Smiled

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis itu merangkul tas ranselnya dengan terburu-buru.



"Daniel oppa, aku berangkat dulu." Ujar Yoora seraya memakai sepatunya.

"Hati-hati, lagipula kenapa tidak suruh kekasihmu itu untuk menjemput?"

"Aku ini bukan gadis manja asal kau tahu saja."

"Heh! anak kecil! meminta untuk di jemput oleh kekasih sendiri itu bukan manja, itu kewajiban untuk Jimin. Kalau di jalan kau kenapa-napa bagaimana?" Daniel berucap panjang lebar.

"iya, iya aku mengerti."

Meskipun meng-iyakan, Yoora tetap tidak akan meminta Jimin untuk menjemputnya. Ia merasa tidak enak walau itu kekasihnya sendiri. Aneh ya? Iya, Yoora kan memang selalu aneh.

-----------------

"Sunbae.. Ini aku bawakan bekal untukmu."

"Jimin sunbae, apa pulang sekolah nanti kau sibuk?"

"Kau tampan sekali jika dilihat dari dekat begini."

"Ahh, apa kau punya kekasih?"

Di depan kelas, Yoora melihat Jimin sedang di kerumuni oleh hoobae-hoobae tingkat 10.

Yoora diam, ia sesekali menatap jijik ke arah Jimin yang mulai tebar pesona.

"Tch," Decak gadis itu sebal.

Ia tidak suka melihat Jimin di kelilingi oleh banyak gadis, apalagi hoobae-hoobaenya itu cantik. Ia merasa kesal saat Jimin membalas semua ucapan mereka dengan senyuman manis. Apa dia tidak tahu?  Bisa-bisa para gadis itu kelewat baper.

Yoora melangkahkan kakinya melewati Jimin. Ia segera memasuki kelasnya tanpa mempedulikan Jimin yang kini menatapnya dengan ekspresu terkejut.

"Kalian silahkan masuk kelas, sunbae ada keperluan penting." Usirnya sopan kepada sepuluh gadis yang sedari tadi mengerumuninya.

Mendengar itu, mereka semua memasang ekspresi kecewa. Terpaksa mereka harus meng-iyakan ucapan idola mereka itu.

Jimin meninggalkan para gadis itu, dan berjalan memasuki kelas. Ia melihat Yoora yang duduk di bangkunya dengan wajah cemberut.

Jimin tersenyum jahil, lalu berjalan menghampiri kekasihnya itu. Sepertinya, ia sudah bisa menebak apa yang sedang Yoora rasakan sekarang.

"Yoora-yaa.." Panggilnya seraya duduk di samping gadis bersurai hitam itu.

Bukannya menjawab, justru Yoora memalingkan wajahnya dari Jimin.

"Hey, kau kenapa?" Tanya Jimin dengan suara lembut.

Ia berusaha melihat mata Yoora, namun sang pemilik mata terus-menerus menghindar dari pandangan Jimin.

Sedetik kemudian, Yoora berdiri dari tempatnya duduk. Membuat Jimin sedikit terkejut dengan tindakannya itu.

Lalu, Yoora meninggalkan Jimin sendirian dan beranjak pergi dari kelasnya.

Jimin hanya mengeryitkan dahinya tidak mengerti, "Sebegitunya kah ia cemburu dengan gadis-gadis itu?" Gumamnya pelan,


-------------

Yoora menarik nafasnya kasar. Ia menatap langit dengan tatapan kesal. Tidak, bukan langit yang membuatnya kesal. Melainkan, Jimin.

"Menyebalkan." Omelnya pelan, ia mengambil dedaunan di lantai rooftop. Kemudian mulai menyobek-nyobekannya kesal.

"Aku ini kan kekasihnya, kenapa malah asik dengan gadis-gadis itu." Yoora cemberut, pandangan kesalnya kini turun pada dedaunan yang masih terus di sobek-sobeknya.

Ia menghela nafas, "Senyumnya tulus sekali, seolah-olah mereka adalah kekasihnya. Tch, memangnya dia pernah tersenyum sebahagia itu di depanku?" Yoora mengomel sendiri.

"Aish, pokoknya dia itu menyebalkan! Sama seperti Daniel oppa." Ucapnya sedikit berteriak.

Merasa dedaunan di tangannya sudah habis tersobek semua, ia mengambil beberapa dedaunannya lagi. Namun, pergerakannya terhenti begitu sudut matanya menangkap seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Jangan menyobek daun itu, kasihan." Ujar suara cempreng Jimin.

Yoora mendengus, "Biar saja."

Kemudian, ia menyobek daun itu lebih kesal daripada sebelumnya. Yoora mengabaikan Jimin yang masih terdiam di belakangnya.

"Bae Yoora, kau marah?" Tanya Jimin santai.

Yoora tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya. Ia pikir itu sudah cukup, untuk Jimin mengetahui apa jawabannya.

Diam.

Yoora tidak mendengar suara Jimin lagi, tapi langkah kaki yang berjalan mendekat ke arahnya, siapa lagi kalau bukan Jimin.

Grep.


Jimin memeluk tubuh mungil Yoora dari belakang, membuat jantung gadis itu berdetak dengan cepat. Yoora sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa Jimin akan memeluknya dari belakang. Dengan erat.

Jimin menaruh dagunya di bahu Yoora. Pipinya hampir saja menempel dengan pipi gadisnya itu.

"Mianhae.. " Ucapnya pelan, sangat pelan hingga membuat Yoora membeku di tempat. (Maaf)

"Kau cemburu ya?" Bisiknya, Yoora bergidik mendengarnya. Mengapa suara Jimin seketika berubah menjadi sexy?

"Ti-tidak." Jawab Yoora gugup.

Jimin tersenyum, kemudian ia melepas pelukannya itu, dan membalikan tubuh Yoora agar menghadap kepadanya.

Jimin melebarkan senyumannya, "Aigoo, bahkan saat cemberut begini kau masih membuat jantungku berdebar, Yoora-yaa."

Ia mendekatkan wajahnya, agar bisa melihat Yoora lebih jelas lagi.


"Kau cemburu kan?" Tanyanya dengan nada menggoda.

Ayolah, bisa-bisa jantung Yoora meledak. Jika Jimin terus menatapnya seperti ini siapa yang akan tahan?

Yoora mengalihkan pandangannya, "Iya." Jawabnya gugup.

Jimin terkekeh mendengar jawaban kekasihnya itu. Ekspresi Yoora justru terlihat menggemaskan saat mengatakan itu, di tambah matanya yang terus menghindari tatapan Jimin. Gugupnya sangat terlihat jelas.

"Don't be so cute, I think my love for you will increase every day." Jimin mencubit kedua pipi Yoora gemas.

"Sakit.." Rengek Yoora dengan suara imut.

"Argh, kau mau membuatku gila ya?" Jimin mencapit hidung mungil Yoora dengan dua jarinya.

Yoora senyum tipis, "Iya. Sana temui gadis-gadis itu, kasihan mereka menunggumu." Usirnya agak ketus.

"Kau mau aku menemui mereka?"

"Iya." Jawab Yoora dingin, walaupun sebenarnya ia tidak ingin lelakinya itu dekat-dekat dengan gadis manapun selain dirinya.

"Kau yakin?" Tanya Jimin lagi.

"Iya." Yoora mengangguk.

"Baiklah."

Yoora menatap Jimin heran, kenapa lelaki itu sama sekali tidak beranjak dari tempatnya? Jimin justru memasukan kedua tangannya kedalam saku dan tetap diam di depan Yoora.

"Ya. Kenapa tidak turun?" Tanya Yoora bingung,

Jimin menggeleng pelan, "Tidak mau. Aku tidak mau menemui mereka, satu-satunya gadis yang akan kutemui adalah kau, Yoora." Ujar Jimin menatap Yoora serius.

"Jadi, jangan cemburu dengan gadis lain. Karena aku hanya mencintaimu dan akan terus mencintaimu." Ucapan Jimin membuat Yoora menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak tahu harus berbicara apa.

"Tetap saja, aku tidak menyukai caramu merespon mereka, terutama dengan senyumanmu itu."

Jimin meraih telapak tangan Yoora, lalu mengelusnya dengan lembut.

"Baiklah, aku tidak akan tersenyum seperti tadi kepada mereka." Jimin mengusap pucuk kepala Yoora.

"Janji?" Yoora mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji." Jimin mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingkin Yoora.

Yoora tersenyum lebar, moodnya seketika membaik.

"Awas ya kalau kau-"


~CHU



Apa-apaan sih dia ini. Bagaimana kalu ada yang melihat?


Jimin mencium pipi Yoora dengan gerakan cepat,  "Iya, cerewet." Ucap Jimin, kemudian ia maju selangkah dan menundukan badannya untuk menatap Yoora.












"Bagaimana kalau besok kita kencan?"




Deg.



Ke-kencan?





After saying that, he smiled. And I'm dying.





------------------------

To be continue~
Vote and comment for fast update~
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro