Kartu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

20 November 2019

________________________

Breathing out

________________________

Rivia tidak tahu apa pun tentang cowok itu. Dia ingat sedikit-sedikit wajahnya, tapi ... yah, hanya sedikit. Memorinya payah, apalagi soal mengingat wajah orang.

Cowok itu bersuara dalam, dia ingat. Cowok itu juga sangat murah hati, tipe orang yang selalu mengedepankan kepentingan orang lain. Dengan kata lain, cowok itu pasti bukan cowok yang terkenal karena anak-anak terkenal semuanya berhati busuk.

Rivia merogoh kantong roknya, mengeluarkan lagi sebuah kartu. Kartu itu berwarna biru, kartu pembayaran standar yang dibagikan kepada semua murid SMA-nya. Tak ada petunjuk yang dapat membantunya mengidentifikasi identitas si cowok yang meminjamkan kartunya itu.

Rivia murid baru, dia belum mengenal banyak orang di sekolahnya sekarang. Tak ada yang bisa dia mintai tolong, meski di lantai dasar masih banyak anak yang berkeliaran. Dia tak mungkin bertanya pada sembarang siswa karena dia tak dapat mengingat ciri-ciri cowok itu secara lengkap. Berkacamata dan bersuara dalam, itu setengah dari populasi cowok di sekolahnya.

Jadi, bagaimana? Apa Rivia harus menunggu cowok itu mencarinya?

Mendadak, dadanya berdebar kencang. Rivia merutuki dirinya sendiri. Karena pubertas sialan itu, dia berkeringat dingin dan berdebar-debar setiap kali berdekatan atau bahkan hanya memikirkan seorang cowok. Sialan. Cowok itu bahkan nggak ganteng! Rivia meneriaki jantungnya.

Masa bodoh. Sekarang, dia harus fokus mencari cowok itu. Rivia selalu diajari untuk tidak berutang, dan hari ini adalah keadaan darurat. Dia harus mengembalikan kartu ini beserta uang yang dipakainya tadi. Segera. Sebentar lagi dia harus pulang, ibunya tak akan senang menunggu lama.

Di mana sih cowok itu?

Klakson mobil terdengar. Itu mobilnya.

Gadis itu mendesah, memutuskan mengakhiri pencariannya.

"Kenapa lama?" tanya sang ibu.

"Aku tadi minjem kartu orang, tapi aku nggak ketemu lagi orangnya," jawab Rivia.

Ibunya menoleh, matanya menatap tajam. "Kamu minjem kartu?"

"Aku nggak bawa makanan tadi. Aku sakit mag, terus aku nggak bawa kartuku."

"Kenapa nggak bawa?" Nada suara wanita itu terdengar menyalahkan. "Mama nggak mau tahu, pokoknya besok kamu kembalikan. Punya siapa itu?"

"Nggak tahu."

"Nggak tahu?"

"Aku nggak kenal siapa yang minjemin kartunya, Ma," Rivia menjelaskan takut-takut.

Suara ibunya makin tajam, "Cari tahu. Besok pagi, kembalikan! Kamu pakai berapa uangnya?"

"Sepuluh ribu, Ma."

"Kamu punya uangnya?" tanya ibunya.

"Punya, Ma."

"Terus kenapa nggak pakai uangmu?"

"Kan, di kantin nggak boleh pakai uang biasa, Ma, harus pakai kartu."

"Ya, sudah! Besok kembalikan!"

"Iya, Ma," lemah Rivia menjawab.

***

Terpajang di story Instagram Rivia, beberapa baris kalimat yang terkesan cuek, menanyakan apa ada yang mengenal seorang cowok yang meminjamkan kartunya pada seorang cewek tidak dikenal.

***

"Itu, si Darius kali!" kata seorang temannya.

Nah, cowok bernama Darius itu cowok famous. Menyebalkan sekali saat Rivia harus menanyakan soal kartu itu padanya. Darius tampaknya mengira Rivia sedang modus. Sial.

"Tama? Biasanya dia sering minjemin barang," usul temannya yang lain.

"Yang mana anaknya?" tanya Rivia waspada.

"Itu, yang lagi duduk di sana."

"Nggak, bukan dia." Cowok itu dikelilingi cewek-cewek yang terkenal, mustahil dia orangnya.

Rivia berbalik, tapi lalu pundaknya ditepuk.

"Hai," kata si cowok, Tama. "Rivia?"

"Hmm?" Rivia menaikkan alis heran.

"Kartu gue?"

"Hmm?"

Tama membalas dengan sabar, "Kemaren gue minjemin lo kartu, bukan?" Dia terdiam. "Eh, atau gue salah orang? Sori, sori, gue payah nginget muka orang. Kata teman gue yang namanya Rivia lagi nyariin orang yang minjemin dia kartu, tapi gue nggak tau yang namanya Rivia yang mana. Sori, sori."

"Eh, Tama?" Rivia salah tingkah. "Gue Rivia." Dia menyodorkan buru-buru kartu Tama dan uang pengganti sebagai saldo kartu yang dihabiskannya kemarin. "Ini kartumu. Makasih. Eh, maaf gue gak ngenalin lo. Makasih, ya, buat kartumu."

"Sama-sama," Tama tertawa. "Gue balik, ya."

"Sip." Seingat Rivia, kemarin Tama tidak terlihat setampan itu.

___________

Ryera got no idea, ancurlah part ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro