Chapter 1 (part 1): Terjebak dalam Permainan Peri

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Syal terjatuh, kepala terbentur ke sandaran kursi, dan posisi duduk yang aneh karena salah satu lututnya berasa di atas kursi. Aezy mengigit bibirnya.

Malu sekali. Aku harusnya pegangan tadi.

Ia mengernyit saat akan menurunkan kakinya. Kaki yang setengah berdiri itu sedikit ngilu saat digerakkan, tapi bukan karena itu.

Melihat ke belakang, tidak terlihat seorang pun penumpang. Ia segera mengedarkan pandangan. Seolah ada yang menarik jantungnya ke bawah, bola mata cokelat itu tidak menemukan pintu yang tadi ia lewati.

Apa yang terjadi, bagaimana bisa pintu itu hilang, apa keretanya berhantu, banyak pertanyaan tertahan dalam benaknya.

"Halo?"

Kalau Aezy bisa menemukan seseorang, pasti dia bisa menemukan jawabannya. Setidaknya, dia harap begitu.

Dengan tenaga yang terkuras dengan kejutan beruntun, dia mendekati dinding tempat pintu tadi menghilang sembari berpegangan pada kursi.

"Ha-halo?"

Tidak ada yang menjawab. Sorot mata gadis itu mulai berubah, mengumbar perasaan yang sebenarnya. Pupil mata bergetar bersama napas yang tak beraturan. Tangan seputih susu itu meraba-raba dinding, mencari pintu atau apa pun.

Apa pun yang bisa mengeluarkan aku!

Ia memukul dinding itu lagi dan lagi. Bukan ingin menghancurkannya, tetapi supaya ada suara. Sekarang terlalu sunyi dan aneh hingga membuatnya sesak.

Ia menatap jendela, lalu mengepalkan tangan. Di balik jendela, malam telah mendatangkan gelap. Hanya ada kerlap-kerlip lampu seolah berlari meninggalkannya. Ia membatu. Tiba-tiba ia deja vu. Tapi itu tidak penting. Aezy mengayunkan kepalan tangan dari belakang, bersiap menghancurkan jendela itu. Tangannya melesat, tapi berhenti tepat di depan jendela.

"Apa kamu pikir kaca akan pecah semudah itu?" tanyanya pada diri sendiri. Tak lama kemudian, ia terduduk di lantai tanpa melepaskan jemarinya dari pinggir jendela.

Ia biarkan air mata mengalir deras. Ia tak lagi menutup mulut untuk menyembunyikan isak akan keputusasaan. Semua aneh, bahkan jika fakta ini perjalanan kereta pertamanya itu benar, tiket yang berbeda, kereta yang menyeramkan, dan dia hanya sendirian, semua itu menyerang keyakinan akan baik-baik saja.

"Ibu," lirihnya, tapi ia tak kuat bersuara. Hanya isak keras seperti anak kecil yang keluar.

Aku tidak baik-baik saja sendirian. Aku tidak bisa menemukan jalan keluar.

Awalnya, ia menutup mata karena menangis. Suhu dingin dan kehabisan tenaga juga semangat membuat dia tak ingin bergerak lagi. Setengah jam kemudian, suara isakannya berhenti. Jemari tangannya turun dengan cepat bersamaan dengan kepalanya yang tersandar pada kursi.

"Akhirnya," ucap sesuatu yang dari tadi memantau dari atas. Telinga panjangnya mendeteksi dari ketenangan napas dan jantung Aezy. "Dia tertidur."

"Kau yakin?" tanya seseorang berambut pirang di sebelahnya.

"Ayolah, tidak mungkin telingaku salah!"

"Hei, anak itu agak drama ya. Kalau itu aku, tidak akan menangis, tapi benar-benar memecahkan kaca itu."

Pemilik rambut pirang menatap aneh pada teman sejenisnya yang berambut merah. "Kalau itu kau, kami takkan menculik serumit dan sedamai ini. Langsung perang saudara."

Pemilik telinga panjang itu mendengkus tidak nyaman. Semakin lama dibiarkan, perang saudara dua orang mungil itu bisa berubah jadi kenyataan yang menakutkan. Ia melompat, lantas mendekati tubuh Aezy. Kemudian melompat-lompat melewati dua kursi belakang.

"Syal di mana kamu syal? Oh ini."

Ia memungut syal itu, lalu kembali ke Aezy. Kedua tangannya menarik syal itu pelan-pelan hingga menutupi leher gadis yang masih tertidur.

"Apakah dia nyaman?" suara pemilik rambut pirang itu meluncur halus, seiring dengan turunnya dari rak kereta.

"Dia tidak hanya nyaman; dia tenggelam dalam kelelahannya," jawabnya sambil matanya tak lepas dari wajah tenang Aezy.

Senyum nakal merekah di wajah si rambut pirang. "Bukankah itu sempurna? Kita akan lebih mudah menyelami labirin ingatannya."

Dengan satu ketukan ringan, ia mengepakkan sayapnya dan mendarat dengan anggun di atas kepala Aezy. Sayap-sayap mungil itu berkilauan, memancarkan cahaya ajaib yang pelan-pelan meresapi ruangan.

"Aku mulai," ucapnya seraya tangan-tangannya mulai bergerak membentuk simbol-simbol lama.

28 Januari 2024
562 kata.

Edited: 20 Februari
605 kata
.
.
.
Note 28 Jan
Ini baru part 1 dari chapter 1
Yemi atur begitu karena rasanya aneh kalau chapter 1 ga sampai 1k, eh prolognya lebih dari 1k HA HA.

Ketika aku publis ini, hari ini adalah hari Sky Academy sampai di rumahku.✨

Ah tapi, benar-benar ya. Aku sampai gambar chapter ini 3x, tapi akhirnya yang kutulis beda dari sketsa😭 Ya ampun

Dah, tutup gerbang (basa-basi), pai-pai.

Terima kasih, pembaca yang menumpang di kereta ini! Semoga kereta (cerita) ini ada next chapter-nya😭

Salam selembut cokelat matcha 🍵
(iyah diganti)
Yemimaliez





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro