Empat: Mimpi Buruk

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ya, lukisan ini memang memiliki daya magis. Karena lukisan ini memang aku lukis sesuai dengan kejadian yang pernah terjadi di masa lampau."

"Ya. Kejadian itu benar-benar terjadi ... tepat di depan mataku."

Kata-kata lelaki bertopi baret itu masih terngiang jelas di telinga Natasya. Bahkan setelah dua minggu berlalu, kata-kata itu kembali terngiang seolah setiap hari dibisikkan ke telinga Natasya.

Sesuai yang sudah mereka sepakati setelah Natasya setuju untuk menjadi pemilik lukisan Antonio versus Nicholas, lelaki tersebut akan mengirimkan lukisannya seminggu setelah pameran ditutup. Jika lelaki tersebut memang menepati janjinya, maka Natasya akan menerima lukisan Antonio versus Nicholas kira-kira seminggu lagi.

Natasya sebenarnya harap-harap cemas menanti lukisan tersebut. Ia memang sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk memajang lukisan tersebut di salah satu sudut rumah mereka. Beruntungnya, kedua orang tua Natasya sama sekali tidak keberatan. Malah menurut kedua orang tuanya, lukisan tersebut akan menambah keestetikan di dalam rumah mereka.

Tentu saja Natasya bisa bernapas lega karenanya. Padahal ia mengira bahwa kedua orang tuanya tidak akan setuju saat Natasya bercerita bahwa ia menerima hadiah sebuah lukisan setelah mengunjungi pameran karya seni rupa dua dimensi itu.

Kedua orang tua Natasya semakin senang setelah tahu yang menghadiahkan lukisan itu kepada Natasya adalah sang pelukisnya sendiri. Tentu hal tersebut merupakan sebuah kehormatan yang tidak mungkin didapatkan orang-orang kebanyakan.

Kegugupan Natasya semakin menjadi saat hari penerimaan lukisan itu datang juga. Natasya sendiri yang menyambut para kurir di depan pintu yang membawakan lukisan tersebut dengan begitu hati-hati. Dibantu kurir itu jugalah, Natasya menggantung lukisan tersebut di salah satu sudut rumahnya.

Maria sendiri yang mengarahkan para kurir agar menggantung lukisan tersebut di dinding ruang bersantai yang ada di lantai dua. Tidak jauh letaknya dari kamar Natasya berada. Seolah lukisan tersebut memang ditakdirkan untuk tidak berjauhan dengan Natasya.

"Kenapa nggak di ruang keluarga yang di bawah aja sih, Ma?" protes Natasya setelah lukisan tersebut tergantung.

Maria yang begitu kagum dengan lukisan tersebut hanya menggeleng pelan. Tidak menerima sebuah protes yang dikeluarkan Natasya.

Jelas-jelas Natasya ingin menghindari lukisan itu. Namun Maria malah menggantungkan lukisan tersebut di wilayah kekuasaan Natasya, yakni lantai dua rumahnya, alih-alih di lantai bawah. Meski kamar kedua orang tuanya juga berada di lantai dua, tetapi Natasya sudah mengklaim lantai tersebut sebagai wilayah kekuasaannya.

"Ma," rengek Natasya, "kenapa nggak di lantai bawah aja, sih, lukisannya? Aku ngerasa nggak nyaman kalau lukisannya ada di lantai atas."

Natasya mengekori langkah kaki Maria yang tengah menuruni satu per satu anak tangga. Setelah puas memandangi lukisan Antonio versus Nicholas, Maria langsung turun ke bawah untuk melanjutkan aktivitas yoganya yang sempat terhenti karena kedatangan kurir paket.

"Lukisan itu adalah hadiah untuk kamu. Jadi Mama pikir lebih baik memang lukisannya digantung di deket kamar kamu. Udah, ah, nggak usah ganggu Mama. Mama mau lanjutin yoga."

Maria mengusir Natasya yang masih merengek. Semua protes yang Natasya benar-benar terasa percuma karena Maria benar-benar keukeh dengan keputusannya.

"Nggak usah protes lagi," tegur Maria yang kini sudah memejamkan matanya. "Papa juga sudah setuju kalau lukisannya digantung di lantai atas, bukan di lantai bawah."

Natasya mendesah kecewa. Ia benar-benar tidak diberikan hak suara untuk menentukan di mana lukisan tersebut akan berada. Tidak ingin mengganggu Maria yang kini sudah fokus dengan yoga, Natasya memutuskan untuk kembali ke lantai atas dan mendekam di kamarnya sembari menyelesaikan pekerjaannya.

Hari ini Natasya memang tidak pergi ke kantor. Selain sedang tidak enak badan, Natasya juga tengah menunggu datangnya lukisan tersebut ke rumahnya. Namun Natasya sama sekali tidak menyangka, begitu lukisan tersebut tiba dan tergantung di dinding rumahnya, ia merasakan aura yang sangat jauh berbeda.

Meski saat di pameran Natasya merasakan lukisan tersebut memiliki aura magis yang begitu kental. Namun saat sudah berada di rumahnya, lukisan tersebut benar-benar memiliki aura yang mencekam. Rasanya Natasya akan benar-benar masuk ke dalam dunia lukisan apabila perempuan itu berada tepat di hadapannya.

Natasya kembali teringat saat di pameran lukisan, ia merasa seperti ada yang menarik tubuhnya agar bisa masuk ke dalam lukisan. Seolah ada ribuan tangan tak kasat mata yang berusaha membawa Natasya ke dunia lain yang berbeda dimensi dengan tempat tinggalnya saat ini.

Sebelum masuk ke dalam kamarnya, Natasya menghentikan langkah tepat di depan lukisan tersebut. Memeluk tubuhnya sendiri saat Natasya merasakan aura yang mencekam dari lukisan tersebut membuat kuduk perempuan itu meremang.

Tidak ingin kejadian yang ia alami kembali terjadi, Natasya bergegas masuk ke dalam kamarnya. Setengah berlari meninggalkan lukisan Antonio versus Nicholas, tanpa berniat untuk menoleh ke belakang sama sekali.

***

Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Natasya. Pusat dari rasa sakit yang ia alami berasal dari dada sebelah kirinya. Natasya tiba-tiba saja ambruk ke tanah dengan posisi bersimpuh. Saat memegangi dada sebelah kiri untuk menghentikan rasa sakit, Natasya syok berat begitu mendapati darah di kedua tangannya.

Natasya yang membenci darah langsung merasa penglihatannya mengabur. Ia benar-benar membenci darah hingga jika melihatnya saja akan menimbulkan efek samping seperti mual dan muntah-muntah. Lebih parahnya lagi, Natasya akan jatuh pingsan jika melihat darah, meski setetes.

Namun kali ini, meski darah di genggaman tangannya cukup banyak, Natasya tidak merasakan efek samping tersebut. Walaupun merasakan pandangannya berkunang-kunang, Natasya tidak juga jatuh pingsan.

Padahal jika menuruti kebenciannya terhadap darah, seharusnya setelah melihat darah yang begitu banyak, Natasya akan langsung jatuh pingsan. Tidak sadarkan diri. Apalagi Natasya tahu, darah itu berasal dari tubuhnya yang tengah terluka.

Seolah sedang tidak berada di dalam tubuhnya sendiri, respons yang Natasya alami benar-benar berbeda. Natasya yang memiliki kelemahan terhadap darah, kini malah biasa saja saat darah yang mengucur dari tubuhnya semakin deras.

Natasya memang merasakan tubuhnya melemah. Namun itu bukan karena respons tubuhnya yang lemah terhadap darah. Melainkan karena saat ini Natasya memiliki luka tusukan di dada sebelah kiri.

Mata Natasya mengedar ke sekeliling. Mencari tahu apa penyebab dada sebelah kirinya bisa tertusuk seperti ini. Natasya terbatuk hebat. Rasanya Natasya akan mati di detik itu juga saat menyadari bahwa darah juga keluar dari mulutnya karena terbatuk tadi.

Sebenarnya apa yang saat ini tengah terjadi? Kenapa bisa tiba-tiba Natasya berdarah-darah seperti ini?

Mengumpulkan segenap sisa kekuatan yang ia miliki, Natasya mencoba bangkit berdiri. Meraba-raba dinding di dekatnya agar bisa membantunya untuk mencari jalan keluar. Meski langkah Natasya terseok hingga nyaris kembali ambruk, tetapi akhirnya perempuan itu melihat seberkas cahaya di depan sana.

Tertatih-tatih Natasya menuju cahaya yang berkilauan itu. Ketika akhirnya Natasya sudah berada di ujung lorong tersebut, sebuah anak panah—yang entah berasal dari mana—memelesat ke arahnya dan kembali menusuk dada sebelah kiri yang terluka.

Mungkin ini wujud nyata dari peribahasa, 'sudah jatuh, tertimpa tangga pula'. Natasya sudah memiliki luka tusukan di dada kiri dan sekarang sebuah panah yang entah datang dari mana, malah kembali menghujani tubuh perempuan itu tepat di mana lukanya berada.

Natasya kembali terbatuk dan memuntahkan darah. Sekuat apa pun tubuh yang Natasya tempati saat ini, ia tidak akan bertahan lama jika memiliki luka yang sama. Apalagi posisi luka yang ia terima tidak berbeda.

Padahal saat ini Natasya sudah bisa melihat di mana ia berada. Sebuah pertumpahan darah tengah terjadi tepat di depan mata Natasya. Tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak begitu saja di atas tanah dengan anak panah yang menancap. Bahkan ada juga tubuh yang tertusuk pedang.

Natasya mencoba bersandar di dinding yang ada di dekatnya. Jika tebakan Natasya benar, saat ini ia pasti tengah berada di dalam goa. Entah apa penyebabnya Natasya bisa berada di goa tersebut. Mungkin demi melindungi dirinya? Atau bisa juga tengah bersembunyi dari seseorang?

Napas Natasya kini tersenggal-senggal. Jika saat ini Natasya merupakan sebuah tokoh utama di dalam film, pasti sang penyelamat akan segera datang untuk membantunya. Sayang, Natasya tidak sedang memerankan sebuah karakter fiksi. Malah yang lebih parah, Natasya seperti tengah krisis identitas.

Natasya benar-benar tidak tahu siapa dirinya dan kenapa ia bisa berada di sini dengan tubuh yang bersimbah darah. Kembali Natasya terbatuk hebat. Memuntahkan darah segar yang lebih banyak dari sebelumnya.

Nampaknya sebelum sang penyelamat datang untuk membawa Natasya pergi seperti yang sering ia tonton di dalam film, perempuan itu akan segera meregang nyawa. Natasya tahu, ia tidak seharusnya menyerah. Namun tubuh Natasya saat ini benar-benar lemah, bahkan untuk menggerakkan jemarinya saja ia sudah tidak sanggup lagi.

Energinya terkuras habis seolah sudah berhari-hari melakukan aktivitas fisik yang berat. Ditambah luka yang ada di tubuhnya, semakin memperburuk kondisi Natasya saat ini.

Natasya memejamkan mata. Benar-benar berharap ada seseorang yang akan datang dan menyelamatkannya yang sedang sekarat. Air mata mulai turun dari kedua kelopak mata Natasya yang tertutup.

"Siapa pun, tolong aku," rintihnya. Berharap di tengah keputusasaan sambil menahan sakit yang menggerogoti sekujur tubuh.

Mata Natasya sudah benar-benar tertutup rapat. Tubuhnya yang lemah kini tergeletak tak berdaya di tanah yang dipenuhi bebatuan yang cukup kasar. Bersamaan dengan ambruknya tubuh Natasya, sepasang kaki perlahan mendekati perempuan yang sudah tidak sadarkan diri itu.

***

Natasya ini sering banget ya mimpi buruk. Hm, kenapa ya?
Penasaran? Tungguin terus ya kelanjutan kisah Natasya di Bring Me Back!

Jangan lupa juga mampir ke lapak mayleailaria dan baca The Past of Liliya


Atau bisa mampir ke lapak nataliafuradantin buat baca Monster Yura


Buat yang suka cogan, ada batiaratama yang bawain kisah Cindereno

Xoxo

Winda Zizty 💜

8 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro