Enam: Portal Lukisan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Natasya kembali ke kamar setelah mengisi gelasnya sampai penuh dengan air mineral. Meski tahu setelah ini ia akan tetap terjaga hingga pagi, Natasya setidaknya butuh kasurnya untuk merebahkan diri.

Menggenggam gelasnya, Natasya berjalan perlahan-lahan menuju kamar. Tidak lupa ia kembali menekan sakelar untuk memadamkan lampu yang pemakaiannya tidak terlalu diperlukan di malam hari.

Niat awal Natasya memang langsung menuju kamarnya dan segera mengistirahatkan tubuh. Namun alih-alih masuk ke kamar, Natasya malah membawa tubuhnya menuju lukisan Antonio versus Nicholas yang tergantung di dinding.

Natasya sendiri tidak sadar melakukan hal tersebut. Secara otomatis saja tubuhnya bergerak menuju lukisan yang seolah-olah tengah memanggilnya agar mendekat.

Sebuah perasaan aneh melingkupi Natasya begitu ia telah berdiri di depan lukisan Antonio versus Nicholas. Natasya memandangi lukisan itu lamat-lamat. Menebak-nebak, di mana di antara dua lelaki itu yang Bernama Antonio dan Nicholas. Apakah lelaki berbaju zirah yang ada di kanan adalah Antonio dan sisi lainnya adalah Nizholas? Atau malah lelaki berbaju zirah yang di kiri?

Natasya tidak bisa menebak pasti karena wajah kedua lelaki berbaju zirah itu benar-benar tidak bisa ia kenali. Memandangi lukisan Antonio versus Nicholas tanpa berkedip, Natasya merasa seperti sesuatu bergerak di dalamnya.

Suasana pertikaian yang tergambar di dalam lukisan kini berputar di depan mata Natasya. Ia seolah mendengar suara pedang yang beradu dan teriakan yang ada di sekitarnya. Natasya terkejut bukan kepalang saat ia melihat sebuah lubang perlahan-lahan membesar dari bagian tengah lukisan.

Tanpa sadar Natasya bergerak mundur satu langkah. Tangannya yang memegang gelas kini gemetaran hingga menumpahkan sebagian isi gelas. Sedangkan tangan Natasya yang lain, menggenggam erat ujung piyama tidur yang ia kenakan.

Natasya benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Lubang di dalam lukisan kini mulai membesar dan hampir bisa menyentuh ujung bingkai.

Meskipun tadi Natasya masih bisa menggerakkan tubuhnya. Namun sekarang perempuan itu sama sekali tidak bisa bergerak sedikit pun. Kaki Natasya seolah terpaku begitu saja di lantai hingga membuatnya tidak bisa mundur, walau satu langkah pun.

Tangan Natasya semakin gemetaran. Pupil matanya membesar, menyorotkan ketakutan yang teramat sangat. Natasya ingin berteriak, tetapi lidahnya seketika kelu.

Belum sempat Natasya mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi, sebuah kekuatan aneh dari dalam lukisan membuat tubuh perempuan itu terdorong ke depan. Natasya kehilangan keseimbangan hingga ia meloloskan gelas dari genggamannya.

Suara gelas yang pecah menghantam lantai menjadi musik pengiring Natasya yang tersedot ke dalam lukisan. Tubuh Natasya benar-benar menghilang di balik lukisan, tanpa meninggalkan jejak satu pun.

Seiring dengan sosok Natasya yang telah tersedot ke dalam lukisan, lubang yang perempuan itu lihat pun perlahan-lahan mengecil. Hingga akhirnya lubang di dalam lukisan tersebut benar-benar menghilang. Begitu pula dengan sosok Natasya yang kini entah berada di mana.


***


Suara kuda yang meringkik, samar-samar tertangkap di telinga Natasya. Perlahan-lahan, Natasya membuka kelopak matanya karena suara di sekitarnya yang cukup bising. Saat Natasya berusaha untuk bergerak ke samping, tak sengaja kepalanya menghantam sesuatu dengan sangat keras.

Natasya merintih dalam hitungan detik. Memegangi kepalanya yang mulai berdenyut karena hantaman yang lumayan keras tadi. Namun saat tangan Natasya menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya berada di kepala, ia melebarkan kedua bola mata.

Natasya syok bukan main saat mendapati dirinya berada di dalam sebuah kotak kayu yang bergerak pelan. Naik-turun mengikuti kontur jalan yang mungkin sedikit tidak rata. Saat Natasya menyibak sedikit tirai yang menutupi pandangan matanya dari luar sana, ia mendapati bahwa kini tengah berada di sebuah kereta kuda.

Bukan sebuah kotak kayu biasa, tentu saja. Karena kini Natasya bisa melihat seorang penunggang kuda tengah menarik kotak kayu yang ia tempati. Tentu saja siapa pun bisa menebak bahwa kotak kayu tersebut adalah sebuah kereta kuda.

Natasya mengenyit bingung. Menatap sekeliling, ke arah jalanan yang tengah mereka lewati. Tidak lupa Natasya melepaskan sesuatu yang ia kenakan di kepala. Begitu melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang ternyata ia kenakan, Natasya benar-benar syok.

Bagaimana mungkin saat ini ia tengah memakai topi renda lebar yang mirip seperti Noni-noni Belanda yang sering Natasya lihat di Kota Tua? Apalagi begitu melihat pakaian yang Natasya kenakan kini, ia benar-benar tercengang bukan main.

Apa saat ini Natasya tengah cosplay menjadi bangsawan di Eropa? Atau saat ini ia tengah menjadi artis yang berperan menjadi perempuan bangsawan di Era Victoria? Natasya benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi saat ini.

Belum hilang rasa tercekat di dada Natasya, perempuan itu kembali dikejutkan dengan pemandangan di luar kereta. Begitu ia mengintip dari balik jendela kereta kuda, Natasya mendapati pemandangan yang sering dilihatnya di drama Korea ber-genre saeguk.

Tanpa sadar Natasya menahan napasnya. Menutup mulutnya tak percaya dengan gerakan elegan, khas para bangsawan. Natasya mengernyit, mendapati respons tubuhnya yang tidak biasa. Mengapa Natasya yang bertindak bebas, kini malah bergerak dengan begitu elegan dan teratur? Dari mana Natasya belajar semua ini?

Sekelebat bayangan menari di benak Natasya secara tiba-tiba. Perempuan itu meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Sebuah potongan adegan kini menari-nari di benaknya.

Potongan adegan yang berputar seolah tengah menonton sebuah film ber-setting masa lalu. Natasya berusaha mengingat-ingat, di mana ia pernah melihat potongan adegan tersebut. Setelah berusaha keras menggali ingatannya, mata Natasya terbeliak. Bagaimana mungkin semua mimpi yang Natasya alami berbulan-bulan, kini benar-benar terjadi?

Meski kepala perempuan itu masih pusing dan tubuhnya lemas entah kenapa, Natasya berusaha untuk duduk tegap demi melihat apa yang terjadi di luar sana. Natasya ternganga tak percaya dengan apa yang benar-benar ia lihat.

Untuk yang kedua kalinya, pemandangan yang Natasya lihat dari balik jendela adalah sebuah jalanan yang sering ia saksikan dari drama Korea ber-genre saeguk atau drama kerajaan. Pemandangan ini sungguh tidak asing lagi, karena Natasya sudah memimpikannya berbulan-bulan.

Natasya berusaha mencubit lengannya, berharap bahwa saat ini ia tengah bermimpi seperti yang sudah. Namun saat rasa sakit yang ia rasakan di lengannya benar-benar nyata, Natasya mau tidak mau percaya bahwa saat ini bukanlah sebuah mimpi. Apa yang Natasya alami saat ini adalah sebuah kenyataan, alih-alih mimpi yang berbulan-bulan ini mengganggu tidurnya.

Dahi Natasya mengernyit, bingung dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Bagaimana mungkin Natasya benar-benar berada di dunia antah berantah yang selama ini hanya bisa terjadi di dalam mimpi. Bagaimana bisa mimpi yang mendatangi Natasya, kini benar-benar menjadi kenyataan?

Belum hilang kebingungan Natasya, kereta kuda yang ia tumpangi kini berhenti. Saat pintu kereta kuda tersebut dibuka oleh seseorang di luar sana, Natasya kembali tercengang dengan perlakuan khusus yang ia terima.

Di sisi kanan dan kiri Natasya kini, berdiri dua orang pelayan yang menunduk hormat ke padanya. Bahkan pelayan laki-laki yang berada di sisi kanan Natasya mengulurkan tangannya yang mengenakan sarung tangan putih untuk membantu perempuan itu turun dari kereta kuda.

Suara gemerisik gaun yang jatuh menyentuh bebatuan langsung terdengar di telinga Natasya begitu ia turun dari kereta kuda. Pandangan Natasya mengedar ke sekeliling. Masih tidak percaya bahwa saat ini ia berada di era Joseon dengan mengenakan pakaian ala-ala bangsawan di Era Victoria.

Apa saat ini ia tengah berada di masa penjajahan? Natasya memutar otaknya, berusaha mengingat-ingat sejarah yang pernah ia baca. Namun tidak ada satu pun dari ingatannya yang mengatakan bahwa kejadian yang ia alami saat ini tercatat di dalam sejarah.

Natasya benar-benar bingung. Entah kenapa sepanjang hari ini hanya kebingungan yang bisa Natasya rasakan. Perempuan itu benar-benar tidak tahu mengapa ia bisa berada di sana dan mengenakan pakaian yang entah kenapa begitu pas di tubuhnya. Seolah-olah pakaian tersebut memang dibuat khusus untuk dirinya.

Menutupi kebingungan yang ia rasakan, Natasya berjalan dengan gugup menuju pintu gerbang sebuah rumah dengan kontur tanah yang cukup tinggi. Untuk bisa masuk ke dalamnya, Natasya harus menapaki satu per satu anak tangga yang jumlahnya cukup lumayan.

Seolah tubuhnya bisa mengenali situasi yang tengah ia alami, Natasya secara otomatis mengangkat sedikit gaunnya begitu ia menapaki anak tangga. Melangkah dengan anggun dan teratur selayaknya bangsawan pada umumnya.

Ada dua orang penjaga yang berdiri di kedua sisi pintu gerbang kayu yang tertutup itu. Begitu Natasya sudah berdiri di depan gerbang tersebut, dua orang pelayan membukanya ke arah dalam. Rupanya selain dua penjaga yang berdiri di luar, ada dua orang pelayan yang herada di dalam. Bertugas untuk membukakan pintu gerbang bagi siapa saja yang akan masuk ke dalam rumah tersebut.

Sebuah rumah bergaya tradisional langsung menyapa netra Natasya. Kekaguman benar-benar tidak bisa Natasya sembunyikan begitu melihat betapa luasnya rumah yang saat ini ia datangi. Deretan bangunan berukuran sedang yang Natasya yakini memiliki fungsi yang berbeda, berjajar dengan sangat rapi.

Bahkan pekarangan rumah tersebut pun begitu luas. Dengan pepohonan yang tumbuh dengan rindang. Menciptakan kesan asri dan nyaman bagi siapa saja yang melihatnya.

Saat tengah asyik memandangi pemandangan di hadapannya, tiba-tiba saja sebuah suara terdengar di telinga Natasya. Disusul dengan munculnya sesosok perempuan muda dengan gaya berpakaian yang tidak berbeda jauh dengan Natasya.

Pipi sang perempuan muda itu merona merah muda secara alami. Topi berenda berwarna cream menutupi kepangan rambut yang ujungnya menjuntai di sisi kiri. Namun bukan kehadiran perempuan itu yang membuat Natasya menganga tak percaya, melainkan sebuah nama asing yang ditujukan untuknya dari perempuan yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Pearly, kau dari mana saja? Semua orang sudah menunggumu," kata sang perempuan muda itu. Bibirnya sedikit mengerucut, seolah menyalahkan Natasya atas keterlambatannya.

Alih-alih menjawab, Natasya malah mengajukan sebuah pertanyaan, "Pearly? Siapa itu?"

Perempuan muda itu berdecak lalu berkacak pinggang. "Tentu saja itu kau!" sahutnya, menatap Natasya dengan jengah.

"Bagaimana bisa namaku berubah menjadi Pearly?"

"Ck! Tentu saja bisa. Karena itu adalah nama pemberian orang tua kita untukmu," balas perempuan itu. "Sudahlah, jangan bermain-main lagi denganku. Ayo masuk, semua orang benar-benar sudah menunggumu."

***

Hayoloh! Sebenarnya Natasya ada di mana? Kenapa bisa berada di sebuah negeri aneh dengan dua kebudayaan yang berbeda?

Penasaran? Jangan lewatkan update terbaru dari Bring Me Back! besok untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Natasya.

Jangan lupa juga mampir di beberapa cerita yang aku rekomendasikan ini. Apa saja?

Ada Am I a Villain - SeiongJeans


Back to Back - sweet-stripes




Doon-Yea The Real Game - wanderspace_

Xoxo

Winda Zizty 💜

10 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro