Melody?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mirae berkacak pinggang, menatap tajam Remi. Bukannya mengarahkan wajah ke bawah, atau menurunkan manik mata setidaknya itu hal paling normal, sang adik justru balas menatap.

Merasa tidak ditakuti, Mirae mulai mengentak sebelah kaki guna mengancam.

Aduh, sakit.

Perempuan bermarga Do ini meringis dalam hati, tidak kelihatan jika dari luar; tampangnya garang. Salah dirinya yang mengentak tidak berpikir dulu, akibatnya telapak kaki menjadi korban karena harus beradu lantai.

"Aku cuma mendengarkan lagu," ucap Remi, gentar juga melihat reaksi sengit Mirae.

"Tapi Kakak pusing, Dek!" kesal Mirae, kedua tangannya memegang kepala sesaat, mengisyaratkan rasa pening yang nyaris membuat kepalanya meledak.

Hah! andai kamar mereka tidak bersebelahan, atau andai saja sekat dinding kamar kedap suara, pasti lebih menyenangkan. Mata Mirae melihat arah audio player lengkap bersama speaker portable dekat nakas. Pantas saja, pakai pengeras suara? Mirae mendengus. Meski speaker tersebut hanya 15 inch, lagu yang keluar dari audio mampu menembus kamar Mirae, ditambah suara cempreng tidak enak didengar milik Remi, itu cukup mengganggu.

"Matikan lagunya, jangan mendengarkan lagu-lagu yang tidak cocok untukmu!"

Remi mengerjap sebentar. "Tidak cocok... untukku?" dia tidak terlalu paham apa maksud kata terakhir sang kakak.

"Iya, lagu upbeat, lagu ballad. Kau masih kecil, semestinya putar lagu beruang. Itu baru cocok untuk anak seusiamu,"

Hati Remi lantas tidak terima atas kalimat Mirae, terkesan mengejek.

"Kak, aku sudah delapan tahun, bukan anak balita. Memang ada larangan anak berusia delapan tahun tidak boleh mendengarkan lagu ballad, lagu upbeat?"

"Ya tidak ada, tapi---"

"Lagipula aku Melody. Jadi tidak masalah jika mendengarkan lagu ballad atau upbeat. Yang terpenting, itu lagu-lagu mereka." potong Remi, kepintaran adiknya bicara tidak main-main. Tapi tunggu....

"Melody?" Mirae menautkan alis.

"Nama fandom BTOB." sahut Remi, mengetahui ketidak mengertian sang kakak.

"Kau... FANGIRL?!" Mirae kaget bukan kepalang. Suaranya nyaris setara petir yang menyambar pohon dekat rumah kemarin sore. Remi masih kecil menurut Mirae, tidak semestinya dia menjadi... duh, Mirae semakin pening.

"Mirae ayo turun, bantu Ibu masak untuk makan malam!"

Teriakan mengandung perintah dari wanita paruh baya menghentikan tatapan interogasi Mirae pada adiknya. Dia segera menuju pintu kamar. Sebelum keluar, kepalanya ditolehkan, melihat Remi.

"Tidak mau tahu, berhenti menjadi fangirl, matikan lagunya, dan jangan pernah mendengar lagu dari... siapalah itu nama idolamu!"

Pintu kamar ditutup kencang dari luar setelahnya. Remi sempat berpikir, jika pintu bercat putih itu bukan benda mati, mungkin dia sudah melakukan aksi protes, mengingat bukan baru sekali ini sang kakak membanting pintu kamarnya. Pintu yang malang.

"Apa salahnya menjadi fangirl? Mengapa aku harus berhenti?" gumam Remi.

Tidak memedulikan teguran kakaknya barusan, Remi masih ingin mendengarkan lagu. Hanya sekarang Remi memelankan volume dari audio playernya. Meski membandel, Remi membenarkan kalau dirinya takut pada Mirae.

Dari lagu I'll Be Your Man sebelumnya, kini Remi memutar lagu Way Back Home.

Baru mengikuti satu penggal lirik, Remi cepat-cepat menutup mulut, takut bahwa suaranya kencang dan akan membuat singa betina yang barusan memasuki kamar kembali marah.

Alhasil, Remi hanya mengikuti lirik lagu dalam hati. Tidak sampai teriak-teriak seperti ia menyanyikan lagu I'll Be Your Man.

"Jalan pulang ke rumah... seperti anak kecil tersesat, kau bertanya pada orang yang berlalu lalang. Oh, jangan pernah menyerah pada mimpimu meski itu sulit untuk digapai...."


•••

Petikan gitar, alunan piano, bersama suara merdu terdengar melantun, menciptakan melodi dan irama lembut. Angin berhembus membawa paket lengkap berisi nada indah itu pada siapa saja yang berjalan dekat taman, sehingga orang-orang semakin banyak berdatangan pada sekumpulan---ralat, tujuh orang pria, tengah menari pelan sambil bernyanyi.

Penghujung musim panas terasa sejuk sebab lagu yang mereka bawakan. Suara musik itu juga sampai pada telinga Remi. Lagu yang tidak asing membuat Remi mencari sumber suara.

"Wahh! Bukankah itu BTOB?"

"Mereka bernyanyi di ruang terbuka tanpa pemberitahuan?"

"Eh, kau tidak tahu? Tadi pagi Sungjae bersama Changsub melakukan siaran V Live, mereka bilang akan menghibur Melody hari ini."

"Aku tahu. Yang tidak kutahu hanya maksud mereka adalah di taman. BTOB memang penuh kejutan!"

Remi masuk antara kerumunan, telinganya terus menangkap suara lain; percakapan dari orang-orang yang berdatangan ke satu titik, seakan suara mereka bersama lagu indah itu saling berlanggaran.

"O-be-benar... Oppa Beat?" Remi sampai tidak berkedip ketika melihat tujuh orang berpakaian hampir mirip---kemeja putih berbalut jas hitam, di hadapannya. Secara nyata, bukan mimpi. Juga bukan dari layar televisi atau layar ponsel Remi.

"Seo Eunkwang Oppa!" teriak Remi paling kencang.

Jika boleh jujur, sebetulnya keadaan penonton yang mengelilingi anggota Beat cukup tenang. Jadi sudah pasti, teriakan Remi mengundang perhatian orang-orang. Termasuk mereka, tujuh anggota BTOB.

"Lee Minhyuk Oppa! Lee Changsub Oppa! Woaah, Im Hyunsik jagga-song!" Remi tidak hentinya merasa kagum, apalagi bagian ketika menyebut 'Im Hyunsik penulis lagu', Remi bangga. Tidak ada alasannya, Remi hanya merasa begitu, jangan lupakan juga jantungnya seperti habis lari maraton.

"Jung Il Hoon Oppa! Peniel Chicago! Yook Sungjae Oppaaa!!"

Remi tetap lanjut, menyuarakan nama anggota Beat penuh semangat, seakan hanya dirinya yang berada di sini bersama anggota Beat.

Mengerjap kompak tak percaya, beberapa orang di samping Remi heran melihat anak kecil riuh sendiri. Sementara tujuh anggota Beat masih bernyanyi, setelah sempat melihat arah Remi yang berposisi paling depan itu.

"Aku merindukanmu, sehari sudah terlewati. Aku merindukanmu, setahun sudah berlalu,"

"Yah... memang merindukan kalian waktu terasa cepat." Remi berkata sendiri, menyahut lirik bagian yang Hyunsik nyanyikan.

"Aku mencoba melupakanmu, mencoba menghapusmu meskipun telah satu tahun berlalu. Aku hidup seperti itu. Aku merindukanmu, dan terus merindukanmu."

"Kalau begitu jangan hidup dalam kerinduan," ucap Remi, kembali menyahut lirik lagu mereka tanpa memikirkan nyambung atau tidak. Remi tidak peduli lagipula.

"Merindukanmu, merindukanmu...."

"Aku juga merindukan kalian!" seru Remi, tersenyum lebar kemudian, memperlihatkan gigi-giginya.

Tepuk tangan meriah ditujukan kepada tujuh orang yang telah berhasil menyelesaikan lagu. Mereka juga telah berhasil membuat suasana hati siapapun nyaman ketika mendengar lagu mereka.

Beberapa orang langsung berhamburan pergi, setelah Eunkwang mengucapkan kalimat terimakasih. Mereka mengetahui kalau pengamanan ketat, dijaga oleh lima orang pria berpakaian hitam dengan tampang tajam, bagai sisi-sisi wajah mereka penuh duri. Dari awal, sudah ada penerapan aturan; penonton tidak boleh mendekati anggota Beat lebih dekat dari jarak satu meter. Ya, satu meter untuk menonton tadi. Bukan apa-apa, sebetulnya anggota Beat senang jikalau bisa melayani para penggemar untuk sekedar berfoto, atau tanda tangan? Hanya, pihak agensi sudah mewanti-wanti agar mereka bertujuh menjaga diri juga batas. Kita tidak akan pernah tahu niat seseorang, bukan?

Ketika semua orang telah pergi dari tempat berdiri masing-masing, Remi memilih tetap bertahan di posisinya. Memperhatikan anggota Beat yang sekarang membantu salah satu penari latar mengangkat kursi bekas pertunjukan, maupun stand mic. Remi semakin kagum melihat itu. BTOB bukan hanya sekedar berisi orang-orang bertalenta, mereka juga tujuh orang yang memiliki hati tulus dengan empati besar.

"Aishhh... kemana sih dia?"

Mirae menilik sudut-sudut rumput. Barangkali adiknya berada di salah satu rumput kecil ini. Antara ingin menertawakan kekonyolannya dan kesal karena lelah, Mirae menahan napas, emosinya mesti menurun untuk saat ini. Tapi, jika dia bertemu adiknya... itu sudah lain cerita.

Bagian tengah taman dekat air mancur sudah lenggang, membuat Mirae tidak sengaja melihat punggung sang adik yang sejak tadi ia cari. Astaga, Mirae sudah tidak bisa bernapas leluasa mengira Remi hilang, lalu kedua betisnya sakit karena sejak tadi berjalan mengitari seluruh taman.

Sebentar, tidak seluruhnya juga, kan? Karena Mirae tidak mencoba mencari adiknya dalam kerumunan orang tadi.

Baik, dirinya sedikit salah. Hanya sedikit.

"Yaak! Do Remi!" Meski merasa 'sedikit salah', Mirae harus menyelesaikan hasrat dalam hati yang memanas.

Darah mendesir merangkak naik pada wajah Mirae, terlihat merah padam, langkah kakinya berhenti tepat di hadapan Remi yang kini menegang.

"Kau!" Memegang lengan adiknya keras, tanpa sadar Mirae telah mengundang perhatian Lee Changsub, salah satu anggota Beat yang tidak pernah bisa melihat kekasaran terhadap anak kecil.

"Kau tahu tidak, Kakak mencarimu kemana-mana? Kalau kau diculik bagaimana? Apa yang akan Kakak katakan pada Ayah dan Ibu?!" teriak Mirae, frustasi sudah dirinya. Emosi yang sempat tertahan meluap.

Menunduk, bola mata Remi berkelebat kanan kiri, memikirkan apa jawaban yang tepat. Tapi dirinya tidak bisa berpikir lebih jauh, jadi bukankah lebih baik jujur?

"Aku menonton mereka, sebentar." Suaranya pelan, hampir tersamarkan angin.

"Apa? Bicara yang jelas, jangan bicara bahasa nyamuk!"

Meneguk air liurnya keras, tubuh yang tadinya menegang pada akhirnya bergetar. Perlahan mendongak, Remi takut melihat wajah kakaknya yang sudah dipenuhi amarah. Baru mulut Remi membuka, berusaha menjelaskan, suara lain membuat Remi menutup kembali mulutnya.

"Hei... tidakah kau berpikir kelakuanmu sedikit kasar?"

Mirae melihat seorang pria berkulit putih mulus bak patung maneken, berdiri di sampingnya dan langsung ditanggapi putaran tubuh oleh Mirae, guna menghadap pria itu.

"Apa maksudmu, huh?" ketus Mirae, menurutnya pria maneken ini tidak sopan. Mirae mendengar sangat jelas dia berbicara kalimat nonformal. Memang siapa dia?

"Lee Changsub Oppa...." Remi berbisik sendiri, tidak menyangka bahwa dirinya bisa lebih dekat lagi melihat Changsub.

"Kau kasar padanya," sahut Changsub, mendaratkan telapak tangan pada kepala Remi, membuat kedua mata anak itu bersinar. Ingin menangis dan berteriak kegirangan sekarang, apa bisa?

"Dia adikku, dan ini urusanku." Mirae melipat tangan di dada, setelah sebelumnya menurunkan tangan Changsub dari kepala sang adik.

Sementara, Hyunsik menahan dua orang penjaga menggunakan sebelah tangannya yang memanjang ke samping. Mereka berdua hendak menghampiri Changsub.

"Tapi...." salah satu dari mereka mencoba bicara pada Hyunsik.

"Biarkan," tukas Hyunsik, membuat mereka mundur. Meski singkat, wajah Hyunsik sudah mengatakan semuanya; 'beri waktu, jangan ikut-ikutan. Diam saja.'

Sungjae melepas In-ear monitor dari telinganya sembari melihat Changsub. "Apa yang... Changsub Hyung lakukan di sana?"

Sungjae bertanya pada diri sendiri. Namun karena ada Hyunsik di sampingnya, pria yang barusan berhasil mengusir secara halus dua orang berwajah tajam, menyahut.

"Aku rasa Changsub Hyung sedang melakukan suatu kebaikan. Semacam, membela kebenaran?"

Anggota termuda Beat ini lantas mengerutkan dahi, kalimat Hyunsik seperti Changsub sosok gagah berotot, serupa... Hulk? Eih, tapi Changsub hyungnya bahkan tidak memiliki otot besar atau tubuh kekar, kan? Ahh, sudah, tinggalkan pemikiran Sungjae yang tak ada batasnya.

Eunkwang mendekati kedua maknae yang tengah berdampingan, mata mereka tertuju pada Changsub. Ujung bibir Eunkwang terangkat, Sungjae bersama Hyunsik terlihat menggemaskan ketika sedang fokus atau tertarik akan sesuatu.

Tidak bicara apa pun, Eunkwang ikut memperhatikan Changsub. Memosisikan dirinya di samping Hyunsik.

"Aku mengerti, tapi kau kasar. Tidak semestinya kau berbuat begitu. Apalagi dia adikmu sendiri."

Mirae tidak sanggup lagi menanggapi kalimat orang di hadapannya, dia terlalu lelah untuk saat ini.

"Jangan ikut campur. Ayo pulang, Dek!" Mirae menarik sebelah tangan adiknya. Belum sempat melangkah, keadaan mencengangkan terjadi; Changsub melepaskan tangan Mirae dari Remi.

Tentu, perbuatan Lee Changsub dihadiahi tatapan nyalang oleh Mirae.

"Pelan-pelan, apa tidak bisa?"

"Kakak...." Remi mulai merengek, tidak menyukai suasana yang seakan membakarnya.

"Kau itu siapa sebenarnya? Kenapa harus peduli pada urusan orang lain?" tanya Mirae, rasanya ia ingin sekali memaki pria ini, sungguh.

"Aku hanya tidak suka kau memperlakukan adikmu secara kasar," sahut Changsub, tegas? Entah, dari nadanya seperti peringatan.

Mirae memejakan mata sekilas, kemudian beralih melihat sang adik. "Remi, kau mengenalnya? Jawab Kakak, siapa dia?"

Masih dengan tubuh bergetar, Remi menjawab takut-takut. "I-itu... dia, anggota BTOB."

Benar saja, perasaan Mirae sudah tidak beres semenjak pria ini terus ikut campur. Juga, tidak mungkin Remi berdiri di sini tanpa alasan. Padahal niat awal ke taman untuk membeli es krim.

"Jadi, kau yang bernama BTOB?" Mirae memasang wajah menantang, menaikkan dagu.

"Namaku Lee Changsub. BTOB nama grup kami."

Seketika Mirae menjadi kikuk. Namun gadis itu tetap meneruskan niat amarahnya. "Tidak peduli namamu, yang pasti, karenamu. Karena grupmu itu, adikku menjadi tidak terkendalikan. Kalian telah meracuni pikiran adikku!"

Pekikan Mirae mengundang Eunkwang bersama Sungjae dan Hyunsik yang sejak tadi memperhatikan berjalan menuju arah Changsub. Mereka khawatir kalau Changsub sampai bermasalah, dan berujung tuntut menuntut. Yah... kedengarannya berlebihan. Tapi menurut Eunkwang mencegah lebih baik, Changsub harus dihentikan sekarang.

"Meracuni? Kau kira kami... aishh kau benar-benar...." Changsub jadi geregetan pada gadis di hadapannya.

"Changsub-sshi," panggil Eunkwang, kemudian merangkul pundak Changsub dan berbisik. "Kita masih ada jadwal lain, sebaiknya kita kembali."

"Tidak, Hyung. Aku harus memastikan dulu kalau dia," tunjuk Changsub pada Mirae, membuat gadis itu kembali melotot. "Tidak bersikap kasar lagi terhadap adiknya."

"Tidak sopan! Apa barusan kau habis menunjuk dengan jari gemukmu itu, hah?!" teriak Mirae, tidak terima.

Changsub sampai melihat jari telunjuknya sendiri. Apa jarinya terlihat gemuk? Changsub rasa tidak. Sambil berdecak, Changsub menengok arah samping sekilas, sampai tidak sengaja melihat Il Hoon bersama Peniel dan Minhyuk sedang berjalan ke arahnya.

"Tidak sopan katamu?" Mata Changsub bergulir pada arah rok Mirae; bermotif garis kotak, cokelat dan hijau dominan. "Hei anak SHS, bahkan sejak tadi kau yang tidak sopan padaku!" Jika oktaf Changsub sudah meninggi, berarti dia benar-benar kesal.

"A-anak... SHS?" Mirae berpikir, dari mana pria manekin ini tahu dirinya berstatus siswi SHS? Jadi, apa dia lebih tua? Mirae bertanya-tanya dalam pikirannya.

"Wahh... Changsub Oppa hebat, bisa menebak Kakak Mirae anak SHS." Wajah Remi menggambarkan ketakjuban, seolah di hadapannya terdapat pintu kemana saja milik Doraemon, lalu Remi bisa mendorong Mirae masuk ke dalam pintu itu agar kakaknya pulang saja. Jadi Remi bisa berlama di sini bersama anggota Beat tanpa keadaan memanas.

Mirae menurunkan wajahnya untuk melihat Remi. Tatapan teguran itu membuat sang adik tidak berani melontarkan kata lagi sekarang.

"Halo adik kecil," sapa Il Hoon tiba-tiba, yang Remi tidak tahu kapan datangnya. "Kau yang tadi berteriak memanggil namaku, 'kan? Ohh, nama kami." Il Hoon terkekeh setelah meralat kalimatnya sendiri.

"Iya!" Remi menjawab cepat, melupakan bahwa tadi ia takut untuk bicara di hadapan kakaknya.

Il Hoon tersenyum manis, mungkin saking manisnya sampai membuat sebagian orang mendadak tervonis diabetes jika melihat.

"Kau menyukai lagu kami, ya?" Il Hoon melanjutkan. Dia berjongkok, guna menyetarakan tingginya Remi.

"Sangat suka!" Menyahut semangat, seperti sebelumnya. Il Hoon sampai tidak bisa berhenti tersenyum karena Remi.

Mirae bersama Changsub yang sempat tarik urat barusan, jadi menyaksikan percakapan dua bocah di hadapan mereka.

Humm... soal kata 'dua bocah' itu hanya pendapat Changsub. Dia sering menganggap Il Hoon masih bocah, sama seperti anggapannya pada Sungjae. Kalau Mirae, melihat Il Hoon seperti pria. Ya selain karena Il Hoon memang pria, laki-laki berambut keemasan itu terlihat tampan dengan garis wajah berseri. Dalam waktu itu juga, keadaan teralihkan. Mirae bahkan tidak sadar telah menatap Il Hoon lekat, juga melupakan amarahnya.

"Benarkah? Kami telah banyak merilis album, lagu apa yang paling kau suka dari kami?" tanya Il Hoon lagi, wajahnya terlihat penasaran.

"Semuanya aku suka. Lalu ada dua lagu yang aku favoritkan, seperti Way Back Home dan It's Okay. Itu selalu ada pertama dalam playlistku." Senyum lebar terpatri setelahnya, Remi selalu senang jika ditanyai apa-apa tentang kesukaan dirinya.

Il Hoon memasang ekspresi terperanjat, mulutnya terbuka, kemudian menutupnya dengan tangan kanan. Terlihat konyol, namun menggemaskan dalam waktu bersamaan.

"Daebak, kau tahu? Dua lagu itu juga favoritku!" Il Hoon segera mengangkat satu telapak tangannya, mengajak tos.

Dengan senang hati, Remi menepuk telapaknya pada tangan Il Hoon, berhigh-five bersama. Saat itulah Mirae mulai tersadar. Apa yang dirinya lakukan? Matanya melihat anggota Beat bergantian. Dia baru sadar kalau ada enam pria tampan, kecuali pria manekin dengan pipi tembem itu. Mirae tetap tidak menyukainya sejak beberapa saat lalu.

"Do Remi." panggil Mirae, perlahan memegang pergelangan tangan adiknya. "Ayo pulang,"

"Ah, jadi namamu Do Remi? Indah sekali, seperti... umm, apa ya itu namanya?" Il Hoon mengusap tepi kepala, berpikir.

"Tangga nada diatonik." Sungjae menyahut, membuat Il Hoon mencebik. Ia juga tahu, hanya lupa, pikirnya.

Tidak memedulikan mereka, Mirae kembali bicara. "Dek, ini peringatan. Di mana saja, jika sewaktu-waktu kau tidak sengaja melihat mereka melakukan pertunjukan, jangan menonton. Dan, berhenti mendengarkan lagu mereka."

Remi melepas tangannya dari genggaman sang kakak, ia mundur selangkah. "Peringatan apa itu? Aku tidak mau...." tolak Remi, terang-terangan.

"Jangan membantah, Remi." tajam Mirae.

Peniel tidak terlalu mengerti keadaan apa ini, yang pasti dirinya sudah ingin pergi setelah melihat jam tangannya. Acara radio sebentar lagi, belum sehabis itu pergi ke acara Dingo untuk live. Peniel lebih merapat pada arah Il Hoon yang sudah berdiri dari jongkoknya.

"Bukankah ini membuang waktu? Kita harus cepat pergi, kenapa terus di sini?"

"Keterlaluan."

Belum sempat Il Hoon menjawab pertanyaan Peniel, suara Changsub terdengar lebih dulu, membuat Il Hoon urung menjawab dan lebih memilih melihat arah Changsub.

"Mendengarkan lagu kami, menonton kami, apa itu suatu perbuatan dosa? Mengapa kau melarang Remi?" sambung Changsub.

"Aku sudah bilang, kalian telah meracuni pikiran ad---"

"Kak!"

Mirae sontak melihat adiknya yang barusan berteriak. Lebih ke arah membentak sebetulnya. Bukan hanya Mirae, semua pasang mata tujuh anggota Beat tertuju pada Remi. Pilu, wajah anak itu memerah seakan berada di oven.

"Kakak tidak tahu, kalau sebenarnya mereka yang telah membuat aku lebih berani. Mereka tidak meracuni pikiranku, Kakak yang berpikir buruk tentang mereka."

Mirae diam, adiknya lagi-lagi membuat Mirae tidak dapat berkata apa-apa karena kepintarannya bicara. Selain itu, Mirae penasaran, mengapa mereka bisa membuat Remi menjadi lebih berani? Berani dalam hal apa?


•••


"Aku pernah bercerita pada Kakak tentang Ibu Guru di sekolah, dia merobek kertas ulanganku karena nilai matematikaku jelek. Aku juga pernah cerita soal teman sekelas yang merendahkanku. Tapi Kakak tidak pernah menanggapiku. Aku jadi tidak bercerita pada Ayah Ibu karena takut diabaikan. Apa Kakak pernah memberiku kata semangat? Memberiku kalimat 'semua akan baik-baik saja, kau hanya harus memercayai dirimu sendiri'?"

"Dari lagu mereka, aku dapatkan semangat itu. Aku lebih berani menghadapi teman yang terlalu sering merendahkanku, aku lebih giat belajar untuk membuktikan pada Ibu Guru kalau aku bisa memperbaiki nilaiku."

Mirae menghela napas, tubuhnya terus bergerak, berjalan bolak-balik di depan kamar Remi. Pikirannya tidak pernah lepas dari kalimat-kalimat sang adik dua jam lalu di taman. Mirae tahu sekarang, bahwa dirinya memang keterlaluan. Saat adiknya membutuhkan dukungan, membutuhkan tempat rangkulan, di mana Mirae? Dirinya tidak ada, tidak memberikan sedikitnya semangat untuk sang adik.

Rasa bersalah membuat Mirae ingin menemui Remi, tapi sejak 10 menit lalu Mirae tidak berani untuk sekedar mengetuk pintu kamar adiknya.

Menarik napas dalam, Mirae mulai mengumpulkan keberanian. Dia berhenti pada kegiatan 'bolak-balik', dan mulai berposisi tepat depan pintu kamar Remi.

'Klek,'

"Oh, Kakak?" Remi yang baru saja membuka pintu kamar, sedikit heran melihat Mirae berposisi ambigu; tangan kanan sang kakak menggantung di udara.

Mirae berkedip-kedip, lalu nyengir sembari mengutuk dalam hati bahwa dirinya bodoh.

"Aku baru mau menemui Kakak." kata Remi, mengetahui kecanggungan Mirae. "Ini, buat Kakak." Remi mengulurkan satu lolipop cokelat menggunakan tangan kanan.

"Kau... mau menemui Kakak untuk memberikan ini?" Mirae menebak, tangannya yang sempat menggantung di udara mengambil lolipop dari Remi.

Lantas mengangguk, Remi mengemut lolipop miliknya sebentar. "Ini dari Changsub Oppa, dia memberiku dua lolipop." jelas Remi yang sebenarnya Mirae pun tahu. Bahkan ingatannya masih merekam jelas ketika semua anggota bernamakan Born to Beat itu menyemangati Remi. Masih teringat jelas juga, bagaimana Mirae meminta maaf pada Changsub atas kelakuan tidak sopannya.

Bertemu dengan Changsub, membuat Mirae menemui fakta kalau pria manekin itu pernah menempuh pendidikan di sekolah yang sama seperti Mirae. Pantas saja bukan, dia mengetahui Mirae siswi SHS? Changsub sudah pasti mengenal rok SHS Mirae.

"Dek, mau maafin Kakak?"

Remi tidak menyahut, menunggu sang kakak melanjutkan kalimatnya.

"Kakak tidak pernah tahu... tidak, Kakak memang tidak pernah mau tahu bagaimana dirimu. Bahkan membiarkanmu berada di titik itu sendirian. Tapi Kakak bersyukur, saat kau mengalami tekanan, mereka hadir menguatkanmu. Tujuh orang itu... Kakak rasa, bukan hanya dirimu, Kakak juga harus berterimakasih pada mereka jika bertemu lagi. Kau mau memaafkan Kakak, 'kan?"

Tidak menggunakan lisan, Remi menyahutnya dengan pelukan. Dia memeluk tubuh sang kakak yang lebih tinggi darinya.

"Kakak akan sering mendengarkanmu mulai sekarang, jadi bicaralah jika kau merasa ada hal yang harus kau bagi, ya?"

Remi mengangguk, masih memeluk hangat sang kakak. Kedua pelupuknya memburam karena air mata tertahan. Kini, Remi memiliki tempat untuk bersandar jika tidak punya cukup tenaga untuk tetap berdiri tegak.


Sisi lain, Changsub melihat Hyunsik tertidur, bersama Sungjae juga Peniel dan Il Hoon. Tidur masal. Changsub menahan tawa. Biasanya, ia yang akan tidur jika dalam perjalanan. Bibirnya menggurat senyum sebelum berkata pada Eunkwang di sampingnya.

"Hyung, aku merasa senang sekaligus terharu setelah bertemu Remi. Anak itu, telah membuka mataku untuk melihat dunia lebih luas, mengetahui kalau kita telah berhasil membuat dia termotivasi melalui lagu kita, bukankah begitu?"

Eunkwang membenarkan. Dia beralih dari layar ponsel, melihat Changsub sebentar.

"Aku rasa bukan hanya Remi. Betul, kan, Hyuk?" Eunkwang melempar pendapat pada Minhyuk yang berada di jok depan. Diam terus Minhyuk sejak tadi. Terakhir Eunkwang mendengar suara Minhyuk, ketika dia bernyanyi di acara radio yang beberapa saat lalu selesai. Sedang sakit gigi agaknya.

"Betul." tanggap Minhyuk, kemudian menoleh ke belakang. Matanya terpaku pada Eunkwang dan Changsub.

"Mungkin, kita juga telah memotivasi banyak orang di luar sana. Menyelamatkan mereka dari luka yang tidak pernah bisa terlihat oleh mata. Kita tidak pernah tahu, bagaimana kondisi orang-orang di luar sana, 'kan? Kebanyakan dari mereka memakai topeng bahagia sebagai pertahanan."

Minhyuk melanjutkan, membuat hati seorang Lee Changsub terenyuh. Dan Eunkwang sedikit tertawa pelan, karena ternyata Minhyuk bukan kucing peliharaannya lagi, melainkan seorang adik yang memiliki ikatan batin bersama Eunkwang. Lihat saja, Pria itu berhasil mewakili apa yang harusnya Eunkwang katakan dengan sangat tepat.

"Aku jadi semakin semangat, Hyung. Aku merasa kita berguna. Selama ini, usaha kita tidak sia-sia...." Changsub melirih, suaranya serak dalam pendengaran Eunkwang dan Minhyuk.

"Aku pun merasa begitu. Di masa mendatang, semoga kita tetap membawa dampak baik bagi orang-orang yang mendengar lagu kita," sahut Eunkwang, bersama kembalinya Minhyuk pada posisi duduknya. Minhyuk juga sependapat.

Changsub mengangguk sekali sebagai respons atas kalimat Eunkwang. Dia berjanji pada diri sendiri, untuk tetap bertahan dalam industri hiburan Korea. Keras, tidak mudah memang. Changsub bersama anggota lain hanya tetap melakukan yang terbaik, dan lebih baik lagi setiap hari. Tidak peduli apa pun rintangannya, mereka akan terus bertahan dan berkembang.

.
.
.

Selesai ~



Masih inget banget, waktu Minhyuk bilang wajah dia seperti kucing, karena gemukan, katanya. Terus Eunkwang nyeletuk, "Aku mau melihara kucing. Ah, atau Minhyuk saja ya yang aku pelihara?"


Hahaha, itu salah satu kekocokan Bang Kwang. Kangen aku tuhh. Sampai gali-gali lubang, maksudku, Youtube, buat nonton eps Beatcom yang itu lagi. 😂

FIGHTING selalu buat Bitubi. Oh ya, buat abang Mochi-kuhh, terus beri banyak cinta untuk album terbarunya, heuheu. 💙

Last... KPMA 2018. Chukae uri abang-deul!! Makin sukses, makin kompak pokoknya 😁

Sebelum bagian ini jadi galeri foto, (hahaha), sampai jumpa di one shoot BTOB selanjutnya yaa... pay pay ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro