Stubborn

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis itu melempar tubuhnya asal di atas sofa.



Ya, ia baru saja pulang sekolah beberapa menit yang lalu. Kali ini, ia memilih untuk pulang cepat. Berhubung sedang tidak enak badan.

Lagian, pulang sore-sore begini kan bisa sekalian melihat bintang.



"Eommaa!" Teriaknya seraya berguling-guling di atas sofa berwarna biru langit. (Ibu)

"Ne, anakku?" Balas seseorang menghampirinya. Tidak, bukan ibunya. Bukan nyonya Bae. Melainkan lelaki dengan tubuh kekar bernama Kang Daniel. (Ya)


Yoora menanggahkan kepalanya, menatap Daniel yang berdiri di depannya dengan senyum polos.


"Aish,  kau bukan eommaku." Decak Yoora kesal.

"Lagian, kau keras kepala sih. Bibi belum pulang. Sudah berapa kali aku bilang? Eoh? " Daniel duduk di sofa depan.

"Baru satu kali."

"Oh, iya. Aku lupa, hehe." Daniel menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Dasar tua." Ejek Yoora dengan pelan. Namun ia bisa memastikan bahwa Daniel dapat mendengarnya.




"Nanti malam aku akan pergi ke club."

Dengan cepat, Yoora segera mengubah posisinya menjadi duduk tegap. Bagaikan fangirl yang baru saja kedatangan biasnya di rumah.

"Apa?! Tidak boleh." Gadis bersurai hitam itu dengan cepat melipat kedua tanganya di dada.

"Aish, ayolah. Aku tidak ada hiburan sama sekali." Rengek Daniel dengan wajah lesu.

"Membiarkanmu mabok? Dan meniduri wanita disana? Jangan harap aku akan mengizinkanmu, oppa." Yoora memberikan tatapan mautnya.

"Ayolah, Yoora-ya. Aku berjanji tidak akan meniduri wanita disana. Dan tidak akan minum terlalu banyak."



"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

Dasar pemaksa.

"Tidak."

"Iya."

"Iya."

"Asaa! Sudah kuduga kau akan mengizinkanku." Daniel loncat dari sofa dengan melakukan beberapa gerakan-gerakan aneh.


"Pulang sebelum jam 12 malam." Ucap gadis itu datar.

"Tch. Memangnya aku ini Cinderella, huh?" Daniel mengerucutkan bibirnya kecewa.

"Yasudah, tidak jadi ku izinkan."

"Eits. Iya, iya aku mengerti. Nona Bae."


Daniel kemudian meronggoh saku celananya yang kosong.

"Aku ke kamar dulu. Mau ikut?" Godanya.

"Tidak. Dengan senang hati." Yoora menampilkan senyum paksaannya, yang di dalamnya terdapat banyaknya kekesalan yang terpendam.



Demi tuhan, ingin rasanya Yoora mengubah sepupunya itu menjadi orang pendiam. Dan tidak menjengkelkan. Walaupun sehari saja, Yoora akan bersyukur.

Setelah Daniel meninggalkannua sendirian di ruang tamu. Ponsel berwarna hitam Yoora bergetar.



Drtt..drt..


Yoora segera meraih ponselnya, dan segera menekan aplikasi Kakaotalk.



Jungkook: Kau dimana? Aku ingin berbicara sesuatu padamu.



Yoora menghela nafas. Kenapa lelaki itu muncul ketika Yoora sama sekali tidak ingin melihatnya.

Soal makan malam waktu itu, seketika terputar lagi di benak gadis ini.

Sakit hati yang ia rasakan waktu itu, kini teringat lagi.



Baeyoora: Rumah.




Drtt.. Drtt..

Baru saja mengirim, ponselnya sudah bergetar lagi.

Apa Jungkook ingin berbicara sesuatu yang penting pada Yoora? atau sangat penting.



Jungkook: Sent Location. Aku kesana sekarang.

Read.



Yoora kembali menaruh ponsel di sampingnya.

Oh, dan kali ini ia menyadarinya. Jungkook lebih menyebalkan di banding Daniel.

Ya, dan itu benar.



Drtt.. Drtt..

Drt.. Drtt...




Aish, mengajak ribut saja.




Drtt.. Drt..



Jungkook: jangan hanya di baca.

Jungkook: Yooraa!

Jungkook: Oh, ayolah. Aku merindukanmu.




Sialan.




Baeyoora: /Sent a location/


Kali ini, Yoora melempar ponselnya ke sembarang arah dengan asal. Ia sudah muak. Muak dengan semua yang Jungkook katakan.

Kenapa Jungkook terus mengatakan 'aku merindukanmu' kepadanya. Dia Yoora. Bukan Yaera. Bukankah Jungkook menyukai Yaera? Lalu, kenapa lelaki itu terus memberi harapan seolah-olah ia mengetahui kalau Yoora menyukainya.

Seolah-olah lelaki itu ingin Yoora ters menyukainya. Tapi ia memilih gadis lain.

Dan Jungkook hanya sekedar berucap. Bukan serius, iya. Dia tidak akan pernah serius pada Yoora.



Ting.. Tong.


Sial. Cepat sekali.



Yoora menghela nafas, sebelum ia benar-benar melangkah menuju pintu utama.

"Yoora! Ada tamu!" Teriak Daniel dari atas.

"Iya aku tahu! Biar aku saja." Yoora membalas teriakan Daniel.


Ia menghentikan langkah. Tepat di depan pintu. Sungguh, Yoora ingin menghilangkan rasa sukanya pada Jungkook.

Toh, Yoora tidak suka di permainkan seperti ini. Walaupun dia gadis aneh dan unik. Dia juga punya perasaan.



Ceklek.


Gadis itu membuka pintu lebar, berharap agar siapapun yang ada di luar sana bukan Jungkook.




"Hei. Aku merindukanmu." Sapa lelaki itu, begitu pintu rumah Yoora terbuka lebar.



Dan itu Jungkook.



Yoora membalasnya dengan senyum tipis. Hanya sekedar senyum.

"Boleh aku masuk?" Tanya lelaki iyu dengan wajah tanpa dosanya.

Mendengar itu, Yoora segera membuka pintu lebih lebar lagi.

"Silahkan."


Jungkook masuk melewati tubuh mungil Yoora. Aroma keringat Jungkook tercium. Jungkook keringatan. Namun, keringatnya sangat wangi.


"Maaf, aku baru selesai latihan." Jungkook terkekeh pelan.

Sementara itu, Yoora mengeryiykan dahi bingung. "Latihan apa?" Tanya gadis itu.

"Ada.. Sesuatu. Dan aku tidak perlu tahu."


Jawabannya itu membuat Yoora sukses berpikiran kemana aja. Terutama Yaera. Jangan-jangan Jungkook berkeringat dengan Yaera.



Eh, eh. Tidak.

Apasih yang kupikirkan ini.



"Ayo ke kamarku." Ajak Yoora cuek bebek.

Ya, kalian harus mengenal Yoora. Jika ia sudah malas dengan seseorang, maka akan ia terus-terusan malas kepada orang itu.




-----------




"Woah. Bukankah ini Spica?" Tunjuknya pada salah satu gambar yang di koleksi Yoora.

Yoora menengok. Lalu ia menangguk, "Iya, itu Spica dan sebelahnya ada Procyon, kesukaanku." Yoora lagi-lagi tersenyum tipis.

"A-ah.. Aku tahu."





Yoora duduk di tepi ranjangnya. Menatap sendal rumah bulu-bulu dengan gambar kucing yang dipakainya.



"Soal waktu itu.. Aku mau minta maaf." Suara Jungkook terdengar merendah.

Yoora diam.


"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk berkata seperti itu."


"Aku mengerti." Yoora mengangguk, masih dengan wajah datar.

"Untuk menurunkanmu di tengah jalan. Mian. Aku terbawa emosi juga." Jungkook lalu duduk di sebelah Yoora. Tatapan lelaki itu tidak lepas dari Yoora. (Maaf)

"Tidak usah minta maaf. Itu memang mauku." Yoora menatap Jungkook lalu tersenyum.

Walaupun Jungkook tahu, apa yang ada di balik senyumannya.


"Sejak hari itu, aku merasa bersalah. Sungguh. Dan aku.. Merindukanmu."

"Aku merindukanmu, aku merindukan senyummu padaku. Waktu itu, waktu kita bertemu di taman." Lanjut lelaki itu.


Jungkook menghela nafas.


"Aku tidak fokus makan, aku tidak bisa tidur.  Aku tidak bersemangat dalam melakukan hal apapun. Karena kupikir aku telah berbuat salah besar kepadamu."

"Dan kau tahu, ketika aku bertemu dengan Yaera, dia bilang bahwa aku terlihat lelah. Aku menjawabnya dengan alasan kurang tidur. Tapi yang terjadi sebenarnya adalah aku memikirkanmu. Hingga kantung mataku menghitam."


Jungkook kembali menghela nafas, sambil menatap Yoora sayu.




"Yaera, gadis yang kusukai it-"


"Tolong jangan bahas Yaera, jika kau sedang bersamaku." Yoora memotong perkataan Jungkook.

"Kenapa? Dia calon pacarku dan-"



"Jeon Jungkook!" Seru Yoora yang segera berdiri. Menatap lelaki itu kesal. Kesal yang terpendam.


"Yo-yoora.. Kenapa ka-kau seperti ini?" Jungkook bingung dengan apa yang baru saja gadis itu lakukan.


Jungkook ikut berdiri, menatap gadis itu tidak percaya.


"Kenapa? Kau masih tanya kenapa?" Mata Yoora terasa panas. Ia sangat ingin, menendang Jungkook dari lantai dua sekarang.


"Yoora-yaa.. Maafkan aku.. Aku.. "


"Kenapa kau selalu begini?" Yoora menatap kedua manik mata Jungkook.

"Aku?"

"Kenapa kau selalu hilang dan tiba-tiba datang dengan mengucapkan 'aku merindukanmu' kenapa? Kau tidak tahu apa yang ku rasakan ketika kau mengatakan itu. Kan?"


"Apa ada yang salah? A-aku tidak mengerti."




Shi-


"Jeon Jungkook! Sadarlah! Kau tidak menyukaiku! Bahkan kau menolak fakta bahwa aku ini adalah teman kecilmu, kan? Jadi jangan memperlakukanku dengan lembut. Seolah-olah kau menyukaiku."


"Yoora..ka-"



"Aku menyukaimu! Puas?"

Kedua bola mata Jungkook membulat,  "a-apa?!"

"Jadi, pergilah. Jangan pernah datang padaku lagi. Urus calon pacarmu itu! " Yoora meneteskan satu air mata.


"Aku tidak akan pergi."


"Mianhae." Dengan cepat Jungkook memeluk tubuh gadis itu. Meskioun Yoora memberontak agar Jungkook melepaskan pelukannya. (Maaf)




"Hiks.. Hiks.. "

"Yoora.. Aku sungguh minta maa-"






BUG!






"Dia bilang pergi. Brengsek." Ujar seseorang.


















He will not leave. he's stubborn.







-----------+---+

TO BE CONTINUE.
VOTE AND SPAM COMMENT FOR FAST UPDATE.
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro