Potion Mission Misdirection

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

| Teenfiction | Supernatural |

|| Duel - Turnamen NPC 2020 ||

:Tema:
You fell in love with your classmate and tried to conjure him with love potion

---***---

| E-Jazzy | 480 words |

Lilac yang troublemaker dan langganan kena damprat para guru, jatuh cinta pada ketua kelasnya yang super pintar, necis, dan berbudi pekerti luhur. Lantaran merasa mustahil bakal dilirik oleh sang pujaan hati, Lilac mencari jalan pintas.

Jalan pintas itu turun dari langit, geplak! begitu saja ke atas kepalanya saat Lilac tengah menjalani rutinitas bolos hariannya: molor di bawah pohon ketapang. Sebuah buku mendarat tepat di atas ubun-ubunnya, bersampul kuning sewarna kulit pisang dengan jilidan yang hampir lepas.

"Panduan Untuk Penyihir Level Lanjutan," baca Lilac. Dia membalikkan buku tersebut dan membaca lagi, "Diskon 50% untuk 30 pembeli pertama."

Lilac membuka-buka halamannya dan menelaah daftar isi. Punggungnya menegak saat mendapati tulisan 'ramuan cinta ampuh'.

"Aman dikonsumsi untuk anak 13-17 tahun," baca gadis itu sambil mendenguskan tawa meremehkan. Dia bangkit dari posisi leyeh-leyehnya di bawah pohon, lantas berjalan menuju gedung sekolahnya sambil terus membaca, "Baca aturan pakai. Dianjurkan dengan konsultasi kepada tabib lebih dulu. Ha-ha-ha, omong kosong!"

Gadis itu berbelok ke lab kimia yang kosong. Dengan buku terbuka di atas meja, Lilac mempersiapkan beberapa tabung reaksi.

"Ramuan cinta—yang benar saja!"

Tangannya menepuk nyamuk yang tengah sial melewatinya, lalu mencemplungkannya ke dalam tabung. Gadis itu memanaskan air, pergi ke luar untuk mencari cacing tanah, memetik beberapa dedaunan, dan kembali lagi untuk melihat isi buku.

"Bahan-bahannya bikin jijik," komentar Lilac seraya bergedik dan mencampur semua bahan yang didapatnya. "Masa ramuan cinta begini?!"

Lilac mulai mengaduk ramuannya bersama sehelai rambutnya.

"Jijik, ih, kalau Alfred beneran minum ini!"

Lilac mencampurkan ramuannya yang berasap pekat dan berwarna hijau lengket ke dalam botol air mineral yang baru dibelinya tadi pagi.

"Aku, 'kan, tidak seputus asa itu sampai main pelet ke doi."

Cairan hijau itu segera menyatu tanpa warna dalam air mineral kemasan.

"Tapi, layak dicoba," dendangnya. Lilac pun mencari Alfred di tengah lapangan basket, di antara kerumunan anak kelas X di jam olahraga yang tak diawasi guru.

"Alf—"

"Minta minum, dong, Lak!" Salah satu cowok yang sering menemani Lilac membolos menghampirinya dan mencoba menyambar botol airnya.

"Nggak! Ini buat Alfred!"

Lilac mengangkat botol airnya ke atas kepala, menjauhkannya dari jangkauan temannya, tetapi cowok lain yang tak kalah berkeringatnya merebut botol air dari tangan Lilac.

"Makasih, Lak! Memang paling pengertian lo jadi teman!"

Tutup telah di buka, botol dimiringkan, satu bibir dimonyongkan, dan air nyaris tertumpah ke dalam kerongkongannya. Lilac tak punya pilihan selain menggunakan tendangan maut yang dipelajarinya di ekskul taekwondo—satu-satunya kegiatan sekolah yang Lilac rajin hadiri.

Cowok itu terbatuk dan terjengkal menerima serangan. Botol air kembali ke tangan Lilac.

"Hampir!" Lilac berseru letih. Peluh mengaliri pelipisnya. Teriknya sinar matahari mendorong tangan gadis itu untuk mendekatkan botol airnya ke mulutnya sendiri.

Dan, glek!

"ANJIR!" Lilac berteriak histeris di tengah lapangan, menarik perhatian teman-teman sekelasnya, termasuk Alfred.

Lilac berlari kembali ke dalam gedung sekolah, tetapi langkahnya terhenti di depan kaca jendela. Tanpa memedulikan tatapan aneh siswa-siswi di sekitarnya, Lilac mengedip genit pada refleksi dirinya sendiri. "Oh, halo, Cantik!"

Sedikit komentar kalian amat berarti untuk saya; dan,
Menekan bintang di bawah ini takkan membuat Anda sekalian kehilangan jari '-')/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro