kuncup bunga wijayakusuma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng






aku gemar memperhatikan bunga dalam kurung waktu yang panjang, seperti orang idiot—begitu kata ajun.

ajun tidak mengerti bahwa aku ingin menjadi sedikitnya manusia yang bisa melihat pergerakan tumbuhan, hanya 0,00001% populasi manusia yang secara kebetulan bisa melihat tumbuhan bererak. jadi aku ingin menjadi salah satu orang terberuntung di dunia itu, apapun yang terjadi, karena aku ingin melihat mahluk hidup selain manusia dapat bergerak sepertiku.

ada satu waktu sepertinya tiga orang terdekatku menjadi imbas dari obses anehku.

saat itu bunga wijaya kusuma miliku mulai mengeluarkan batang kuncup calon bunganya, sambil heboh aku menelfon adji cezka dan ajun untuk segera ke apartku malam ini, harus, tidak ku sebutkan alasanya mengapa, namun ku paksa mereka harus datang kesini dan menginap disini semalam suntuk, jika tidak aku mengancam untuk menyebarkan foto foto jelek mereka ke base twiter kampus.

sekiranya, setengah jam dari aku memaksa teman dekatku juga pacarku untuk segera datang, adji datang dengan tas ransel serta laptop di tanganya, ekpresinya khawatir nafasnya memburu dan bertanya, "ada apa?"

aku memintanya datang malam, namun malah datang 30 menit setelahnya, entah aku yang salah berucap atau adji yang tidak menangkap pesan absurt dariku. tapi biarlah, sial hari ini untuk adji karena harus mendengar celotehanku tentang bunga wijayakusuma miliku.

sedikit info, bunga wijayakusuma ini terlihat seperti berbunga anggrek namun bewarna putih, baunya sangat harum mengingatkanku pada aroma wewangian di kraton jogja, dan ternyata kembang ini adalah wangi simbol keluarga kerajaan kraton, dulu hanya tumbuh di tanah milik raja kraton, masyarakat kecil tidak boleh sembarang menanam bunga ini.

fun factnya: bunga ini hanya mekar pukul dua belas malam hingga pukul tiga dini hari. Saat pagi menyingsing, bunga ini kembali kuncup dan layu, lalu sepanjang pagi bunganya akan mengering dan mulai jatuh kelopaknya terkena angin.

mengangumkan bukan? Jadi aku harus melihat kejadian langka ini. Harus.

Adji tidak marah saat tau alasanku, ia malah ikut tertarik dengan bunga wijayakusuma dan membaca artikel artikel tentang ini di google, bahkan ia memvidcall ibunya dan ikut memberi tahu fenomena ini padanya. Iya kebetulan ibu adji penggemar bunga juga, jadi saat adji menunjukan pemandangan pohon wijaya kusuma dengan kuncup bunganya, ibunya menjerit seketika.

Aku senang melihat ibunya sangat tertarik kepadaku, kami bercerita seputar pelangaman berkebun kami, ponsel adji sejam kedepan menjadi di bawah kuasaku, pemiliknya mulai membuka laptop dan mengerjakan tugas tugas menumpuknya. Biar saja, adji memang sedikit tidak mau di gangu saat mengerjakan tugas.

Tidak lama karena ponsel baterai milik ibu adji sudah mau habis, kami mulai melempar kalimat penutup sebelum panggilan benar benar terputus. beberapa menit aku memandangi layar ponsel adji yang masih menyala, menunjukan ramainya room room chat miliknya yang masuk, grup grup organisasi, chat dengan ajun, dan beberapa chat masuk dari temanya yang sudah dari tadi pagi.

mungkin ia mendengar ocehanku mendadak diam, kepalanya menoleh kepadaku.

aku menyerahkan ponselnya, "ada chat masuk tuh, banyak"

ia mengambil ponselnya, "tau kok"katanya

duduk di sebelahnya, aku menaikan kakiku pada atas sofa, memeluk lututku sambil menatapnya galak. "aku sedikit cemburu, cuman sedikit"

tanganya bergerak di atas ponselnya, mungkin menjawab pesan pesan baru yang masuk. walau tatapanya fokus ke ponselnya, ekpresinya tersenyum malu mendengar sebuah pengakuan dariku. "kenapa? gak aku bales nih chat cewe cewe caper" katanya begitu

aku tidak menjawab, hanya menatapnya dengan binar. Padahal organisasinya tidak sebanyak di sma, namun tetap saja popularitasnya melejit, adji adalah perwujudan dari pria yang benar benar attractive. Seluruh bagian dalam tubuhnya bekerja sama dengan baik sehingga apapun tentang dirinya menjadi sangat menarik, sangat rupawan, sangat ingin dicintai. aku salah satu korban yang masuk dalam mabuk dirinya, berbeda dari korban yang lain, sepertinya aku yang jatuh paling dalam, sudah gitu dililit oleh sebuah hubungan kami.

mematikan ponselnya, ia kembali menoleh padaku, saat ini perhatianya sepenuhnya padaku, benar seharusnya seperti ini. mulutnya kembali terbuka, "do u trust me, ra?" Ia bertanya

Aku menganguk yakin, "aku percaya, namun gak selamanya aku jadi menarik dimatamu kan ji? Takut tiba tiba kamu sadar kalau aku idiot"

Ia menggeleng, matanya teduh menatapku dalam dalam, lihatkan? Bagaimana bisa aku bebas jika tatapanya saja sudah membuatku jatuh semakin dalam. "kamu cantik, mamahku cuman suka perempuan bervallue tinggi seperti cantik pintar dan sopan, kalau beliau bisa ngobrol panjang sama kamu artinya kamu indah ra"

senyumku mengembang, menaruh daguku pada atas lututku sambil menatapnya dengan memiringkan kepalaku sedikit.

"kamu percaya aku ji?"

"with my life"

sejujurnya aku ingin menciumnya saat itu, namun sialnya ajun mengetok pintu seperti orang kesurupan, dengan memencet bell berkali kali tampa mempedulikan rusak atau tidaknya jika ia memencet bell dengan bringas.

saat itu cezka datang juga ternyata bersama ajun. ternyata alasan ajun seperti orang gila memencet bell dan mengetuk pintu adalah ia ingin kekamar kecil, kebiasanya ini membuat kesabaranku habis, selalu! Dimana saja! Ajun dan toilet adalah kawan sejati yang tidak pernah dan tidak bisa di pisahkan!

Saat itu cezka bertanya alasan ku memaksa mereka semua untuk datang dan menginap, adji yang menjawabnya, dengan ekpresi santai dan menunjukan sepot bunga besar di dekat televisi.

Cezka seperti kehilangan kata kata, ajun yang mungkin diam diam mendenger dari kamar mandi harus mengeluh kencang karena alasanya datang kemari hanya untuk melihat bunga.

kembali pada saat ini,

Setelah mengingat bunga kembang wijaya kusuma, aku mendadak ingin menjadi bunga itu, kulangkahkan kaki menuju pojok ruangan, berdiri disana tampa sepatah kata apapun, menatap tiga orang teman temanku yang menaikan alis kepadaku.

Saat ini aku benar benar memposisikan diriku sebagai bunga wijaya, dan aku secara ajaib berubah menjadi bunga itu!

merasakan sebuah fotosintesis di tanganku, menikmati panasnya cahaya matahari yang menjulur pada setengah badanku.

Mungkin ini yang bunga itu lihat saat semalaman suntuk harus di pelototi orang manusia paling aneh, tidak bisa komplain menjerit atau bergerak memukul. Pasrah di tatap aneh begitu.

aku memejamkan mataku, dan kini aku benar benar berubah menjadi bunga wijaya kusuma yang sedang menunggu waktu kuncup. menjadi sebuah mahluk kecil pendiam yang suci, kini aku akan mekar. Sungguh kali ini aku sangat bahagia.

ku rasakan ujung ujung bungaku mulai membuka, aku menari sebagai gantinya aku tidak memiliki batang untuk kuncup. Aku rasakan saat kelopak kelopak putihnya perlahan terbuka, satu demi satu dengan gerakan paling lambat yang pernah aku lihat, ku mainkan jariku menari di udara, ku biarkan kakiku melangkah memutar mengikuti gerakan bunga di kepalaku.

Satu dua tiga kelopak sudah mekar, intinya sarinya mulai mengintip dunia dengan perlahan. Aku tertawa merasakan seluruh kebahagianku memuncak, ku naikan kecepatanku berputar sambil menari di tengah ruangan, dengan ajaib aku bisa mendengar suara dentangan dari alat musik milik orang sasak yang mengiringiku dan bunga yang ingin mekar.

kini sudah saatnya! Bunga wijayakusuma yang aku jelma sudah mekar sepenuhnya! Tawaku semakin lepas, aku merentangkan tanganku dan berdiam, posisiku seperti tari bali yang pernah aku pelajari saat kelas tiga sd. Lengkok pingangnya, ketinggian badanku, tanganku yang melikuk, serta kepalaku yang harus di miringkan, aku ingat itu! Dan kini mekarnya wijaya kusuma sama seperti aku yang sudah berada di puncak tarianku.

ini adalah waktu dimana aku paling bahagia, menjadi bunga wijayakusuma dan mengerakan tubuhku dengan bebas mengikuti pergerakan kelopak bunganya.

aku menghela nafasku sambil mengeluarkan sisa sisa tawaku sedikit, menyibak rambutku yang menutupi poni.

Tubuhku berbalik, memandang ruangan yang aku diam diri di pojok ruangan tadi.

melihat cezka ajun juga adji yang sama sama terdiam bisu melihatku, aku jadi sadar apa yang barusan terjadi.

"aku...masih mabuk kayaknya? Mabuk sedikit, sedikit segini" jelasku sambil menunjukan betapa sedikitnya aku mabuk, menyatukan jari telunjuku dan ibu jariku.

adji menghampiriku dengan senyuman hangatnya, "kayaknya masih mabuk banget"

aku mengeleng, "enggak! Aku enggak mabuk! Aku barusan cuman jadi bunga tau! Menjelma jadi bunga wijayakusuma!"

tangan nya melingkar di pahaku, mengendongku dengan sekali sentakan yang membuatku harus mengaluni tanganku pada lehernya. "aku barusan jadi bunga wijayakusuma ji? Kamu lihat kan? Ada pemain musik suku sasak juga tadi" aku berusaha menjelaskan apa yang barusan terjadi. Namun adji tampak acuh pada celotehku.

Cezka mengeleng melihatku, hanya membiarkan aku di gendong adji masuk ke dalam kamar. "cezka, kamu jahat" ujarku,

bagaimana cezka tidak bisa berada di pihaku? wanita sialan!

"Dasar! Malafiecent!" umpatku padanya.

ia menjawab "ya, little beast"

aku tidak bisa kembali memakinya karena aku sudah masuk pada kamar biru dongker ini. Oh? Kamar milik adji? Sejak kapan aku berada disini?

Tubuhku di dudukan di pojok kasur, adji bergegas di meja disana sambil entah mengambil obat apa, aku mulai bertanya siapa yang sakit? Adji sakit?

tapi kepalaku juga sedikit pusing, jadi kupuskan untuk membaringkan tubuhku di kasur secara horizontal, sesukaku saja deh.

ketika adji kembali menghampiriku dengan segelas air putih dan beberapa pil, aku mulai bertanya tanya. "Obat apa itu? Obat buat penyebur tanaman?" tanyaku,

aku bisa mekar lebih indah mungkin jika adji memeberiku sebuah obat subur untuk tanaman.

ia mengeleng, "bangun dulu ra, minum ini dulu biar tidurnya nyenyak"

Pill tidur. pikiranku kembali terbawa pada kasus pemerkosaan yang sebelumnya di cecoki pill tidur terlebih dahulu. Aku spontan bertanya, "jadi kamu mau memperkosa aku?"

aku melihat ia tersedak, batuk batuk. "Enggak ini pereda mabuk, efeknya biar tidurnya gak pusing. bukan macem macem" katanya begitu.

tapi aku sedikit kecewa pada jawabanya, "jadi kamu gak mau tidur sama aku? Kenapa?" aku ingin tahu mengapa, apakah ia ilfeel padaku? Padahal aku sebuah bunga paling indah di semesta.

adji menjatuhkan badanya pada ujung kasur, dekat kakiku. Masih memegang segelas air ia tersenyum lembut kepadaku, "ini diandra bukan?" ia bertanya

aku..aku diandra, benar. Tapi aku bunga wijayakusuma juga. "tidak tahu"

ia menganguk, menyodorkan segelas air itu. "maaf ya, saya cuman tidur sama diandra. Saya tidak meniduri bunga apapun jenisnya"

Pipiku memerah, bangun dari posisi terlentangku sambil mengambil segelas airnya. "apakah diandra cantik?" mulai penasaran dengan sosok perempuan itu. Yang rupanya menang jauh dari bunga wijayakusuma.

ia kembali menyodorkan pil bewarna merah muda. Dua butir. "ya, cantik"

"sampai kau ingin tidur denganya?"

"minum perlahan"

"jangan alihkan pembicaraan, wahai petani"

"iya, jawaban ku iya"

aku memandangi pil pil yang sudah berada di tanganku. ah, betapa bahagianya jadi diandra. Menjadi bunga wijaya kusuma tidak terlalu indah, hanya bisa diam dan mekar. tidak bisa dicintai oleh pria ini, bahkan di benci oleh cezka. duh sedikit menyebalkan.

Menelan pil itu dengan cepat, aku menyodorkan gelas itu pada adji. "Terima kasih, aku berjanji akan mekar lebih indah lain kali"

ia memandangku lekat, tatapannya teduh. petani yang peduli pada tumbuhan ini tampan sekali rupanya. memandangnya lekat lekat membuatku semakin panas, "ya, kamu tau? Kamu pertani paling tampan yang aku tau"

ia tersenyum, sedikit memanjat naik pada kasur mendekatiku hanya untuk sekedar mendorong pundaku agar kembali merebahkan diriku. Ia juga menarik selimut untuku, "terima kasih" katanya begitu.

"bilang ke perempuan tadi, jangan suka suka cabut tanaman—eh tidak jadi aku yang bilang saja padanya—HEH CEZKA JANGAN PERNAH CABUT CABUT TANAMAN DASAR WANITA SIALAN!"

Sebelum aku kembali bangkit dan mengutuk perempuan itu di depan matanya langsung, adji menahan pundaku dan menaruh telunjuknya pada bibirku. Sepertinya ia mulai marah, namun ia tahan. Aku jadi sedikit takut.

"Maaf" ujarku

ia menganguk, berbisik pelan pada depan wajahku, "sekarang tidur ya?"

melihat wajahnya sedekat ini membuat jantungku berdegup dengan kencang, bersamaan dengan rasa kantuk yang datang secara tiba tiba. Aku memeluknya, lalu jatuh kembali pada alam tidur.

______


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro