Dear Seo Eunkwang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanya menanggapi dengan gelengan kepala, ketika melihat ruangan yang baru saja dimasuki lebih mirip Chum Bucket, dimana semua pelanggan memuntahkan makanan produksi Plankton. Sudah bisa dipastikan bukan, bagaimana keadaan ruang latihan ini?

Pintu terbuka, dan Eunkwang menoleh sambil menghela napas. Melihat seseorang yang masuk.

"Yook Sungjae...."

"Bukan aku." katanya, yang langsung menunjukkan jari berbentuk 'V' di hadapan Eunkwang, tanda ia menyanggah.

"Aku baru menyebut namamu." Eunkwang seakan memperingatkan, bahwa kata 'bukan aku' dari Sungjae sudah membuktikan bahwa sang maknae yang membuat ruangan ini berantakan.

Menunjukkan cengiran sesaat merasa kalau Eunkwang sudah tahu, ia mulai melontarkan pembelaan. "Tapi, Il Hoon Hyung dan Changsub Hyung juga melakukannya."

"Perang?"

Sungjae mengangguk, kemudian kembali nyengir yang membuat Eunkwang tersenyum sesaat.

"Bereskan. Nanti malam kita tidak bisa latihan jika berantakan."

Eunkwang melangkah keluar dari ruangan, sementara Sungjae manyun. Tidak boleh dibiarkan. Pasalnya, bukan hanya dirinya yang membuat ruang latihan bagai perahu pecah dan tenggelam ke dasar laut. Ini juga dilakukan oleh dua hyungnya. Jadi, mereka juga mesti membantu!

"Jung Il Hoon, Lee Changsuuubb!"

Oke, si maknae mulai kurang asem. Memanggil kedua orang yang lebih tua seperti memanggil teman seumuran. Kalau mereka dengar, habis kau Yook Sungjae. Pria muda itu mulai tertawa sendiri, memikirkan bagaimana akan ada perang kedua jika mereka dengar.

Yah, perang antar saudara satu grup. Tidak serius, namun mampu membuat ruangan—apapun yang mereka tempati untuk perang berantakan. Dan mungkin akan lebih parah dari ini jika mereka melakukannya lagi.

"Il Hoon Hyung, Changsub Hyuuungg...." kali ini, pria muda yang terpaut empat tahun dari Changsub dan berbeda satu tahun dari Il Hoon memanggil dengan sopan. Dia tidak akan mau diterkam oleh dua ekor beruang galak.

"Cepat bantu aku bereskan ruangan ini, atau tidak, akan aku habiskan semua jatah makan malam kalian!"

Namun jika dilihat sekarang, sepertinya raut wajah Sungjae yang terlihat galak. Apa boleh dia dibilang beruang?




•••




"Ini semua karena Eunkwang Hyung!"

Sungjae berteriak, membuat yang diteriaki menunduk lesu.

"Jika saja Eunkwang Hyung tidak memilih konsep itu, dan jika saja Eunkwang Hyung tidak ceroboh, kita tidak akan dimarahi CEO. Lagu comeback kita juga tidak akan ditolak." Sungjae semakin menegaskan bahwa sang leader yang bersalah atas kejadian hari ini.

Eunkwang mengangguk, lalu mendongak—memandang semua anggotanya bergantian.

"Maafkan aku. Aku akan memperbaikinya," ucap Eunkwang. Dia menerima semua perkataan Sungjae dengan kebesaran hati.

Langkah kaki baru saja akan diambil Eunkwang, namun sebuah suara membuatnya terpaku.

"Memang kau bisa memperbaikinya dengan cara apa?"

Hatinya mencelus. Eunkwang menoleh, melihat Minhyuk yang memandangnya datar.

"Semua sudah terjadi. Semestinya kita memikirkan konsep baru dan membuat ulang lagu untuk comeback. Lupakan perbaikan." Minhyuk menyambungkan kalimatnya, segera pergi ke kamar melewati Eunkwang.

Semua anggota satu per satu ikut pergi, meninggalkan Eunkwang yang perlahan mengembangkan senyuman bersama matanya yang menatap kepergian semua anggota.

Sungjae bersama Minhyuk sudah jelas menyalahkannya, lalu empat anggota lain yang memilih diam juga seakan menyalahkan Eunkwang karena diamnya mereka itu.

Hah... kau memang tidak becus Eunkwang. Kau bukan leader yang baik bagi Born To Beat. Lama kelamaan, senyum itu memudar. Seberapa kerasnya ia mempertahankan senyuman itu juga percuma. Hatinya sedang sedih, pikirannya kacau. Bagaimana pun, Eunkwang mesti memiliki cara untuk membuat semuanya kembali.

Alih-alih ingin menuju kamar dan mengistirahatkan tubuhnya, Eunkwang justru keluar dari dorm, meninggalkan tatapan iba dari sudut dinding.


Mengalahkan dinginnya malam, sejenak Eunkwang menatap gedung asrama tempat sementara ia tinggal setelah menjadi seorang idol. Beban berat rasanya menumpuk, membuat punggung Eunkwang sakit.

Benar, sakit punggung di sini memiliki artian berbeda. Eunkwang juga merasa sesak, apa kadar oksigen di bumi mulai berkurang? Ia mentertawai dirinya sendiri yang berpikiran aneh. Eunkwang melanjutkan langkah, mengarahkan kakinya untuk ke tempat latihan, tidak jauh dari asramanya.

Mau tak mau, meski hatinya sedang dirundung perasaan tidak karuan, bibir itu menggurat senyum yang sempat hilang setelah sampai di ruang latihan dan melihat keadaan di dalamnya. Eunkwang ingat, baru dua hari lalu ia meminta Sungjae membereskan ruangan, sekarang sudah berantakan lagi.

"Dasar Yook-maknae yang satu itu." gumam Eunkwang.

Senyuman pria berambut cokelat tidak pudar. Mengingat bagaimana tingkah para anggota, apalagi Sungjae yang senang sekali mengganggu hyung-hyungnya. Kecuali Hyunsik. Sungjae tidak akan berani mengganggu Hyunsik lebih jauh dari sekedar meledek dengan kata-kata konyol.

Eunkwang mulai merapihkan ruangan. Secara ajaib, Eunkwang bisa menyisakan tenaga. Sebagian untuk beres-beres, sebagian lagi untuk latihan di hadapan cermin panjang nan besar yang tertempel apik pada sekeliling dinding.

Melihat bayangan dirinya sendiri di cermin, entah mengapa rasa sesak beberapa saat lalu bertambah. Apa benar ini yang dia inginkan? Eunkwamg mulai bertanya pada diri sendiri. Lama kelamaan Eunkwang tidak tahan menerima beban bahkan tuntutan dari agensi.

Tidak. Semestinya hal ini menjadi suatu kegembiraan, kan? Eunkwang menyukai pekerjaannya sebagai penyanyi. Jika menyanyi dijadikan sebuah beban, jelas saja Eunkwang akan lelah pada akhirnya.

"Tidak. Aku tidak boleh menyerah."

Eunkwang terus saja menggerakkan tubuhnya, menari di sisa tenaga yang ia punya setelah selesai membereskan ruang latihan. Memperbaiki konsep dance yang tidak sesuai dengan lagunya. Eunkwang juga tidak lupa, habis ini memahami lebih banyak lagu yang telah Hyunsik bersama Il Hoon tulis.

Menatap Eunkwang dari kaca transparan yang langsung bisa terlihat ke dalam, tanpa Eunkwang ketahui, sepasang mata yang awalnya memancarkan sorot iba, kini menjadi sendu.



•••



Satu minggu berlalu begitu cepat. Selama tujuh hari itu tidak ada anggota yang mengajak Eunkwang bicara. Eunkwang juga ragu untuk menyapa mereka. Namun hari ini, dirinya mesti bicara pada semua anggota.

Dengan percaya diri, Eunkwang memasuki dorm.

Sepi.

Eunkwang mengira semua anggota tengah tidur. Ia lantas mencari ke kamar. Masing-masing kamar tidak ada keberadaan mereka. Namun suara Changsub yang berasal dari dapur terdengar, membuat Eunkwang segera menuju dapur.

"Tidakkah ini keterlaluan?"

"Keterlaluan apa?" Hyunsik bertanya balik, tangannya sibuk mengocok telur.

"Eunkwang Hyung... aku rasa kita sudah keterlaluan." Changsub memperjelas kalimatnya. Sungjae yang juga berada di dapur memilih diam.

Sementara Eunkwang menghentikan langkahnya. Ahh... tiga orang yang Eunkwang rindukan sejak seminggu belakangan ini. Bukan bermaksud untuk menguping, tapi karena kedua telinganya tidak tuli, maka ia dapat mendengar jelas percakapan anggotanya.

"Maksudmu keterlaluan pada Eunkwang Hyung?"

Changsub mengangguk, membenarkan pertanyaan Hyunsik.

"Ingat tidak, saat Il Hoon tidak sengaja merusak stand mic di atas stage? Dengan profesionalnya, Eunkwang Hyung berusaha tetap menyanyi hingga lagunya selesai meski dia harus menahan tawa." kenang Changsub, rasanya kedua mata sipitnya panas saat ini.

"Aku juga ingat, ketika kita semua saling membantu jika ada sesuatu di atas panggung. Seperti dirimu yang memberikan mikrofon pada Minhyuk Hyung ketika mikrofon miliknya tidak berfungsi."

Hyunsik bergeming, kegiatan tangannya pun berhenti bersama tatapannya yang terus terpaku pada Changsub.

"Ketika kita yang saling mentertawakan kekonyolan kita. Aku pikir, kita adalah anggota Beat yang terus seperti itu. Solid, saling membantu, profesional jika sedang bekerja. Itu semua Eunkwang Hyung yang mengajarkan." tutur Changsub, matanya yang panas hampir menumpahkan cairan bening jika dihendaki. Tidak tahu mengapa, hatinya terasa perih.

"Semestinya seminggu lalu kita tidak menyalahkannya, 'kan? Meskipun aku tidak berkata apapun, aku merasa menyalahkannya waktu itu. Ini juga salah kita. Semestinya kita mendukung Eunkwang Hyung, dan menyemangatinya." sambung Changsub.

Eunkwang yang sejak tadi berdiri di balik dinding penghubung dapur, nyaris tidak kuat untuk menahan berat tubuhnya sendiri. Lemas. Rasanya dia ingin menangis. Mendengar kalimat yang dilontarkan Changsub bersama rasa rindunya pada mereka, Eunkwang ikut mengenang masa-masa itu.

"Eunkwang Hyung?"

Masih dengan rasa lemas, Eunkwang menoleh, mendapati Peniel yang menatapnya khawatir. Dan panggilan Peniel pada Eunkwang berhasil membuat ketiga orang di dapur segera menuju arah suara.

"Eunkwang Hyung kenapa, wajah Hyung pucat?"

Sang leader bahkan baru sadar ada Il Hoon di samping Peniel. Minhyuk juga ada di depan matanya. Tapi... mengapa semua terlihat buram? Sakit mendera kepala yang seakan tertimpa besi paling berat.

Gelap.

Eunkwang tidak bisa menahan tubuhnya lagi.

"Eunkwang Hyung!"

Sungjae sampai memekik ketika melihat tubuh kurus itu jatuh ke lantai.

Semua panik.

"Bawa Eunkwang Hyung ke kamar. Ayo!"

Instruksi Changsub membuat Peniel segera membantunya bersama yang lain. Tak terkecuali Minhyuk dengan wajah... entah, tidak dapat terbaca.





-





Sungjae mengompres dahi Eunkwang. Panas tubuhnya barusan tidak main-main, tinggi. Eunkwang terserang demam.

Jika diteliti, wajah Eunkwang yang sudah tirus, semakin tirus saja sampai tulang rahang kokohnya terlihat.

Wajahnya... tidak mungkin mengecil, kan? Hah, Sungjae jadi berpikiran konyol. Ini karena rasa rindunya. Satu minggu bagai satu tahun Sungjae tidak bicara pada Eunkwang.

Minhyuk duduk di bawah dengan alas karpet, bersama empat anggota yang tengah larut pada pemikiran masing-masing.

"Aku rasa... Eunkwang sakit karenaku."

Semua mata tertuju pada si pemilik suara. Lee Minhyuk. Sungjae yang sedang mengompres juga turut mengalihkan perhatiannya.

"Aku berkata kasar padanya, bahwa tidak ada yang bisa diperbaiki." Minhyuk menahan mati-matian air matanya. Dia tidak boleh menangis. Tidak jika di hadapan anggota.

"Tapi ternyata... Eunkwang berhasil memperbaiki semuanya. CEO juga menerima lagu bersama konsep kita yang sempat ditolak." tambah Minhyuk.

"Serius?" Hyunsik bertanya, tak percaya dengan mata membulat.

Minhyuk mengangguk. "Aku bersama Peniel dan Il Hoon habis dari kantor CEO ketika dia meminta kami untuk ke ruangannya. Dan mengabarkan hal itu. Jika kita menyiapkan lagu baru, pasti akan memakan waktu lebih lama."

"Eunkwang Hyung sudah bekerja keras." Sungjae berkata, menatap kelima hyungnya nanar.

"Setiap hari Eunkwang Hyung selalu sendirian di tempat latihan, tanpa adanya kita yang menemani. Malam saat aku menyalahkannya, aku melihat Eunkwang Hyung yang keluar dari dorm. Dia latihan sampai larut, bahkan ketika hampir pagi. Eunkwang Hyung sama sekali tidak tidur."

"Darimana... kau tahu hal itu?" Changsub mengangkat alisnya sedikit, ketika pertanyaan tersebut dia lontarkan.

"Aku mengikutinya. Melihatnya. Sebenarnya aku merasa bersalah atas perkataanku. Jadi menurutku, ini juga salahku."

Oh, pantas saja si maknae jarang berada di kamar saat jam tidur belakangan ini, pikir Changsub. Ternyata dibalik tingkah jahilnya, diam-diam ia perhatian pada hyung pertamanya.

"Jangan menyalahkan diri sendiri...."

Suara serak Eunkwang langsung membuat semua heboh. Kamar terasa seperti pasar. Ramai.

"Eunkwang sudah siuman!" Sungjae gembira.

"Aku pikir kau akan mati," kata Minhyuk. Sedikit... ya, kasar. Tapi begitulah ia. Meski Eunkwang lebih tua, Minhyuk tidak terlalu menggunakan kata formal. Bagi Minhyuk, Eunkwang hanya lahir lebih dulu satu minggu sebelum dirinya.

Eunkwang beranjak duduk, memegang kompresan yang berhasil terlepas dari dahinya. Dalam keadaan ini pun, dirinya masih bisa terkekeh atas tanggapan dari perkataan Minhyuk.

"Hyung, jangan sakit lagi." Sungjae memegang tangan Eunkwang lembut, seperti kebiasaannya. "Maafkan aku telah menyalahkanmu waktu itu."

"Tidak apa. Tapi kau juga tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri. Termasuk kau Minhyuk."

"Eunkwang Hyung mendengar semuanya?" tanya Peniel. Jadi, sejak kapan Eunkwang hyungnya sadar?

"Hum. Semuanya. Karena kalian sudah tahu bahwa konsep kita diterima CEO, kita latihan bersama ya? Awalnya aku ingin memberitahu secara langsung."

"Iya. Kita akan latihan bersama." Changsub yang menjawab. "Sudah, sekarang Hyung istirahat."

"Aku sudah tidak apa-apa. Aku ingin melihat kalian saja, daripada istirahat dan tidur."

Changsub sedikit meringis mendengar itu, merasa kalau Eunkwang tidak kalah keras kepalanya dari Il Hoon jika diberi tahu sesuatu.

"Maafkan aku." ucap Minhyuk, tersirat penyesalan dalam nadanya.

"Eh... sudahlah." Eunkwang tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

"Bahkan kau tidak dendam padaku? Pada kami yang meninggalkanmu?" tanya Minhyuk, menatap pada iris hitam milik Eunkwang.

"Tunggu, dendam? Pada kalian? Mana mungkin," jawab Eunkwang, dia tertawa lagi. Kali ini sedikit keras.

Minhyuk tersenyum menanggapi jawaban Eunkwang. Inikah yang dinamakan guardian angel hidup di bumi? Bahkan setelah disakiti pun, dia tetap mempertahankan grup dan melindungi anggotanya dengan cara memperbaiki konsep yang salah. Dia juga... tidak memiliki dendam.

"Hyung aku, ahh tidak. Kami. Kami berjanji, setelah ini kami akan menjadi anggota yang lebih baik. Menyalahkan orang lain memang mudah. Semestinya, kami saling mendukung. Bukan menyalahkan salah satu dari kami." sela Il Hoon.

Eunkwang hanya mengangguk, kemudian merentangkan tangannya. "Aku merindukan kalian,"

Sungjae yang pertama menyambut—memeluk Eunkwang, karena dia yang paling dekat posisinya, lalu disusul anggota lain.

"Ahh, sebenarnya aku merasa aneh jika memeluk pria. Tapi... aku juga merindukanmu, Hyung." Peniel dengan senyuman lebar memeluk Eunkwang bersama yang lain dalam satu ranjang.





•••





Bulir salju turun perlahan, membuat udara sore ini dingin bahkan sampai menembus ke dalam gedung pertunjukkan 'Festival First Snow' yang diadakan oleh BTOB sendiri.

Seperti kata orang, kerja keras tidak akan pernah menghianati hasil. Eunkwang percaya itu. Ia juga percaya, kesuksesan yang ia dan enam anggotanya raih sekarang, tidak lepas dari proses panjang yang sulit. Mungkin orang-orang tidak akan melihat proses itu, mereka hanya akan melihat kesuksesan yang sudah tampak nyata. Bukankah kebanyakan orang memang begitu?

Lagu Our Concert menjadi penutupan acara. Eunkwang sudah bersiap untuk turun dari panggung jika lengannya tidak Minhyuk pegang, untuk tetap diam di posisinya.

"Kenapa?"

"Ada kejutan untukmu," jawab Minhyuk, dengan senyuman misterius andalannya.

"Aku seperti merasa ulang tahun ketika kau menyebutkan kata kejutan. Tapi hari ini bukan ulang tahunku, 'kan?"

Minhyuk hanya menggeleng. Menyudahi bisik-bisik mereka tanpa mikrofon agar tidak terdengar oleh penonton.

"Untuk Seo Eunkwang!" Il Hoon berteriak, mengawali sesuatu yang disebut 'kejutan' oleh Minhyuk. "Hyung...." lantas merapatkan bibirnya, Il Hoon hampir lupa menyebut kata hyung pada kalimatnya barusan.

Semua penonton riuh berteriak, memenuhi gedung yang cukup besar ini. Eunkwang diposisikan di tengah oleh Minhyuk. Semua anggota berpindah, berdiri di hadapan Eunkwang.

"Asal kau tahu saja. Acara ini untukmu." beritahu Minhyuk.

"Kami hanya ingin mengungkapkan isi hati kami." Hyunsik menambahkan.

Penonton semakin histeris, tidak sabar apa yang akan mereka ungkapkan pada leader mereka. Bahkan diam-diam ada wartawan yang menyempil di antara ratusan penonton. Tentang BTOB memang selalu menarik perhatian.

"Sangat beruntung memiliki leader seperti Seo Eunkwang. Bersamamu, adalah sebuah kebahagiaan. Bahkan aku tidak bisa berpikir bagaimana aku ada di grup lain dan memiliki leader yang bukan Seo Eunkwang. Aku mungkin tidak bisa dikendalikan. Kau benar-benar malaikat dalam anggota Born To Beat."

Minhyuk berkata lancar, seolah kalimat itu hasil baca dari tulisan sebuah kertas. Tapi kenyataannya, dia hafal apa yang ingin dikatakannya pada Eunkwang. Hal tersebut sudah disiapkan Minhyuk dan lima anggota lain sehari sebelum acara ini dimulai.

Kata-kata Minhyuk tadi terbentuk sebagai tulisan di background panggung, membuat penonton yang kebanyakan Melody terdiam. Mata mereka berkaca-kaca membaca kalimat ulang yang barusan dikatakan Minhyuk.

"Aku juga tidak bisa berpikir jika hyungku adalah orang lain. Aku mungkin tidak bisa mengganggunya." Sungjae terkekeh, meski sebetulnya ia ingin sekali menangis.

"Pada salju pertama turun, musim dingin hari ini, musim dingin tahun depan dan musim dingin tahun-tahun selanjutnya, aku mau Eunkwang Hyung selalu bersama kami. Itu suatu keharusan. Jangan tinggalkan kami." kini Il Hoon yang berkata.

"Orang yang selalu menghangatkan suasana, selalu sabar akan sikap kami. Seingatku, Hyung juga tidak pernah marah pada kami." Changsub tersenyum tipis, menatap Eunkwang yang sudah memerah matanya.

"Menghadapi sikap kami yang terkadang kekanakan. Terimakasih, Seo Eunkwang Hyung. Dalam sebuah grup hebat, tentu ada leader yang baik di dalamnya. Kau sudah menunjukkan itu." sambung Changsub.

"Eunkwang Hyung hanya tersenyum ketika ruang latihan atau dorm berantakan karena ulah kami. Aku tahu dia tidak suka sesuatu yang tidak rapih. Terkadang, aku ingin melihatnya marah. Tapi seperti yang Minhyuk Hyung bilang, Eunkwang Hyung memang malaikat. Mungkin Tuhan sengaja mengirimnya untuk BTOB." Sungjae berucap, sesekali melihat arah penonton, seakan memberitahu. Menceritakan bagaimana sikap leader dalam anggota Born To Beat ini.

"Ahh... kalian, membuatku ingin menangis...." lirih Eunkwang. Meski faktanya pria itu sudah menangis, dan dengan cepat menyekanya.

"It's hard being Born To Beat's leader, right?" Peniel tersenyum singkat. "Kami selalu mencintaimu, Hyung. Menyayangimu bukan hanya sebagai leader. Tapi juga kakak kami. Let's work hard together again. Melalui jalan yang lebih tajam dari ini. Menghadapi kerasnya dunia. Mari berjuang bersama."

Perkataan Peniel sukses membuat Eunkwang menangis tersedu. Ia sudah tidak tahan, dan Minhyuk yang di sampingnya hanya merangkul tubuh Eunkwang.

"Kita akan terus bersama...." bisik Minhyuk, pada Eunkwang yang semakin menjadi tangisannya. Ucapan-ucapan mereka terdengar tulus, Eunkwang bisa merasakan ketulusan anggotanya.

Semua penonton juga ikut menangis haru. Beruntung gedung ini tidak banjir karena air mata mereka.

Menurut Eunkwang, memang tidak mudah menjadi seorang idol. Kata lainnya sangat sulit. Tidak semudah apa yang terlihat dari luar. Sekalinya Eunkwang merasa sendiri, lelah, merasa dirinya tidak melakukan yang terbaik, kata berhenti sudah terpampang jelas di depan mata.

Tapi kini, Eunkwang tidak akan berpikir untuk berhenti lagi. Untuk anggotanya, untuk Melody yang setia mendukung BTOB. Eunkwang akan lebih kuat lagi di masa yang akan datang, dan terus belajar dari apa yang pernah terjadi.


.
.
.

Selesai ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro