Nan Gwaenchana

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Aku baik-baik saja', nyatanya tidak selancar keluar dari mulutmu. Kemarin siang, kau terlihat murung sendirian. Halaman belakang kampus menjadi saksinya, bagaimana dirimu duduk di bangku besi berkarat sebagai teman.

Siang ini, kau kembali duduk di tempat serupa, dengan pandangan tiada kehidupan. Namun, wajahmu menjelma berseri secara cepat, kala laki-laki yang tak terduga kehadirannya mendekat. Dia tersenyum, dan kau membalas dengan senyum yang sama; ramah, penuh kehangatan. Tidak peduli berapa banyak sesak di hatimu, kau tidak bisa hanya diam jika diberi ukiran indah begitu.

Mengambil duduk di sampingmu, dia, Im Hyunsik. Kau mengenalnya sebagai teman yang baik, tapi sebaik apa pun Im Hyunsik, kau tidak pernah bisa mengeluarkan keluh kesah, menceritakan kegelisahan, atau rasa sakitmu. Selalu ada kata 'aku baik-baik saja', acap kali Hyunsik bertanya mengenai keadaanmu. Seperti sekarang. Kata sama lagi menjadi jawaban ketika Hyunsik menanyakan perihal dirimu.

"Aku bosan." Hyunsik bernada ketus kemudian, berbeda dari apa yang barusan kau dengar; suara lembutnya.

"Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa.  Apa menurutmu, itu bisa membantumu keluar dari masalah? Aku bosan padamu yang terus mengatakan omong kosong."

Tanggapanmu hanya membuka sedikit bibir, tidak sangka bahwa mendapat tembakan mematikan.

"Apa pernah kau merasa bahwa ada seseorang yang mengharapkan sekali saja, kau mengatakan suasana hatimu sedang buruk? Aku, ingin mendengar itu, lalu cerita di baliknya. Supaya aku bisa tahu. Jika pada akhirnya kau sudah menceritakan semua, dan aku tidak dapat membantu apa-apa, aku bisa menghiburmu, setidaknya." Im Hyunsik tidak bisa mengendalikan diri lagi. Berkalimat panjang lebar tentu langka baginya.

"Mengapa kau membuatku seperti orang bodoh? Aku cuma bisa diam ketika kau murung, sendirian. Aku harus percaya bahwa kau baik-baik saja hanya karena kau yang mengatakannya. Wae?"

"Lalu menurutmu, aku harus bagaimana? Menceritakan kesedihanku, dan kau melihat kelemahanku?" Kau mendecit, ada rasa pahit di mulut yang membuatmu lantas membuang muka.

"Kenapa tidak, hm? Seseorang membutuhkan teman sekiranya satu untuk mendengarkan. Kau menganggapku temanmu, 'kan? Malah jika kau pendam sendirian bebanmu, itu terlihat menyedihkan."

Kau mulai menitikan air mata tanpa berniat, entah karena terlalu jengkel atas penekanan Hyunsik, atau kau sudah tidak mampu menahan gejolak bising yang terus menguntit dari dalam. Wajahmu tertutup oleh kedua tangan sesaat isakmu kian kencang.

Hyunsik menarik tubuh rapuhmu perlahan ke dalam pelukan. Kau menangis di dadanya, tanpa memikirkan malu.

"Aku tidak baik-baik saja, Oppa. Aku tidak baik-baik saja...."

Dikucilkan, direndahkan, tidak dianggap. Dari banyaknya hal negatif yang kau lalui, kau menemukan seseorang yang bisa menerimamu apa adanya, tanpa mengabaikanmu. Dia, Im Hyunsik.

Hyunsik menepuk-nepuk punggungmu. Mungkin kau belum sanggup menceritakan detail mengapa bisa terluka sampai sedalam ini, tapi kau sudah punya keberanian mengatakan hal berbeda, suatu kebenaran; aku tidak baik-baik saja.

Sebab terkadang, menceritakan masalah personal kepada orang di luar diri tidak semudah membalik telapak tangan. Meski bertanya berulang kali perihal apa kabarmu, masih ada orang-orang yang harus menutupi masalahnya demi alasan 'tidak mau membebani orang lain'. Hyunsik paham.

Hanya saja, semakin banyak yang kau tutupi, semakin mudah kau merasa kesepian, dan mulai berpikir tidak ada yang memahami dirimu.

.
.
.

Selesai ~

Iyaa, aku tahu ini sangat singkat dan... begitu krik. Hahaha. Jadi gaes, ini tuh drable hasil latihan menulis fanfict di komunitas menulisnya daku. Padahal mah disuruh one shoot. Syaratnya gimana, hasilnya gimana. Dasar aku:"
Yah, intinya gitu, daripada mengendap jadi jamur di notes, aku alihkan ke sini. Huehehe. Sekalian kasih mark.

Dedikasi untuk Komunitas Cinta Menulis
April, 2020.

Sampai jumpa lagi, Melodies!


Pstt, ada salam dari dia :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro