itu.

"Aku tak peduli." Ujar Solar dingin. Matanya menatap lurus ke jalan yang ada dihadapannya.

"Masa lalu tidak dapat diubah, lalu untuk apa tenggelam dalam masa lalu?" Tanya nya.

"Aku tidak peduli akan sejarah yang berlangsung diantara kalian."

"Hanya satu hal yang aku pedulikan. Aku ingin menjadi agen S." Ucap Solar dengan tatapan penuh pendirian.

Taufan terdiam, ia teringat akan ucapan Hali.

"Agen gagal sepertimu berani berfikir bahwa kau bisa mencetak agen S? "

"Solar, posisiku ini bisa saja menjadi halangan untukmu." Ucap Taufan.

"Aku ini agen gagal."

Solar terdiam. "Lucu, tadi siang kau membanggakan dirimu dengan percaya diri, kini kau terlihat seperti pengecut."

Ucapan tajam Solar terasa menusuk hati nya.

Solar terdiam, "awalnya, aku berfikir bahwa statusmu itu akan menyusahkanku." Jawab Solar dengan jelas.

Ia tak berusaha memikirikan perasaan orang lain. Ucapan nya tajam seperti mata pisau.

"Namun setelah mendengar apa yang diucapkan oleh kakak sialanmu itu, aku jadi berfikir bahwa kondisi ini bagus juga." Ucap Solar dengan seringai yang penuh kekesalan.

"Akan kubuktikan bahwa walau berguru ke 'agen gagal' aku akan bisa mengalahkan yang lain." Ucapnya penuh ambisi.

"Bahkan dia sekalipun." Ucapnya lagi.

Taufan terdiam, tak satupun dari perkataan yang baru diucapkan oleh adiknya itu yang terdengar seperti penghinaan.

"Jadi kau bersedia diajar olehku?" Tanya Taufan.

"Sudah telat untuk bertanya hal itu bukan?" Jawab Solar ketus.

Taufan tertawa, meluapkan sedikit emosi nya. "jangan menyesal ya"

Solar mendecik "awas saja kalau kau tak becus mengajariku." Ucapnya sambil berjalan dua langkah didepan Taufan.

Taufan tersenyum, ini pertama kalinya malam hari terasa tidak begitu menyedihkan setelah 'hari itu'.

"Siap-siap besok ya, Agent in training"

°°°°

"Bangun, hey adikku tercinta, ayo cepat bangun."

"Adikku, oh adik bungsuku."

"Murid kesayanganku"

"Murid dari guru terkeren di dunia per-agenan."

"Murid dari si tampan tau--" ucapannya terhenti dikarenakan bantal yang mendarat di wajahnya.

Pelaku yang melemparnya tak lain adalah adik bungsunya, sekaligus muridnya yang tidurnya terganggu oleh sang kakak bermata safir itu.

"Hey,murid durhaka!" Ucap Taufan pura-pura kesal.

Solar melihat jam hologram yang berada di sebelah kasurnya, waktu menunjukan pukul 04:01 di pagi hari.

"Apa-apaan kau? Aku baru tidur jam 12 malam tadi, kau tahu?!" Omel Solar kesal.

Jari dingin menjewer telinganya, membuatnya meringis kesakitan. "Kan sudah kubilang jangan panggil aku dengan 'kau'" ucap Taufan.

"Kau bahkan tidak mempermasalahkan nya semalam." Jawab Solar lagi.

Taufan menghela nafas, "agen Solar, kau telat 1 menit hari ini." Ucap Taufan sambil melihat data hologram dari jam tangannya.

"Ayo mulai latihannya." Ucap Taufan, melipat selimut yang melindungi Solar dari dinginnya malam selama ia tidur tadi.

"Latihan apa yang dilaksanakan di pagi buta seperti ini?!" Omelnya kesal.

Taufan tersenyum, "pagi buta? Anak muda, ini sudah terlalu telat untuk dipanggil pagi buta." Ucap Taufan.

"Makanya mulai besok kau tidur awal ok? Karena mulai hari ini kau harus bangun jam 4."

Solar mendengus kesal, sekilas ia dapat melihat lingkar hitam dibawah mata Taufan.

"Kau sendiri juga palingan begadang." Ucap Solar.

Taufan tertawa "hey, aku begadang untuk menjalankan misi, kau begadang karena pola tidurmu yang berantakan. Kau kan sedang masa pertumbuhan. Tidur harus dibawah jam 11."

Taufan memberi set baju training untuk solar, "pakai ini dan kita akan langsung turun ke training ground"

"..."

"...."

"Kok ga dipakai?" Tanya Taufan dengan ekspresi bingung.

Solar melempar satu bantal lagi dari kasurnya, "kau keluar dulu lah! Sialan."

Taufan tertawa, "ih ngomong kasar ke mentor, gasopan." Sambil beranjak keluar kamar Solar.

Setelah kurang lebih lima menit berseteru dengan penampilannya, Solar akhirnya keluar dari kamarnya dengan wajah yang sedikit lebih segar dibanding saat pertama dibangunkan.

"Hanya orang gila yang latihan di pagi buta." Keluhnya kesal.

Taufan tertawa, "selamat~ kau menjadi salah satu dari orang gila tersebut sekarang." Ucapnya sambil mengikat tali sepatunya.

Ingin rasanya Solar menendang mentor nya itu, namun ia merasa tidak boleh terlalu durhaka.

"Olahraga tidak boleh dilaksanakan saat pagi buta." Ucap Solar datar.

Mereka menaiki lift, lift itu masih kosong. Tentu saja, seperti kata Solar tadi, hanya orang gila yang turun kelapangan di dini hari seperti ini.

"Kita tidak olahraga dulu." Ucap Taufan santai.

"Lalu?"

Sengiran iseng terlukis di wajah Taufan, dan Solar sadar bahwa kakaknya memang kadang sangat mengesalkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro