Temprament Blood Type AB

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Seo Eunkwang, Lee Minhyuk, Lee Changsub, Im Hyunsik, Peniel Shin, Jung Il Hoon, Yook Sungjae, BTOB, Sa rang hae ~ yaaa!!"

Teriakan penonton memenuhi gedung tempat tujuh pria menunjukkan performa mereka. Alunan musik lembut bersama koreografi indah memukau mata siapa saja yang melihat.

Tak jarang penonton turut bernyanyi, mengikuti lirik yang tidak pernah gagal menembus hati pendengar. Ketujuh pria dengan julukan healing group memang bisa membuat suasana berbeda ketika bernyanyi. Lampu panggung yang menyorot membuat keringat mereka mengalir, panas memang. Tapi melihat antusiasme Melody; sebutan unik dan manis untuk penggemar BTOB, membuat mereka semakin menaikan gelora semangatnya.

Sungjae, maknae durhaka namun disayang semua anggota BTOB—kecuali Sami, mencubit secara sengaja perut Changsub, lalu nyengir onta, tidak bersalah. Sudah biasa. Bagi mereka aksi panggung tidak mesti serius. Seperti Minhyuk, hyung kedua, mengedipkan sebelah mata yang lantas dapat pekikan histeris dari Melody, tidak lupa aegyo mautnya ia keluarkan.

Hanya yang sedang serius di sini sang leader Seo Eunkwang, Il Hoon bersama Peniel. Berbeda dengan dua maknae line yang memang benar-benar serius, Eunkwang sebetulnya sedang menghafal lirik lagu bagiannya. Satu dua lirik Eunkwang terkadang lupa. Faktor umur, maklum.

Karena terkesan serius, Eunkwang terlihat cool, namun tidak merusak kesan cute pada wajahnya.

Lalu Hyunsik, sejak tadi senyum-senyum tidak jelas karena memergoki Changsub dan Sungjae bercanda. Meski begitu, mereka tetap bernyanyi. Profesional mereka bersama anggota lain tidak dapat terelakkan.

Di pertengahan lagu, Changsub melirik Peniel secara mencurigakan, gerakannya ambigu. Perlahan mendekat, ketika Peniel menunduk—karena memang koreografinya, tangan kiri Changsub mulai mendarat di kepala Peniel, lalu mengerakan tangannya memutar, bagai Disc Jockey sedang memutar piringan hitam.

Melihat itu, sudut bibir Sungjae muncul, memiliki rencana dalam otak cerdasnya untuk menjahili Peniel juga. Sebelum niatnya dilaksanakan, pupil mata Sungjae membulat.

Peniel mendorong Changsub!

Semua penonton hanya fokus pada Il Hoon, karena pria itu memang sedang menyanyikan lirik bagian rapnya di posisi paling depan.

Changsub tidak terjatuh pasca dorongan dari Peniel, toh Peniel hanya mendorong bagian pundaknya. Tapi yang menjadi heran, raut wajah Peniel ketika mendorong Changsub mengilatkan ketidak sukaan, seolah dia sedang memperingati Changsub untuk tidak melakukan kejahilan semacam itu lagi.

Tidah tahu, ini hanya perasaan Changsub saja atau memang benar Peniel tidak menyukai tindakan dirinya tadi? Tapi, ini bukan yang pertama kali, kan? Changsub sering menggosok kepala Peniel. Menurutnya, kepala plontos Peunni terlihat menggemaskan.

"Hyung, tidak apa?" bisik Sungjae. Kebetulan, koreografi mengharuskan dirinya berposisi di samping Changsub.

"Maksudmu?" Changsub pura-pura tidak mengerti, dia kembali tersenyum pada arah penonton, memakan fakta apa yang barusan terjadi.

Merasa bahwa Changsub hyungnya tidak memedulikan perbuatan tak biasa dari Peniel, Sungjae memilih tidak memperjelas pertanyaannya.

Sungjae mengeluarkan suara berliannya lagi, menyanyikan lirik lagu. Saat itu pun, dia masih dapat bertindak 'iseng'. Lihat saja, si maknae paling muda ini menyengguk kepalanya pada Changsub.

Mulanya wajah Changsub derp, namun pria berpipi mochi itu tertawa juga karena aksi tidak masuk akal Sungjae, yang berhasil membuat sensasi geli di tepi lehernya.

Sampai pertunjukan selesai, Sungjae masih menggoda Changsub. Menurut Yook maknae, iseng membuat bahagia, menghilangkan stres dan memudarkan rasa lelah.

"Hyung, kalau aku perhatikan kau mirip Sami," ungkap Sungjae, pada Changsub sembari memasuki ruang istirahat.

"Mirip Sami?" ulang Changsub, berpikir dari mana sisi mirip Sami? Secara fisik kulit Changsub putih, tidak berbulu. Changsub dua kali lipat lebih tampan. Lagipula Sami betina, masa mau dibilang sama tampannya dengan Changsub?

Sungjae duduk di kursi, sebelah Minhyuk yang sedang mengambil cup minuman di meja.

"Hm, mirip sekali. Sama-sama gendut."

"Yaak, dasar Yook Bocah!" Tidak terima, Changsub menghampiri Sungjae.

Baru ingin memberi Yook sedikit jurus air liur, Minhyuk sudah menegur; dirinya tidak sengaja melihat Changsub memasukkan empat jari sekaligus ke dalam mulut.

"Ingat umur, Subie. Jangan jorok,"

Muram wajah Changsub seketika. Dia mojok, sementara Sungjae tertawa keras. Kelakuan dua makhluk itu benar-benar tidak boleh ditiru.

Di luar hujan deras. Saat lima anggota beristirahat, Peniel menuju jendela. Membuka tirainya dan menatap hujan. Kalau dipikir, kasihan juga air yang turun dari langit. Apa mereka tidak sakit karena jatuh dari ketinggian? Isi kepala Peniel dipenuhi pertanyaan semacam itu.

Eunkwang memasuki ruangan setelah beres pada urusan tidak tertahankan di kamar mandi. Alih-alih ingin duduk, Eunkwang menghampiri Peniel yang sendirian di depan jendela, memunggungi.

"Donggeun?" Eunkwang menepuk sekali pundak Peniel, menyebut nama Korea pria berbadan kekar itu.

Peniel tidak terkejut, bahkan ia tidak menoleh dari hujan.

"Kau kenapa?" tanya Eunkwang. Detik selanjutnya Eunkwang sadar, ia lupa kalau ada kalanya seseorang tidak akan menjawab pertanyaan seperti itu.

"Uhm, kau tidak istirahat?" tanya Eunkwang lagi, sebetulnya ingin meralat pertanyaan pertamanya.

"Tidak." jawab Peniel, kemudian menoleh Eunkwang. "Menurut Hyung, kenapa hujan selalu terdengar menyedihkan?"

"Hah?" alisnya bertaut, Eunkwang mencoba mencerna pertanyaan Peniel.

"Lupakan saja," tukas Peniel yang juga mampu menukas pemikiran Eunkwang.

Ya ampun, ada apa dengan Peuni-nya? Nada bersama aura Peniel tidak biasa saat ini.

Eunkwang masih bergeming di posisi yang sama, hanya kepalanya saja yang memutar. Kedua mata terus mengikuti Peniel melangkah, keluar dari ruangan.

•••

Siang itu, tidak ada yang berani bicara satu kalimat di hadapan Peniel. Jangankan satu kalimat, satu kata saja tidak berani. Tiga orang pria dalam dorm bungkam, takut kalau Peniel akan semakin marah. Bukan tanpa alasan memang. Tentu saja, siapa yang tidak marah telurnya digoreng?

Dan sekarang, kesejahteraan perut Sami pun menjadi ancaman. Peniel mogok memberi makan Sami. Kucing berwarna rumit itu sudah berguling ke sana ke mari. Jika bukan ditakdirkan sebagai kucing, mungkin dirinya sudah menunjukkan aegyo termanisnya. Barangkali bisa mengalahkan aegyonya Minhyuk, lalu Peniel mau berbaik hati memberikan makan.

Sungjae melihat Sami iba. Bukannya tidak mau menggantikan Peniel memberi Sami makan. Masalahnya, si genit Sami hanya ingin diberi makan oleh Peniel. Percuma jika Sungjae yang memberi makan, pasti Sami tidak mau memakannya. Melihatnya juga tidak. Ahh... Sungjae dilema, sungguh.

"Kapan ini berakhir?" Changsub berbisik, pada Eunkwang yang masih setia menatap layar tipis smartphonenya.

"Tunggu, aku sedang mencari tahu," sahut Eunkwang, ikut berbisik.

Mendengar kasak-kusuk dari belakang, Peniel menoleh arah dua hyungnya. Kedua mata Peniel seakan mengeluarkan aliran listrik, membuat Changsub tegang.

Bukan hanya Changsub, Eunkwang sampai beralih dari ponselnya karena merasa tersetrum. Ini tidak berlebihan, faktanya memang begitu.

"Membicarakanku, ya?"

"Ah?"

Changsub bersama Eunkwang melontarkan suara aneh bersamaan. Mereka bingung, saling menggaruk. Mungkin terlihat konyol, tapi mereka benar-benar saling menggaruk. Changsub menggaruk paha Eunkwang yang terbalut celana jeans. Dan Eunkwang menggaruk lengan Changsub.

"Kalau membicarakan orang di depannya langsung, jangan di belakang. Tidak gentle."

Hanya melongo tanggapan dari dua hyung yang duduk bersebelahan. Mereka tidak percaya pada apa yang baru Peniel katakan.

"Shin Peniel berubah." Changsub berbisik lagi pada Eunkwang, setelah Peniel kembali menonton televisi.

"Peniel kita... apa dia sedang menstruasi hari ini?" Eunkwang menatap layar tipisnya seperti tadi, bertanya hal yang membuat Changsub mendengus.

"Hyung kira itu candaan lucu?"

"Kau pikir aku sedang bercanda?" tanya Eunkwang balik, menaikkan salah satu alisnya, namun mata tetap fokus pada ponsel.

Changsub tidak menjawab. Matanya menelusuri satu per satu anggota. Sami, masih setia menunjukkan geliat ala kucing di karpet pada Peniel. Lupakan bahwa dia bukan anggota Beat dan belum pernah bernyanyi di atas panggung, tetap saja Sami bagian dari keluarga BTOB. Lalu Sungjae, yang meratapi nasib Sami.

Hyunsik bersama Il Hoon dan Minhyuk memilih tidur di sofa seperti ikan peda yang sedang dijemur. Mereka lelah sehabis mendengarkan amarah Peniel tentang telur. Changsub sempat berpikir, tiga anggotanya pasti tidak nyaman tidur berdempetan.

Terakhir, mata Changsub berhenti pada Peniel yang hanya kelihatan punggungnya. Keadaan tidak menyenyangkan ini sudah berlangsung satu jam. Tidak tahu apa yang harus dilakukan agar keadaan kembali normal, dan Sami bisa makan. Yah... Changsub kasihan juga pada Sami. Terlebih majikannya tidak dapat berbuat apa-apa.

"Aku tahu! Aku tahu!"

Kehebohan Eunkwang sontak membuat Changsub menoleh. Sungjae juga melakukan hal yang sama. Bedanya, dia harus memutar posisi duduk untuk melihat Eunkwang, terpaksa beralih pandang dari Sami yang terlihat menyedihkan. Sampai-sampai, Minhyuk jatuh telungkup, karena Hyunsik tidak sengaja menendang bokongnya.

"Auhh...." Minhyuk berusaha membuka mata, sebelah tangannya memegang bagian bokong yang tertendang Hyunsik; terasa nyeri.

"Tahu apa sih, Hyung?" Changsub sudah penasaran, tidak sama sekali menghiraukan suara barusan.

'Brukkk'

"Ahahaha!"

Lalu suara gaduh kedua yang berhasil membuat perhatian Changsub teralih. Eunkwang sampai tidak jadi menjawab pertanyaan Changsub. Semua melihat arah siapa yang sudah membuat dorm bergetar. Kecuali Peniel, dia tidak mau melepas pandangan dari televisi, sengaja mengabaikan suara gaduh yang tertangkap dalam pendengarannya. Masa bodoh, Peniel sedang marah.

"Hyunsik, kau tidak apa-apa?" Eunkwang yang melihat Hyunsik meringis, bertanya demikian.

"Sakit," jawabnya. Tak main-main, sepertinya ada benjolan sebesar telur Peniel yang digoreng Sungjae pada kepalanya.

"Karma memang tidak pernah salah." Minhyuk tertawa lagi. Tentu mengejek orang yang lebih dahulu membuat dirinya jatuh.

Hyunsik tidak mengindahkan perkataan Minhyuk. Dia melirik Il Hoon, tersangka yang telah membuat kepalanya benjol terkena ubin dengan dorongan maut yang entah dari mana Il Hoon dapatkan.

"Hei Il Hoon, bangun! Tanggung jawab, kau sudah menciptakan telur di kepalaku!" Hyunsik yang tidak terima, mengguncangkan tubuh Il Hoon yang sedikit berisi. Ahh, pria yang lebih muda darinya ini pasti makan dengan baik, kan?

"Berisik! Tidak bisa tenang, ya?!"

Tersentak, seketika seolah ada hening cipta. Tawa Minhyuk menghilang, senyum Changsub bersama Eunkwang yang menyaksikan Hyunsik meringis lenyap, kesunyian telah melahap kebisingan.

Peniel beranjak, lalu masuk ke dalam kamarnya. Tidak lupa menutup pintu dengan sedikit... tidak. Bukan sedikit. Tapi sangat keras. Dorm kembali bergetar rasanya.

"Oh, Shin Donggeun masih marah?" tanya Minhyuk. Entah pada siapa, dan siapa saja yang bersedia menjawab pertanyaannya.

"Peniel pendiam. Kalau marah menyeramkan," gumam Hyunsik, dia bahkan sampai lupa kalau barusan sempat meminta pertanggung jawaban Il Hoon mengenai kepalanya yang bertelur. Bukan, maksud di sini, benjol.

Il Hoon sendiri baru sadar dari tidurnya, karena suara pintu yang nyaris menulikan telinga. Ya ampun.

"Masih masalah telur?" kini Il Hoon yang baru beranjak dari baring bertanya. Ia duduk, melihat anggota yang tersisa di ruang tengah ini.

"Hum...." Sungjae bergumam, sebagai tanggapan.

Sami yang barusan ketakutan karena suara pintu, melarikan diri ke arah Sungjae. Sepertinya Sungjae harus berterimakasih pada Peniel yang telah menutup pintu memakai kekuatan super. Sami jadi kembali pada gendongan majikannya. Lagipula, kenapa Sami begitu keletah pada Peniel? Heran. Biasanya menempelnya pada Hyunsik.

Apa mungkin, karena akhir-akhir ini Peniel yang memberikannya makan? Entahlah. Sungjae tidak mau memikirkan itu lagi.

"Yook sih, main goreng telurnya Peniel." celetuk Hyunsik.

"Tanpa izin pemilik," tambah Il Hoon.

"Pecah, goreng, nyess, langsung disuruh makan lagi Peniel nya." sambung Minhyuk, mengingat betapa lucunya pagi tadi. Tapi siapa sangka, kelucuan bagi mereka, justru menjadi bumerang? Peniel benar-benar marah.

Sungjae sudah merengut. Kemudian meminta pembelaan dari Changsub dan Eunkwang dari tatapannya. Astaga, Yook Sungjae, kenapa terlihat imut begitu? Changsub ingin mengakui, tapi gengsi. Changsub selalu bilang dirinya yang imut. Ganteng. Rupawan. Tak tertandingi. Paling tidak dia harus konsisten pada perkataan yang keluar dari mulut sendiri.

"Sungjae bermaksud baik. Hanya tidak mau telur Peniel busuk," sela Changsub. Memberi pembelaan yang diinginkan Sungjae.

"Tapi itu membuat Peniel marah. Telur dengan gambar wajah Peniel pemberian Il Hoon. Dia berniat menyimpannya."

Kalimat Eunkwang membuat Sungjae tertunduk rengsa. Hanya bisa melihat bulu-bulu Sami yang sekarang nyaman tertidur, di pangkuannya.

"Aih, Hyung...." Changsub menegur, kemudian menunjuk Sungjae menggunakan dagu.

"Ah, maaf. Sudah tidak masalah. Sekarang aku tahu, kenapa Peniel begitu sensitif hari ini. Bukankah sikap Peniel yang menurut kita aneh sudah terjadi sejak dua hari belakangan?"

Changsub mengangguk, membenarkan. Ia tentu masih ingat saat Peniel mengguratkan garis wajah peringatan di atas stage. Padahal sebelumnya tidak pernah begitu.

"Lalu apa yang kau tahu, Kwang-ie? Jangan bertele-tele, kebiasaan." Minhyuk dengan bibir tipisnya mengeluarkan kalimat teguran.

Dalam waktu satu menit, Eunkwang sudah dapat teguran dua kali dari orang yang berbeda.

"Iya-iya," balas Eunkwang, dia melihat layar ponselnya sejenak.

"Peniel begitu, karena memiliki golongan darah AB!" seru Eunkwang, hampir membuat jantung Changsub lepas dari tempatnya, dan Sami nyaris terbangun.

"Apa?" Hyunsik tidak mengerti. Dirinya tidak bisa berpikir. Jangan-jangan, ini efek kepalanya benjol? Bagaimana jika Hyunsik kehilangan setengah kepintarannya? Hyunsik mulai was-was pada pemikiran tidak masuk akal yang ia ciptakan sendiri.

"Hubungannya sama Peniel yang sedang merajuk, dan golongan darah itu apa, Kwang-ie?" Minhyuk juga tampak tidak paham. Saat inilah Hyunsik merasa lega, bukan hanya dirinya yang tidak paham. Ternyata tidak ada sangkut paut dengan kepintaran. Eunkwang saja yang bicaranya belum jelas.

"Ya itu, karena golongan darahnya AB, Peniel sensitif. Kelakuannya tidak mudah ditebak. Dia juga pernah menarik diri dan tidak mau berkumpul bersama kita, 'kan? Suasana hatinya bisa memburuk, bisa juga jadi membaik secara mendadak." jelas Eunkwang, raut wajah seriusnya tidak biasa dalam penglihatan lima anggota lain.

"Intinya, Hyung merasa kelakuan Peniel ini berhubungan dengan golongan darah? Jadi, sejak tadi Eunkwang Hyung mencari tahu tentang itu?" tanya Changsub, tidak mengira.

Eunkwang membenarkan, "Nah, langkah selanjutnya, kita harus membuat suasana hati Peniel kembali." putus Eunkwang.

"Tapi itu mitos, Hyung." Sungjae angkat bicara, setelah sesi menjadi pendengar yang baik dia lakukan barusan.

"Betul!" Il Hoon setuju pada pendapat Sungjae. "Mana ada tingkah seseorang dilihat dari golongan darah? Secara umum tabiat terbentuk dari lingkungan dan seberapa besar tekanan terhadap orang itu."

Il Hoon yang pandai bicara mulai membuat pertahanan Eunkwang goyah, ia jadi meragukan pendapatnya sendiri tentang golongan darah AB yang membuat Peniel sensitif belakangan ini.

"Tidak ada salahnya juga mencoba," kata Hyunsik, lalu mengguratkan senyum sehingga matanya berbentuk bulan sabit. "Ingat tidak, tentang kejadian sepatu?"

Pertanyaan Hyunsik membangkitkan memori lama, semua anggota menetapkan pandangan pada composer jenius ini.

"Il Hoon bersama Eunkwang Hyung pamer sepatu, sampai kaki dinaikin ke meja," sambung Hyunsik.

"Itu bukan pamer." Eunkwang mengelak, sama seperti Il Hoon.

"Iya, bukan pamer. Hanya menunjukkan sepatu putih kita. Ya, kan, Hyung?"

Eunkwang mengangguk keras mendapat pertanyaan dari Il Hoon.

"Sama saja kesannya pamer."

"Lalu Hyunsik Hyung apa? Hyung justru terang-terangan menunjukkan sepatu Hyung ke kamera," ingat Il Hoon, tidak mau kalah bicara kalau sudah begini.

"Itu kan...." mendadak Hyunsik merasa tersudut, dia tidak bisa menuntaskan kalimat.

"Kok kalian jadi berdebat? Terus ini bagaimana?" Minhyuk sudah tidak sabar, perkataan mereka berdua jadi tidak jelas tujuannya.

"Sebenarnya aku bukan mau membahas sepatu. Tapi membahas kejadian setelah Il Hoon bersama Eunkwang Hyung menaiki kaki ke meja." terang Hyunsik. Semua diam, mendengarkan Hyunsik sampai selesai bicara.

"Di meja itu, ada majalah. Gambarnya Changsub Hyung, ingat?"

"Bukan gambarku," kilah Changsub cepat, melipat tangan di dada.

"Waktu itu juga Hyung bilang begitu, tidak mau Il Hoon bersama Eunkwang Hyung merasa bersalah, karena tidak sengaja menginjak majalah bergambar Changsub Hyung. Benar tidak?"

"Di grup kita ada cenayang," celetuk Sungjae, terkekeh.

Sungjae juga memiliki ingatan tentang hari itu. Saat kamera off, Changsub terlihat shock melihat majalah bergambar dirinya terinjak sepatu Eunkwang dan Il Hoon. Mungkin mereka tidak menyadari sebelumnya. Namun raut wajah shock itu berganti cengengesan saat Eunkwang bersama Il Hoon meminta maaf. Dan dengan santainya Changsub berkata, 'tenang saja, itu bukan gambarku.'

"Lalu, maksudmu?" tanya Minhyuk, ingin segera sampai ke inti dari pernyataan Hyunsik.

"Maksudku, sikap Changsub Hyung terpengaruh karena golongan darahnya, kupikir begitu. Golongan darah Changsub Hyung O, dan jika sedang marah, Changsub Hyung tidak bisa marah secara langsung pada orang yang membuatnya emosi."

Changsub berpikir sejenak, sampai bola matanya terangkat ke atas. "Benarkah begitu?" Changsub sendiri tidak terlalu mempercayai hal tersebut. Harus diakui, terkadang Changsub menyembunyikan perasaan marah atau kesal. Tapi tak jarang dia menampilkannya. Seperti saat marah pada Sungjae, misalnya? Changsub langsung mengekspresikan raut wajah seakan ingin memakan Sungjae detik itu juga.

Ahh benar... Changsub memang bisa menampilkan amarah sewaktu-waktu, namun untuk marah secara langsung? Changsub bahkan pernah berpikir dua kali untuk itu.

"Sama seperti Kwang-ie yang mau marah, jatuhnya kaku." timpal Minhyuk, lalu tertawa disusul oleh Sungjae dan Hyunsik.

"Bedanya Eunkwang Hyung golongan darah A. Pemalu, dan selalu gugup jika tampil di hadapan publik." Hyunsik berkata setelah tawanya, dia sering membaca tentang keunikan pribadi golongan darah. Maka jangan heran jika Hyunsik sangat tahu.

"Kau juga memiliki golongan darah A, Sisik." Minhyuk mengingatkan. "Tapi kenapa kalau marah, kau tidak kaku seperti Kwang-ie?" candanya.

"Hyung juga terlihat jarang gugup seperti Eunkwang Hyung. Padahal Hyung juga golongan darah A, 'kan?"

"Oh, iya kah?"

Hyunsik mendatarkan wajahnya. "Minhyuk Hyung, Eunkwang Hyung, aku, dan Sungjae memiliki golongan darah yang sama."

"Benar, maka ingatkan aku selalu, oke?" cengir setelahnya, Minhyuk sama pelupanya seperti Eunkwang.

Eunkwang yang tadi sempat terdiam, menoleh Changsub. "Maafkan aku, ya?"

"Tentang sepatu? Haish, aku sudah bilang—"

"Kau memaafkanku?" potong Eunkwang.

Atmosfer mendadak dramatis bagi Changsub. Terlebih ucapan maknae nomor enam, Jung Il Hoon.

"Aku juga minta maaf Hyung. Aku tidak sengaja, tidak melihat ada majalah di meja waktu itu,"

"Iya, tidak apa. Aku tahu, kalian tidak sengaja. Sudahlah...." Changsub jadi bingung harus berkata apa lagi selain kalimat itu.

"Jadi, kita mulai menjalani misi? Rencana yang Eunkwang Hyung bilang?" tanya Sungjae, memecah atmosfer dramatis. Dia sangat suka sesuatu tentang misi!

"Hm, ayo kita buat Peniel kembali. Maksudku, mengembalikan suasana hati Peniel." balas Eunkwang.

•••

Peniel baru keluar dari kamar, dan sudah menarik napas ketika melihat beberapa baju berserakan di mana-mana, bungkus makanan instan serta camilan juga.

Ya ampun. Peniel tidak suka keadaan ini. Rasanya ia ingin cepat kembali ke atas panggung dan bernyanyi ketimbang hari libur namun melihat dorm seperti kandang kuda.

"I hate, i hate—"

"Aku bereskan," sambar Il Hoon, entah darimana, dia langsung memunguti baju kotor.

Peniel hanya mematung di posisinya. Tak lama Sungjae datang karena Il Hoon yang memanggil.

"Bersihkan bungkus camilan."

"Tolong?"

Il Hoon berdecak pelan. "Iya, tolong. Bersihkan."

Terpampang senyum Sungjae setelahnya. Sebagai anggota paling muda, dia mesti mendengar kalimat-kalimat yang sopan, bukan?

"Itu di sana. Yang di sana juga,"

"Yang di meja belum. Itu, di lantai juga ada."

"Di kolong meja, Yook."

"Palliwa, Sungjae-yaa.... "

"Iya, ini juga lagi dikerjain," pungkas Sungjae, tidak mau menerima kecerewetan Il Hoon. Dia melirik hyung nomor enam itu.

"Hyung sendiri kenapa diam? Bukannya lagi memunguti baju?"

Il Hoon melihat kedua tangannya yang terdapat baju kotor, lalu di hadapannya masih ada lagi. Kaos dan juga....

"Hei, siapa yang menaruh kolor dekat televisi?!" teriak Il Hoon.

Sementara Peniel berbalik, kembali masuk ke dalam kamar. Ia tidak mau ikut campur, suara berisik membuatnya pening.

"Celana dalam, Hyung. Jangan menggunakan bahasa kotor." Sungjae meralat, sok dewasa menurut Il Hoon. Sungjae juga sering berbicara kotor, pikirnya.

"Oh ya, sepertinya aku tahu celana itu. Punya Hyung, 'kan? Merek GUCCI." Mata Sungjae memicing, melihat tepat arah merek celana yang Il Hoon angkat tinggi-tinggi.

"Tidak, ini...." Il Hoon melihat celana yang dipegangnya kemudian.

Ya Tuhan... wajah Il Hoon memerah, terasa panas. Mungkin nanti malam Eunkwang bisa memasak egg soup di wajah Il Hoon tanpa kompor.

"Hyung yang mengganti celana dalam di depan televisi tadi, saking tidak mau melewatkan acara reality show." Sungjae berkata lagi, mengingatkan. Dia kembali fokus pada bersih-bersihnya.

Il Hoon langsung kabur ke arah kamar mandi, meninggalkan Sungjae yang tengah mati-matian menahan tawa. Hyungnya itu memalukan.

-

"Jangan sentuh, Sungjae!" pekik Il Hoon, refleks memukul punggung tangan Sungjae.

Meski tidak sakit, Sungjae mengelus punggung tangannya sendiri bekas pukulan Il Hoon. Bibirnya sudah maju seperti donal bebek.

Sungjae terus memperhatikan warna spidol yang dipakai Il Hoon, kedua matanya berbinar cerah.

"Hyung mau kapan memberikan telurnya?" tanya Sungjae, tangan kanan sudah menyentuh kembali spidol Il Hoon di pencil case, yang sengaja Il Hoon jadikan tempat spidol.

"Sungjae-yaa! Aku bilang jangan pegang. Tidak boleh pegang-pegang!"

"Pelit," cibir Sungjae, dan Il Hoon tidak peduli meski mendengar.

Sungjae jadi penasaran, apa orang yang memiliki golongan darah B semua bersifat pelit?

"Lalu jawab pertanyaanku, Hyung mau kapan memberikan telur itu pada Peniel Hyung?"

"Tunggu intruksi Eunkwang Hyung. Ini kan idenya," sahut Il Hoon, matanya menjaga-jaga, guna tangan Sungjae tidak menyentuh spidolnya lagi.

"Setelah ini, kau jangan ulangi perbuatanmu seperti tadi pagi. Aku tidak mau mengulang menggambar telur, dan Eunkwang Hyung juga tidak akan mau membeli telurnya kalau kau masih iseng lagi menggoreng telur Peniel Hyung."

"Aku tidak iseng, Hyung. Aku hanya memikirkan nasib telur itu kalau tidak dimasak,"

Il Hoon menghembuskan napas pelan. "Iya, tapi tidak berlaku untuk Peniel Hyung. Jangan lakukan lagi." tegasnya, dan Sungjae hanya mengangguk sekali, tanda paham.


•••


Lantai bersih mengkilap pagi ini, hal tidak biasa yang dilihat Peniel. Tadi juga lantai kamar mandi sama bersihnya. Tidak ada sabun berceceran, juga pasta gigi menempel di dinding keramik.

Peniel sudah siap pergi untuk kembali beraktivitas setelah libur kemarin. Menunggu anggota lain, Peniel memilih duduk di hadapan televisi.

Jika diteliti, televisi juga tidak berdebu. Jadi, siapa anggota yang pagi-pagi sudah rajin membersihkan dorm?

"Hei, Man! Kau sudah rapih? Uhm, aromamu juga harum," goda Minhyuk, kemudian duduk di samping Peniel.

"Hyung," sebut Peniel, dia ingin bertanya tentang kebersihan dorm pagi ini, tapi....

"Apa, hm? Eh ya, kau sudah sarapan?"

Tidak jadi. Peniel mengurungkan niat untuk bertanya. Dia menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Minhyuk.

"Pagi ini kita sarapan roti, aku ambilkan untukmu." Minhyuk berdiri, membenarkan sebentar kemeja putihnya.

"Kemana yang lain, Hyung?"

Akhirnya, hanya pertanyaan itu yang terlontar dari Peniel, setelah berpikir.

Minhyuk urung berjalan untuk mengambil roti.

"Yang lain?" Minhyuk justru bertanya ulang, lalu matanya mengedar ke arah ruang tengah dorm ini.

"Hyung sedang apa?" Peniel bingung, menatap tidak mengerti Minhyuk.

"Mereka tidak ada di sini," beritahu Minhyuk, memakukan pandangannya pada Peniel yang terlihat menghela napas kasar.

Tentu saja tidak ada di sini. Kalau ada aku tidak bertanya di mana mereka.

"Hahaha...." tawa Minhyuk pecah, "Peunni, aku bercanda, kau ini. Wajahmu serius sekali."

Peniel hanya menanggapi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Mereka ada di... nah, itu mereka," ujar Minhyuk, secara gamblang mengacungkan jari telunjuk ke arah lima orang yang berjalan dari ruang pakaian khusus dengan gaya masing-masing.

Sungjae mengusap dagunya, Eunkwang dengan kedua mata tajam melirik arah dinding, seakan dinding tersebut kaca; menampilkan dirinya yang tampan seraya menyibak rambut ke belakang.

Tidak perlu dipaparkan lagi tiga orang lainnya, karena gaya mereka sungguh aneh. Padahal tidak ada kamera di sini, seharusnya mereka tidak tebar daya pikat, 'kan? Tapi itulah mereka. Ada maupun tidak adanya kamera, kelakuan sungguh diluar perkiraan.

Peniel ikut beranjak, berposisi di sebelah Minhyuk, menunggu lima orang yang berjalan secara slow motion itu mendekat. Mungkin jika di terminal, mereka akan ketinggalan bus. Lama sekali.

"Penniel Brother!" Sungjae secara sok dekat; meski mereka memang dekat, merangkul pundak Peniel sembarang.

"Kita jadi ke lokasi photoshoot, 'kan?"

Pertanyaan Peniel membuat Sungjae melepas rangkulannya, merasa Peniel bernada serius dan tidak menanggapi kalimat bahasanya barusan. Asal tahu saja, Sungjae berusaha belajar mengucapkan kata 'brother' dengan benar semalaman hanya untuk menyapa Peniel pagi ini.

"Tentu saja." Il Hoon yang menyahut, kemudian menggeser posisi Sungjae, guna dirinya bisa di hadapan Peniel. "Ini, aku berikan telur yang baru. Ada gambar wajah Hyung juga, sama seperti telur sebelumnya."

Melihat telur yang Il Hoon berikan, Peniel tidak langsung mengambilnya. Dia melihat satu per satu anggota bergantian, tidak tahu dengan ekspresi apa. Peniel memang tidak mudah terbaca.

"Hyung... kau tidak suka, ya?" tanya Il Hoon, hati-hati.

Perlahan, Peniel mengambil telur dari tangan Il Hoon yang sudah terulur sejak tadi.

"Aku suka," jawab Peniel, matanya berkedip-kedip, antara terharu dan ingin tertawa karena gambar wajah Peniel di cangkang telur. Rambutnya kenapa berwarna merah muda? Sedikit berbeda dari sebelumnya yang berwarna hijau. Namun Peniel tetap menyukainya, serius.

"Hyung, maafkan aku. Aku tidak akan menggoreng telurmu lagi, prom ice." Sungjae mengangkat telapak tangannya tinggi, berkata bahasa Inggris lagi meski dirinya tidak yakin, benar atau tidak kata yang sebetulnya ingin dilontarkan 'promise' barusan.

"Gwaenchana, aku sudah melupakannya."

Suara tepuk tangan Eunkwang mengalihkan perhatian semuanya. Pria itu tersenyum sumringah untuk beberapa detik.

"Baguslah, Peniel sudah kembali. Maafkan tingkah menjengkelkan kami, ya?"

"Hm, aku juga sepertinya harus meminta maaf. Aku telah jahil padamu waktu itu. Aku tidak akan memegang kepalamu lagi," tambah Changsub.

"Ah, tidak. Kenapa mendadak banyak yang meminta maaf? Tidak masalah jika Changsub Hyung mau memegang kepalaku. Aku menyukainya. Kalian juga tidak menjengkelkan, menurutku kalian mood booster. Jangan membuatku tidak enak seperti ini...." Peniel menunduk, melihat lantai yang putihnya nyaris seperti kulit Changsub.

Eunkwang tertawa, memecah kecanggungan. Entah apa yang dia tertawakan.

"Kemarin kami hampir tidak tahu harus berbuat apa, ketika kau bertingkah tidak biasa. Sekarang kami akan lebih memahami dirimu, hm? Sekarang, ayo kita berangkat." ajak Eunkwang.

"Thank you, i will also understand you all more."

Hanya mengangguk sekali, Eunkwang tidak memiliki kata yang tepat untuk membalas perkataan Peniel. Yang pasti, kini maknae nomor lima dalam anggota Beat ini bisa kembali tersenyum. Itu sudah cukup.

Sungjae lebih dulu melangkah keluar, seakan memandu hyung-hyungnya. Padahal, diam-diam dia mengambil ponsel dari saku, untuk menerjemahkan kalimat Peniel barusan. Dasar Yook.

Changsub berjalan di belakang Sungjae, disusul oleh Il Hoon dan Minhyuk. Ahm... Sepertinya, Minhyuk lupa kalau dia mau mengambil roti untuk Peniel. Biarkan saja, paling di mobil baru ingat.

Peniel menaruh telur pemberian Il Hoon di kamar, sebelum keluar dari dorm bersama Eunkwang juga Hyunsik yang sedari tadi memilih diam.

Meski tidak ikut dalam percakapan barusan, dalam hati, Hyunsik mempelajari sesuatu hari ini. Ada masanya, kita mesti memahami orang lain. Ini bukan suatu pemikiran sempit. Karena jika kita mampu memahami orang lain, berarti kita juga bisa memahami diri sendiri.

.
.
.

Selesai ~

Telurnya Peniel yang digoreng Sungjae 😂

And the last... majalah dengan gambar Lee Changsub. Jangan pertanyakan iya atau bukan itu Changsub, karena si Mochi sendiri bilang bukan gambarnya, ng....

Maafkan imajinasi author yang terinspirasi dari telur dan majalah. Maaf juga, belum bisa menghilangkan Seo Eunkwang dalam ffku, meski hanya sementara. Hahay :v

Semangat wamilnya Seolight!

Tunggu one shoot Born To Beat lainnya ya, Melodies...

November is Birthday, Seo Eunkwang & Lee Minhyuk.

Eka oppa udah duluan yaa, tapi happy birthday untuk kesekian kalinya. Semoga tetap sehat di sana my dear ~

Today 💙 jangan pernah berhenti mendukung Beat, Melody!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro