7 Juni 2023: Mitos Padi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 7:

Buat cerita berdasarkan profesi kalian saat ini. Boleh didasarkan pada profesi atau jurusannya saja, tempat kerja/kuliahnya saja, atau keduanya.

...

Dunia baru harus memiliki tumbuhan-tumbuhan yang indah dan bermanfaat. Oleh karena itu, aku berjuang sepanjang waktu untuk membuat tanaman-tanaman hijau itu dengan tambahan jutaan macam warna.

Bengkel kerjaku penuh dengan berbagai macam pot beragam ukuran dan isi yang bermacam-macam. Tidak hanya bunga dan buah, juga ada tanaman pangan untuk kebutuhan manusia. Daun-daun mereka lebar dan kelopak-kelopak merekah menyejukan hati. Ungu, merah, kuning. Ah, pokoknya tidak bisa digambarkan hanya dengan kata-kata! Purwarupa tanaman-tanamanku akhirnya selesai semua.

"Sudah saatnya menurunkan mereka ke dunia!"

Aku kembali ke permulaan waktu, saat bumi masih kering dan tandus. Kusemaikan mereka yang berupa biji ke berbagai tempat. Kugiring awan hujan agar menyirami mereka kemudian. Setelahnya, tinggal menunggu waktu agar mereka tumbuh dan biarkan manusia yang terlahir ke dunia itu untuk mengelolanya.

"Sekarang aku bisa istirahat sebentar."

Namun, baru aku tidur beberapa saat, sesuatu memukul pantatku.

"Duniamu kacau!" seru Author dengan sapu lidi di tangannya. Itu ... adalah sapu lidi hasil kutukan ....

"Ka .. kacau bagaimana?" tanyaku seraya melihat ke langit dunia melalui cermin pelihat.

"Tanaman mati, tanah tandus, manusia kelaparan. Mereka kurang tau caranya mengelola bumi. Kau harus membuat seorang entitas yang bisa membimbing mereka dalam pertanian," suruh Author pada akhirnya.

"Te ... tenang, aku punya ide!"

Meski begitu, itu hanyalah alasan agar aku tidak kena marah lebih lama.

Jantungku berdegup kencang melihat para manusia fana berjuang hanya untuk mendapatkan beras. Bulir-bulir yang jatuh ke tanah seolah sangat berharga, meski hanya sebiji dua biji. Mereka sangat menghargai padi dan bulir-bulir yang menyertainya.

"Aku tahu entitas apa yang akan kubuat!"

"Apa?"

"Seorang Dewi Padi bernama Sri!" Aku berseru girang. "Dia akan jadi representasi alam yang cantik dan pangan yang menghidupi para manusia. Dia juga akan mengajarkan mereka bagaimana caranya bertani dengan baik. Alam terjaga, manusia gembira!"

"Bagus, bagus. Sekarang kerjakan!"

"Oke!"

Dan begitulan, sang Dewi terlahir untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus. Di kala para petani menangis, air mata mereka seolah jadi pemanggil sang Dewi Sri turun dari Kahyangan. Sinar-sinar cahaya yang menembus awan seolah menjadi tangga yang mengantarkannya ke dunia. Selendang sutra sang Dewi berkibar-kibar ditiup angin. Rambut hitamnya yang tergerai menari bagai gelombang. Tubuhnya dibungkus kain bercorak indah kecokelatan dipadukan dengan warna hijau daun.

Para manusia membungkuk menghaturkan sembah pada sang Dewi.

Dengan lembut sang Dewi berujar, "Bumi itu hidup, wahai Manusia. Maka perlakukanlah dia sebagaimana makhluk hidup. Rawat dia dengan lembut, maka bumi akan memberikan apa yang kalian butuhkan."

"Wahai Dewi, bimbinglah kami agar dapat melakukannya!" ujar salah satu tetua.

Dewi Sri tersenyum penuh kasih. "Jangan sakiti bumi dengan keji saat membuka lahan. Beri pupuk agar tanah dan tanaman subur. Tanamlah berbagai macam tanaman, jangan hanya satu jenis dalam sekali waktu, agar keragaman tetap terjaga."

Dan begitulah, sekolah alam bersama Dewi Sri sebagai guru dan para manusia sebagai murid dimulai. Mereka bertani di bawah bimbingan sang Dewi. Setiap musim mereka menanam berbagai tanaman dalam sekali waktu, atau menggantinya sesuai kebutuhan sebagaimana yang diperintahkan sang Dewi. Lalu, di akhir musim, para petani akan mengumpulkan berbagai macam hasil panen untuk diperlihatkan dan dinilai langsung oleh Dewi Sri. Tidak lupa evaluasi tahunan untuk melihat apakah bumi tetap sehat atau perlu diberi perlakukan khusus agar sembuh kembali.

"Tugasku kini sudah selesai. Namun, tetap ingatlah aku agar bumi terus terjaga," pungkas sang Dewi, lalu ia kembali ke Kahyangan untuk mendapat tugas baru.

Sejak saat itu, para petani di bumi selalu membuat festival tani untuk mengingat sang Dewi dan tidak lupa membawa hasil panen untuk dinilai kembali oleh sang Dewi melalui para murid-muridnya.

=QwQ=

Catatan Dewi Lokakarya:

Dari cerita di atas, bisakah kalian tebak jurusan Author? =OwO=

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro