✧ Bekas Gue, tuh! ✧

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siap untuk komen tiap paragraf?
Ditunggu vote and comment-nyaa

⑅ - ☆ - ⑅

Sebulan setelah kabar duka dari Olive, Hazel kembali seperti sedia kala. Di tengah heningnya kamar Joshua, mereka dikejutkan dengan ketukan pintu yang berasal dari bi Onik, di tangan wanita paruh baya itu ada tiga gelas es teh pesanan mereka.

"Wah, pesanan datang!" sambut Hazel riang. Gadis itu sudah memakai piyamanya, lengkap dengan boneka teddy bear kesayangannya, hadiah ulang tahun ke sepuluh dari Olive.

"Sini, Bi, Valdo yang bawa ke dalam. Bibi udah selesai?" Tangan Valdo beralih meletakkan nampan di meja yang ada di kamar ini.

"Sudah, Den. Tinggal kunci-kunci aja," jawab wanita tersebut.

"Kalau udah selesai langsung istirahat ya, Bi," sahut Joshua setelah menyendok es krimnya. Terlihat, bi Onik mengangguk setuju.

Satee satee! Te satee!

"Ya udah, Bibi kunci-kunci dulu, Den. Non, jangan begadang lagi, ya." Hazel tak menyahut, cewek itu masih sibuk melongok ke luar rumah lewat balkon.

"Bibi," panggil Hazel saat bi Onik menutup pintu.

"Iya, Non?"

"Jangan kunci-kunci dulu. Sebentar." Ketiga orang di sana tampak heran menatap kelakuan Hazel malam ini.

"Mas Bay, mau sate! Tolong berhentiin, ya!" teriak gadis itu. Di bawah sana Bayu mengacungkan jempolnya. Tiga detik kemudian terdengar suara seruan laki-laki berumur dua puluhan memanggil mamang sate.

Hazel melenggang pergi meninggalkan mereka yang masih menatapnya hingga hilang dalam kamar pink-nya. Tak lama setelah itu ia keluar, masih dengan boneka di pelukan Hazel menyusuri tangga disusul kedua sepupunya.

"Mang, satu eh, tiga porsi, ya."

"Siap, Mbak. Pedes gak?"

"Sedang aja, Mang."

"Mang, ralat deh, jadi enam porsi, ya," sahut Joshua tiba-tiba. Jelas sekali terlihat dari raut wajahnya sang penjual amat gembira.

•••

Tiga bungkus sate milik ketiga remaja itu disatukan dalam satu piring lumayan besar. Mereka makan di ruang tengah sambil menonton televisi yang menayangkan OVJ alias Opera Van Java. Duduk beralaskan karpet bulu juga bersandar di sofa empuk sama sekali bukan masalah bagi mereka.

"Jangan diabisin, gue ke kamar mandi bentar," kata Hazel yang sama sekali dihiraukan. Beberapa detik kemudian, ponsel Hazel berdenting menampilkan sebuah pesan WhatsApp di pop up-nya.

Bento_ximipa1 :
» gimana zel? bisa gak malem ini?

Pesan itu memang terlihat biasa tetapi efeknya tak biasa bagi kedua cowok itu. Setahu mereka, Hazel paling malas berinteraksi dengan laki-laki lain kecuali mereka dan orang rumah. Lantas, apa yang mereka tak tahu?

"Nih, tadi ada WhatsApp dari Bento. Bento siapa?" cecar Valdo langsung tanpa bersabar menunggu perempuan itu mengunyah satenya.

"Bento? Kelas?"

"Sebelas ipa satu, dia siapa?" Sontak membuatnya tersedak mendengar jawaban sang sepupu. Terburu-buru menegak es tehnya, menggaet ponselnya cepat dan melangkah menuju kamar segera.

Me :
boleh, deh. lo jemput? «

Bento_ximipa1:
» iya, gue bentar lagi sampe

Me :
wait, gue siap2 «

Bento_ximipa1:
» 👍

Melepas piyamanya cepat, meraih baju asal tak lupa hotpants serta hoodie-nya, memoles wajahnya dengan riasan tipis. Ah, iya, tambahan aksesoris dia menambahkan topi dan sneakers-nya.

Puas dengan penampilan sederhana ala kadarnya, Hazel yang hendak membuka pintu terkejut karena pintunya terbuka dari luar oleh Joshua yang memasang wajah datar. Alisnya naik sebelah, memandang outfit Hazel malam ini.

"Mau ke mana lo?" tanya cowok itu tak santai.

"Eum, ada tamu buat gue, gak?" Tanpa mau repot-repot menjawab pertanyaan yang dilontarkan, ia memilih melayangkan pertanyaan balik.

"Ada. Cowok, dia di bawah." Setelah mengecup pipi Joshua, ia menuruni tangga dengan riang. Benar kata Joshua, dia Bento, laki-laki yang tadi bertukar pesan dengannya.

"Yuk, Ben," ajak Hazel langsung. "Gue pergi ya, Bye!"

"Titip martabak manis!" seru Valdo dari ambang pintu rumah. Hazel yang duduk manis di samping kemudi pun mengacungkan jempol tanda menyetujui.

•••

Malam ini diselimuti angin malam sepoi-sepoi hingga menusuk tulang, dua remaja sebaya mendudukkan dirinya di kursi taman berwarna putih, di pohon-pohon yang rindang terpasang lampu tumbler LED warna-warni menarik mata pengunjung yang datang.

"Gak ada celana panjang sampai lo pakai baju ginian?" tanya Bento sembari meletakkan jaketnya menutupi paha gadis yang terkekeh kecil tersebut.

"Gue enggak kepikiran kalau lo mau ajak gue ke sini Oh, iya, ada yang mau lo omongin?"

"Iya. Lo ... udah punya pacar?" tanyanya setelah beberapa saat hening membalut mereka.

"Enggak ada. Why?"

"Kalau gue bilang gue suka sama lo, gimana?"

Hazel terdiam, kemudian ia tersenyum dan menjawab dengan tenang. "Suka? it's oke, itu hak lo buat suka sama gue walaupun gue juga enggak tau apa yang lo suka dari gue."

"Hazelna, gue sayang sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

•••

"Pulang, ya? Selamat malam, jangan begadang, loh."

"Iya, ah. Situ juga. Hati-hati di jalan, jangan ngebut." Tak lama ia menyelesaikan kalimatnya, mobil Pajero Sport berwarna hitam itu melaju meninggalkan halaman rumah.

"Nih, martabaknya. Gue beliin yang double rasanya, cokelat sama keju," katanya sambil meletakkan dua box martabak ukuran sedang dihadapan mereka yang masih sibuk menonton.

"Satunya bawa ke pos, Val. Gue mau ganti baju dulu."

Seusai memberikan satu box pada Bayu dan kedua orang tuanya yang berkumpul di pos ronda seperti biasa, tepat ketika Hazel turun memakai piyamanya yang tadi ia pakai. Kembali mereka bersantai di ruang tengah menyantap martabak manis.

"Gue cuci tangan bentar," pamit satu-satunya gadis di sana tiba-tiba. Keduanya mengangguk serempak, terlalu fokus pada rasa martabak yang begitu nikmat.

Tak perlu waktu lama untuk Hazel kembali dan fokus pada ponselnya yang sedari tadi tak berhenti berdenting seakan-akan pesannya menjadi overload karena puluhan pesan dikirimkan oleh satu orang.

"Kok gue enggak ngerasain kenyang, ya?" tanya Valdo, merebut kembali perhatian kedua orang remaja di sana.

"Lo makan pakai mulut gak, sih?" sahut Joshua heran.

Cowok dengan kaos hitam itu menggeleng. "Langsung telen," jawabnya absurd. Joshua dan Hazel sontak berdecak dan memusatkan perhatiannya pada ponsel, lagi.

"Zel, tinggal satu, mau gak?"

"Mauu! Suapin dong, agaknya saya sibuk, Kang."

Dikarenakan Hazel berbaring di sofa tepat belakang Valdo, dengan kepercayaan diri tinggi gadis itu mengunyah makanan yang disuapkan. Merasa ada yang aneh, ia berseru, "Bekas lo, ya?! Ngeselin banget, sih, anjim!"

Mau tahu apa respon seorang Revaldo? Cowok itu tertawa terbahak-bahak tanpa beban. "Bekas gue, tuh," katanya amat santai ditengah tawanya.

"Ngeselin, Orgil! Gue kan minta itu bukan bekas lo!" Masih dengan tawanya, dia meninggalkan Hazel yang mengomel juga Joshua yang menggelengkan kepala menuju kamar pribadinya.

"Sstt! Udah, ah. Sini, biar gue yang suapin lo. Buka mulutnya, aaakk." Hazel menerima suapan potongan terakhir dari Joshua.

"Lo emang terbaik!" Acungan jempol ia berikan pada Joshua, sepupunya yang paling jarang jahil.

⑅ - ☆ - ⑅

23 Agustus 2021

- 🐾

Gimana sama part ini? Semoga sukaa yaa!
Bantu aku dong, rekomendasiin ke teman-teman kalian biar makin banyak nih yang kenal Hazel dkk.
Boleh juga yang mau share BSI ke tiktok dan ig, bisa sekalian tag aku yaa, @helennfebry_.

Komen next banyak-banyak biar aku fast update!!

SPAM FOR NEXT CHAPTER!!! ☘️☘️

✨ t h a n k  y o u ✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro