9 - mentor terkeren no debat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kita tidak olahraga dulu." Ucap Taufan santai. 

"Lalu?"

"Kemampuan yang dapat ditonjolkan darimu itu ada banyak, hanya saja masih terlalu mentah."

"Kita mulai dari latihan kontrol kekuatanmu dulu." Ucap Taufan dengan enteng. 

Seakan tingkah nya semalam itu hanyalah sebuah angin lalu, sebuah hal yang tak pernah ada. 

Angka di layar lift itu berhitung mundur seraya mereka terus turun dari belasan lantai di gedung B. 

Ding 

Pintu lift terbuka, suhu dingin ruang lobby menyambut mereka. Taufan menghela nafas, asap terbentuk dari tarikan nafasnya. 

"Suhu disini cukup ekstrim" ucap Taufan sambil merogoh tas kecilnya. Ia mengeluarkan sebuah kain dari tasnya itu. 

Kain rajut berwarna biru tua, "gunakan ini kalau kau sudah merasa terlalu kedinginan oke?" Ucap Taufan sambil mengusap kepala Solar. 

"Kau?" 

Taufan menggeleng, "aku sudah cukup kebal dengan suhu dingin. Asalkan kita sedang menghadapi musim dingin, aku tak perlu pakaian hangat." 

Solar mengangguk, salah satu hal yang bisa dibilang kelemahannya adalah suhu dingin. Jadi syal yang baru saja dipinjamkan Taufan akan sangat berguna untuknya. 

*** 

Di training ground Taufan melepaskan jaket trainingnya, turtleneck hitam dengan panjang lengan ¾ adalah satu-satunya kain yang membalut tubuh bagian atasnya. 

"Ok agent in training, aku akan mulai pelatihannya."

"Ada beberapa peraturan di kelasku, kau harus menaati nya, apa kau setuju?" 

"Apa saja?" Tanya Solar singkat. 

Taufan kini mengikatkan jaket yang ia lepas di pinggang nya, Solar tak akan mengakuinya tapi sosok kakaknya terlihat keren saat ini. 

"Pertama, lakukan sesuai instruksi ku. Harus sesuai dengan instruksi ku asalkan aku menyuruhmu untuk bertindak sesukamu. Yang kedua, jika kau merasa sedikit saja ada yang aneh dari kondisimu, kau harus langsung mengatakannya padaku. Dan yang ketiga, jangan gunakan kekuatanmu selama aku belum memberi izin, mengerti?" Ucap Taufan sambil melepaskan visor dari wajah Solar. 

"Oh iya, peraturan tambahan, jangan pakai aksesoris apapun kecuali jam tanganmu itu." 

Solar terdiam, ternyata mentornya cukup serius dalam melatihnya. 

"Nah baiklah agen Solar, sekarang bisakah kau tunjukan kekuatanmu secara keseluruhan?" 

Manik abu-abu milik Solar mebelalak, "kau gila?!" 

"Yah, fakta bahwa aku mengerti kalau kau sedang bertanya padaku tentang kewarasanku membuktikan bahwa aku belum gila." Jawab Taufan.

"Kau tau kekuatanku itu sungguh dahsyat! Tempat ini bisa-bisa hancur." Ucap Solar dengan alis yang dikerutkan.

Taufan tertawa kecil "woah, saudaraku ini ternyata sudah memiliki pengukuran dasar akan kekuatannya, cukup hebat."

"Kau bercanda?" 

"Aku serius."

"Sangat sungguh serius" lanjut Taufan. 

"Mundur tujuh langkah, Solar." Ucap Taufan, sambil meregankan sendi-sendinya. 

"Untuk apa?" 

"Peraturan kesatu, ikuti instruksiku." Jawab Taufan singkat, tidak peduli dengan pertanyaan adiknya itu.

Solar terdiam, dengan kesal ia melangkah mundur. 

Taufan memfokuskan kekuatannya di telapak tangannya. 

Aku pernah berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan ini lagi. 

Tapi itu dalam pertarungan bersama yang lain. 

Selama posisiku bukan bertarung, ataupun bukan menjalankan misi ini, janji ku tidak kulanggar, yakan? 

Kedua tangannya kini mengeluarkan cahaya biru, perlahan tapi pasti, pusaran angin terbentuk disekitarnya. Membuat Solar terdorong mundur. 

Mata safir nya itu seakan menyala, ia menyeringai sedikit. Tentu saja aku mencintai sensasi ini. 

Menyatu bersama kekuatanku. 

Menyatu bersama hal yang menjadi bukti bahwa kau masih disini. 

Pusaran angin itu kini membelah menjadi lima tornado yang menjulur secara vertikal, lalu bertambah lima yang menjulur secara horizontal. Pusaran angin kencang itu cukup untuk menjatuhkan segala barang yang ada, Solar yang sedari tadi berusaha bertahan pun terus menerus terdorong kebelakang. 

Agen gagal, namun dia sehebat ini? 

Taufan menggerakan tangannya dan seluruh tornado itu bergerak, menyapu segala hal yang ada dan membantingkannya ke seluruh penjuru.

Kekuatan itu mampu menghancurkan tembok beton, namun aneh, tembok training ground ini malah menyala, seakan menghisap kekuatannya.

Kaki Taufan kembali menginjak daratan dengan entengnya,  "Kira-kira begitulah kekuatanku saat aku sedang tenang." Ucap Taufan santai, menarik kembali seluruh tornado itu seakan hal itu bukanlah apa-apa. Sinar biru yang sedari tadi menghiasi matanya kini memudar, menampilkan manik safir miliknya.

Solar terdiam, ia tak ingin jujur namun mentor nya itu sangat hebat. 

Ia merasa Taufan tak seburuk yang ia duga. 

Sekilas tadi ia melihat hal yang aneh dari dinding itu. Tulisan 'whoosh co.' disudut bawah tembok itu. 

"Dinding apa itu?" Tanya nya kepada Taufan. 

"Dinding khusus yang dapat menahan kekuatanmu dan menjadikan nya pembangkit listrik untuk gedung, lumayan kan biar Hemat biaya." Jelas Taufan santai. 

"Jadi aku tak akan merusak bangunan ini?" 

Taufan mengangguk, "selama kekuatanmu tidak selevel dengan kekuatan raksasa maka bangunan ini akan aman"

Solar mengangguk, ia mulai menyukai hal ini. 

"Apakah divisi S memiliki tempat seperti ini?" Tanya Solar. 

Taufan tertawa "yah, seingatku punya, tapi bukan versi terbaru."

"Nah, Solar kini giliranmu menggunakan seluruh kekuatan yang bisa kau keluarkan." Ucap Taufan santai. 

Solar mengangguk, ia melangkah maju, menyiapkan kekuatannya. 

"Berapa langkah aku harus mundur?" Tanya Taufan kepada muridnya.

"Lima belas."

"Wow, banyak sekali." Ucap Taufan, namun ia menjalankan sesuai dengan yang ia dengar. 

"Mulai.", Ucapnya singkat, menyilangkan kedua tangannya seraya menyaksikan adik bungsunya. 

Solar mengangguk, sinar keemasan mulai terbentuk dari tangan dan matanya. Hal itu semakin besar dan besar, lama kelamaan tubuhnya bahkan hampir tak terlihat karena kumpulan cahaya itu. 

Setelah sembilan menit mengumpulkan seluruh cahaya yang ia bisa, tangannya kini ia rentangkan ke depan. Cahaya yang tadinya terkumpul disekitar tubuhnya kini terpusat ke tembok itu. 

Membuat ledakan besar, jika bangunan ini tidak didesain khusus, Taufan yakin setidaknya ada tiga gedung yang akan rubuh karena kekuatan adik bungsunya itu. 

Adik bungsunya itu kini semakin memusatkan kekuatan itu, ia mengeluarkan teriakan untuk membantunya menyalurkan kekuatannya itu.

Taufan mengobservasinya dengan ekspresi serius. 

Dia sudah mendapatkan banyak informasi dari apa yang ia lihat, namun matanya tetap terfokus ke arah muridnya itu. 

Solar merasa kelelahan setelah menyalurkan seluruh kekuatannya itu. Cahaya disekitarnya meredup, membuat sang pemilik tubuh terduduk dikarenakan kelelahan. 

Taufan melangkah kearahnya, memberi sebotol teh hangat yang sedari tadi ia simpan di tas kecilnya. 

"Minum dulu." 

Solar mengangguk, dengan rakus ia meneguk isi botol itu, seakan ia akan mati jika tidak meminumnya. 

Taufan masih menatapnya dalam diam. 

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Taufan ke adiknya itu. 

"Baik-baik saja." 

Taufan mengangguk, "yakin?"

Solar terdiam, ia teringat akan salah satu peraturan dari Taufan. "Sebetulnya..sedikit lelah."

Ia menyeka keringat dari dahinya akibat rasa lelah yang amat sangat dalam mengontrol kekuatannya. 

Taufan tersenyum, "murid yang baik." Ucapnya sambil mengelus kepala adiknya.

//Author's note//

Stock chapter ku menipis :D
Komen ga 🔪

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro