Adelardo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

1 November 2019

________________________

breathing in

________________________

"Dia penting," Frey menegaskan sekali lagi. "Jangan sampai dia membongkar jati dirinya yang sebenarnya, apa lagi mengetahui apa yang terjadi dengan kakaknya."

"Baik," Avron menjawab dengan gelisah. "Di mana dia?"

Frey memberi tanda pada salah satu pengawalnya. Tak lama, seorang wanita memasuki ruangan, menggendong seorang balita yang sedang tertidur lelap.

Ini dia.

Avron menjulurkan tangannya dengan antusias, seperti seorang anak yang minta diberikan mainan. Bocah itu adalah anaknya. Dia sekarang adalah seorang ayah.

"Namanya Adelardo Silas. Ulang tahunnya ...," Frey mengerutkan dahi, "kita tidak tahu. Kau karanglah sepuasmu. Umurnya satu tahun, kira-kira. Anak dari Avron dan Rielle Silas. Dia adalah seorang anak normal yang menjalani kehidupan normal."

"Aku mengerti", kata Avron yang tidak mendengarkan, terlalu takjub memandangi wajah manis Adelardo saat bocah itu dioperkan padanya. Sang wanita yang sebelumnya bertugas merawat si bocah membetulkan letak lengan Avron.

"Avron," panggil Frey dengan tajam. "Kau dengar? Anak normal dengan kehidupan normal."

"Aku mengerti," ulang Avron, masih tak memperhatikan.

"Bagus," tukas Frey. "Karena kalau kau menjangkitinya yang aneh-aneh, kau akibatnya untuk dirimu sendiri."

"Aku mengerti."

Frey menggerakan tangannya, isyarat Avron boleh meninggalkan ruangan.

Avron bangkit. Pintu telah dibukakan untuknya. Laki-laki itu melangkah dengan hati-hati, takut membangunkan putranya.

Rielle sudah menunggunya di depan ruangan. Avron menunjukkan balita dalam gendongannya dengan gembira.

"Lihat?' katanya bangga. "Anak laki-laki untukmu!"

Rielle menatap Adelardo dengan masam. "Anak laki-laki untukmu."

"Kau akan segera menyayanginya," kata Avron pada istrinya dengan yakin. "Lihat, dia sangat menggemaskan."

Rielle malah memelototinya, bukannya ikut mencubit-cubit pipi tembam Adelardo.

"Iya, iya," kata Avron pasrah. "Kau tidak menginginkannya."

Rielle melengos, berjalan meninggalkan Avron.

"Maaf, Rielle." Avron berlari mengejar. "Ini, kan, tugas negara. Aku tidak bisa menolak. Kita harus membaktikan diri terhadap negara dan melakukan semua usaha yang dapat kita lakukan untuk melindungi dan mempertahankan negara kita tercinta."

"Sudah selesai bicaranya?" tanya Rielle dingin, berhenti sebentar. Avron tersenyum lebar, bergerak lagi menyusul Rielle. Akan tetapi, Adelardo tiba-tiba merengek, membuat Avron berhenti lagi untuk memeriksa keadaan putra barunya.

Rielle meliriknya kesal, kembali berjalan.

"Eh, Rielle!" Avron mencoba memanggil. "Ah, sial."

Biarlah. Pasti istrinya akan kembali seperti biasa nanti malam. Pokoknya, hari istimewa ini tidak boleh dikacaukan.

Hari pertama dia menjadi seorang ayah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro