Will

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cece is back~ ada yang setuju ga kalau aku buat story tentang NCT? (Contohnya Jaehyun, Jaemin, Renjun, dll) Di publishnya barengan sama Hearts Divided yang Kim Taehyung?

☆☆☆

Lelaki itu terjatuh ke lantai.


Yoora menutup mulutnya tidak percaya sekaligus terkejut. Jeon Jungkook,  lelaki yang baru saja memeluknya itu terjatuh ke lantai setelah menerima pukulan dari seseorang.

"Dia bilang pergi, Brengsek!"



Suara itu membuat Yoora menanggahkan kepalanya, menatap si pemilik suara cempreng.

"Ji-jimin?" Yoora menatap Jimin yang kini berdiri di depannya dengan rahang yang mengeras. Jimin sedang emosi.

"Bangun brengsek!" Pekik Jimin segera mencengkram erat kerah baju Jungkook.

Yoora tidak mengerti, bagaimana bisa Jimin tiba-tiba datang ke rumahnya. Padahal ia sama sekali tidak memberi tahu siapapun.

Yoora juga tambah terkejut ketika melihat sudut bibir Jungkook yang robek dan berdarah.

Tangan Jimin mengepal dan terangkat untuk memukul Jungkook yang kini menatap Jimin dengan tatapan menantang.

"Jimin stop!" Ucapan Yoora membuat Jimin menghentikan pergerakan tangannya.

Lelaki itu membuang nafas kasar seraya menatap Jungkook sadis.

Jimin segera melepas cengkraman kuatnya di kerah baju Jungkook.

"Pergi." Jimin menenangkan suaranya. Meredakan emosinya yang tadi memuncak.

Jungkook merapihkan bajunya,  dengan tatapam menantang yang masih tertuju pada Jimin.

Lelaki bersurai cokelat gelap itu pergi. Sebelum pergi, Jungkook berhenti di samping Jimin, "Aku akan datang kepadanya lagi, dan jika kau mau memukulku. Aku tidak takut. Ayo bertanding." Ucap lelaki itu setengah berbisik.

Mendengar itu, ingin sekali Jimin membuat wajah lelaki itu rusak sekarang juga.

Namun, ia mendengarkan perkataan Yoora.

"Jimin-ahh, sudahlah.." Ujar Yoora pelan, kini gadis itu menggenggam lengan Jimin.

Setelah Jungkook benar- enar pergi meninggalkan rumahnya. Yoora menatap pintu kamarnya. Ia melihat Daniel berdiri di sana dengan ponsel di tangannya.

Jadi, yang menghubungi Jimin itu Daniel. Pantas saja,

Daniel tersenyum, lalu ia beranjak kembali ke kamarnya.

Jimin menghela nafas, emosi lelaki itu kini sudah benar-benar mereda. Kemudian,  ia menatap manik mata Yoora sayu.

"Kenapa kau diam saja?" Tanya Jimin dengan suara rendah.

Yoora mengeryitkan dahinya tidak mengerti, "Diam saja apa maksudmu?" Tanya gadis itu.

Jimin menghela nafas lagi, lalu ia mencengkram kuat kedua bahu Yoora.

"Ji-jim, sa-sakit.." Yoora meringis begitu merasakan cengkraman kuat Jimin di kedua bahunya.

"Bae Yoora.. Jeon Jungkook baru saja memelukmu dan kau.. Kau diam saja?" Rahang Jimin mengeras,

"Jimin-ahh, kau membuatku takut.." Ujar Yoora gugup.

"Aku sedang bertanya, Yoora!" Ujarnya dengan suara yang di tekan.

"Mi-mian.. Aku tidak tahu kalau dia akan memelukku, dan tenaganya jauh lebih besar.. Aku.."


Jimin melepaskan cengkramannya kasar. Kemudian, lelaki itu berjalan ke arah balkon. Membelakangi gadis itu, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kenapa kau tidak menghubungiku? Dan malah Daniel yang menghubungiku?" Jimin menatap jendela kamar Yoora frustasi.

Apa Jimin cemburu? Jika tidak, lalu kenapa ia bisa marah seperti ini pada Yoora. Jika iya.. Berarti lelaki itu memang menyukai Yoora, bukan menganggapnya sebagai mainan lagi.





"Atau.. Jangan-jangan kau memang ingin berduaan dengan Jungkook. Iya?" Posisi Jimin masih membelakangi Yoora.


"Tidak, Jimin.. Kau tidak mengerti.." Yoora menundukan kepalanya.


"Yoora,  kau tahu kan kalau aku mencintaimu? Apa perkataan itu tidak cukup? Baiklah, aku akan mengatakannya lag-"







GREP






Jimin merasakan sebuah pelukan dari belakang secara tiba-tiba. Lelaki itu sedikit terkejut karena Yoora yang baru saja memeluknya.





"Aku juga menyukaimu."







Deg.




Jimin terkejut, dengan ucapan Yoora barusan. Apa itu tandanya.. Ia sudah meluluhkan hati seorang Yoora?

Jimin melepas kedua tangan Yoora yang memeluk perutnya erat. Kemudian, ia membalikan badannya. Mengelus kedua pipi gadis itu.

Jimin mengukir sebuah senyuman lebar, senyuman yang terlihat sangat tulus.


"Maaf.." Kata lelaki itu sembari memeluk Yoora.

Yoora membalas pelukan hangat yang Jimin berikan.

"Untuk?"

"Sempat membentakmu, aku sangat marah barusan.. Maaf." Lelaki itu setengah berbisik.

Dalam dekapan Jimin, Yoora menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak..ini bukan salahmu."


Jimin tersenyum, lalu ia melepas pelukannya, dan menatap gadis itu dalam.

Jimin melangkah dan,




Bug.



Mereka berdua terjatuh di kasur, dengan posisi Jimin menimpa tubuh Yoora.

"Kau tahu kan kalau aku mencintaimu..ah tidak tidak." Jimin menggelengkan kepalanya.

"Ralat, mulai saat ini aku sangat mencintaimu!" Ujarnya diiringi dengan senyuman.

Yoora balas tersenyum, ia rasa pilihannya kali ini tepat. Bahwa ia juga menyimpan perasaan yang sama untuk Jimin. Untuk orang yang selalu ia anggap sebagai seorang teman.

"Jadi?" Yoora mengangkat kedua alis matanya.

"Jadi, aku tidak bisa menyimpan perasaanku lagi. Aku tidak ingin menjadi seorang teman untukmu.. Aku ingin lebih dari seorang teman,aku ingin lebih dari seorang sahabat. Dan aku ingin kau mendampingiku selamanya."

Tatapannya mendalam, membuat jantung Yoora berdegup kencang.




"So, do you want to be mine? Do you want to be the one who is always by my side?" Suara Jimin merendah, dan itu membuat Yoora terhipnotis dengan suaranya.


Yoora mengangguk. Lalu,  ia tersenyum lebar, menatap manik mata Jimin.



"I think I've set in the right choice, yes I want to."




Jantung Jimin seketika berdegup kencang, mendengar jawaban dari calon keka- . Ralat, dari kekasihnya.

Dan hari ini, hari pertama mereka menjalin hubungan. Jimin tidak percaya, tenyata ia bisa meluluhkan hati seorang gadis aneh.

Tatapannya turun pada bibir mungil Yoora..



~~CHUU




Jimin mendaratkan bibirnya pada bibir mungil Yoora. Ia menciumnya lembut, melumatnya secara perlahan. Dan Yoora mengetahuinya, Jimin mencintainya. Dari caranya mencium. Itu sudah terbukti.

Dan kini, gadis itu hanya milik Jimin seorang.
















"Oh my God Mann!  Aku baru saja tertinggal drama apa ini?" Suara Daniel membuat mereka berdua langsung melirih,kearahnya dengan pipi merah.




---------------



Jimin tersenyum lebar sepanjang hari, masih tidak percaya bahwa ia dan Yoora sudah resmi berpacaran.

Ia menutup pintu mobilnya, lalu berjalan memasuki gedung yang sering ia kunjungi.

"Annyeonghaseyo, Noona." Sapanya pada seorang wanita yang diam di meja receptionis.

Wanita itu hanya membalasna dengan senyuman ramah, kemudian kembali terfokus pada komputernya.

Jimin berjalan menuju ruangan khusus para trainee.  Ia sangat merindukan Yoongi, teman yang lebih mirip seperti seorang 'kakak' baginya.



Ceklek.



Ia segera memasuki ruangan itu, yang kira-kira sudah diisi dengan 50 orang lelaki.

Lelaki itu tersenyum setelah melihat Yoongi, kemudian ia berjalan menghampiri lelaki yang lebih tua darinya itu.


"Kenapa kau bisa berkelahi? Padahal kau tahu, pelatih akan mengurangi poin jika wajahmu tergores." Terdengar suara Yoongi yang sedang berbicara dengan seseorang.

"Aku tahu, hyung."





Suara itu.






Jimin mematung, begitu melihat siapa orang yang sedang berbicara dengan Yoongi.




"Kau.. "




Jungkook menyeringai.























"Halo, bertemu lagi dengan aku si brengsek." Balasnya menantang.







And he admitted it.

He's a jerk.

Who will now be my friend.






----------------


TO BE CONTINUE.
VOTE AND COMMENT FOR FAST UPDATE.
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro