Past Future Interview

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

| Science-fiction | Comedy |

Barusan diikutkan lomba cerpen Scifi

Tapi nda menang again (* ̄︶ ̄*)

Setidaknya, dapat sertifikat kece

|| E-Jazzy | 1691 words ||

"Jadi, bagaimana perasaan Anda setelah mengetahui bahwa di masa depan, umat manusia telah menemukan mesin waktu dan membuat wormhole sendiri di rumah masing-masing?"

"Ya, ya, hebat—tunggu, siapa kau tadi?"

"Cucu dari cucumu. Cepatlah, Kek! Wawancara ini penting untuk nilai sekolahku!"

"Oh ... tunggu—apa?!"

***

Aku mendapat mimpi aneh suatu malam.

Ada seorang bocah kelas 5 SD yang datang ke kamarku, memanggilku 'kakek' meski aku masih 16 tahun. Bocah itu Fahrer namanya. Dia memohon untuk mewawancaraiku, meminta pendapatku tentang kemajuan teknologi di generasinya. Untuk tugas sekolah, katanya.

Mungkin ini gara-gara jengkol dan kacang-kacangan yang kukonsumsi saat makan malam—kadang, semua makanan itu bertingkah bagai radioaktif dalam perutku, lalu menyebabkan gatal-gatal. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, aku memang punya alergi nyaris pada semua panganan. Pokoknya, entah ini hanya halusinasi, mimpi, atau sungguhan—Fahrer muncul begitu saja dari dalam lemari pakaianku tepat pukul 1 dini hari. Begitu pintu lemari menjeblak terbuka, bocah itu jatuh tersungkur ke luar dengan kolorku tersangkut di kepalanya dan leher terlilit singlet bulukan yang belum kucuci setahunan.

"Ih!" Bocah itu bergidik dalam lautan sandang. Kakinya terjerat daster (aku berani sumpah daster itu bukan punyaku, mungkin ibuku salah memasukkannya). "Harusnya aku pakai masker atau baju antiradiasi! Apa ada limbah kimia di sini?!"

"Hanya bajuku," jawabku setengah linglung. "Eh ... siapa kau?"

"Fahrer," jawab anak itu. Disingkirkannya semua pakaianku dari tubuhnya, lalu dia berdiri seraya melicinkan celananya yang sewarna perak. "Hai, Kek."

"Namaku Haris," tukasku, masih setengah sadar karena pengaruh obat alergi.

"Aku tahu." Fahrer duduk di sisi ranjangku, lalu menepuk-nepuk lenganku di bawah selimut. "Tapi, Anda ini kakek buyutku. Aku datang dari tahun 2120."

Perutku bergolak, dan mataku juling ke atas untuk sesaat. Kukerjapkan mataku, menelaah Fahrer. Rambutnya yang hitam ikal dan senyumnya yang panjang mengingatkanku pada seseorang yang sering kulihat setiap pagi saat aku berkaca—entah siapa itu. "Oh ... oke."

"Jadi, begini ... guruku memberi kami tugas mewawancarai salah satu anggota keluarga yang hidup pada generasi yang katanya 'milenial'. Benar, 'kan—kakek ini generasi milenial?"

"He'eh."

"Nah, kami harus memilih anggota keluarga yang kurang berperan penting di dunia. Pokoknya orang paling remeh, supaya tidak terlalu memengaruhi jalinan waktu. Soalnya orang-orang dari Departemen Lintas Waktu sudah mendapat banyak laporan belakangan ini karena banyaknya perjalan waktu ilegal yang membuat lintasan waktu baru."

"Dan akulah orang remeh itu?"

"Jangan tersinggung, Kek. Anggap saja, hidupmu yang paling tenang dan damai. Aku tidak bisa datang ke sepupumu karena suatu hari dia bakal jadi menteri keuangan yang mati di dalam penjara, dan datang kepadanya bisa menyebabkan beberapa bagian takdirnya berubah sampai memengaruhi negara ini. Sedangkan hidupmu hanya bakal berkutat di sekitar rakyat pinggiran—tidak ter-notice."

"Wah, sungguh menenangkan."

"Jadi, Kek." Fahrer menyalakan sesuatu di pergelangan tangannya—mirip jam tangan. Alih-alih menunjukkan waktu, arlojinya malah memancarkan cahaya kebiruan yang menyorot udara layaknya lampu dari proyektor, dan muncullah sebuah layar hologram yang menampilkan beberapa baris tulisan. "Pertanyaan pertama: bagaimana kesan yang Anda dapat saat melihatku masuk ke kamarmu melalui gerbang wormhole di lemari baju?"

"Kuharap lubang cacing itu tidak menyedot kolorku ke ruang hampa."

Jawabanku langsung direkam dan tercatat otomatis pada layar hologram, tetapi Fahrer buru-buru mengeditnya jadi: Luar biasa! Cicitku tampak menakjubkan saat mendarat di kamarku!

"Hei, itu curang!" protesku.

Fahrer mengabaikanku dan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. "Jadi, bagaimana perasaan Anda setelah mengetahui bahwa di masa depan, umat manusia telah menemukan mesin waktu dan membuat wormhole sendiri di rumah masing-masing?"

"Ya, ya, hebat—tunggu, siapa kau tadi?"

"Cucu dari cucumu." Fahrer mendengkus jengkel dan menghapus jawabanku dari layar hologram-nya. "Cepatlah, Kek! Wawancara ini penting untuk nilai sekolahku!"

"Oh ... tunggu—apa?!"

Fahrer mengulangi pertanyaannya dengan ekspresi kesal, tetapi aku malah menotol-notol layar hologram-nya dengan rasa tertarik.

"Jangan pencet yang that! It's a translation option since we speak in a different language, and there have been invented some new slang in de toekomst! Ah! Regarde ce que tu as fait!"

Kutarik tanganku kembali seolah-olah yang barusan kuutak-atik adalah bom granat. Mendengar Fahrer mengomel dalam tiga bahasa asing dan satu bahasa lokal membuat asam lambungku tambah naik. Kupeluk bantal erat-erat selama anak itu mengembalikan pengaturan bahasanya. Fahrer kemudian membenarkan earpiece yang baru kusadari ada di telinganya.

"Tes, tes. Satu-dua. Ya, ampun, Kakek Haris! Aku masih kelas 5 SD, masih belum legal bepergian lintas waktu. Aku cuma dapat jatah 5 jam di sini, jadi berhentilah bermain-main!"

Bagian bawah perutku lagi-lagi bertingkah, dan kurasa wajahku menghijau. "Maaf, Cu."

Fahrer kembali mengotak-atik layar hologram-nya. "Nah, kembali ke wawancara—"

"Kenapa gerbang masuknya harus di lemari pakaian?" tanyaku ketika sakit perut mengambil jedanya hingga aku memiliki cukup energi untuk bicara normal. "Dan lagi, bagaimana caramu mengatur waktu tujuan perjalananmu di wormhole?"

"Markas besar Departemen Lintas Waktu hanya empat blok dari sini, Kek. Mesin waktunya di sana. Nah, setelah ke zaman ini, barulah aku menciptakan artficial wormhole dengan ini."—Fahrer menekan suatu tombol di sabuk celananya dan mementalkan sebuah pena keluar dari sana. Pena itu berlabel ArtieWH. "Wormhole hanya boleh dibuat dalam lemari tertutup. Perusahaan ArtieWH pernah mengujicobakannya agar terhubung ke kolong kasur tempat tujuan, tapi ternyata tidak semua kasur punya kolong."

"Kenapa tidak di sambungkan ke pintu?"

"Mainstream itu, Kek."

"Jendela?" usulku lagi.

"Sudah pernah. Salah satu relawan dalam tahap ujicoba malah kena ciduk polisi di tahun 1999. Dari sana kami belajar bahwa maling pra sejarah masuknya lewat jendela. Maling di tempat kami, sih, langsung membobol dinding dengan laser."

"Kalau dari laci meja belajar?"

"Sudah ada yang melakukannya di kartun klasik—nanti kena copyright."

Aku mengerjap-ngerjap, masih tidak memercayai obat alergiku punya efek samping delusi separah ini. Besok pagi aku akan terbangun dan meracau tentang cicitku dalam lemari baju.

"Bagaimana cara kalian menghindari paradoks perjalanan waktu?" tanyaku lagi. Aku sudah kepalang tercebur dalam mimpi absurd karya asam jengkolat dan obat alergi, jadi sekalian saja.

"Peraturan ketat. Kami pun sudah diajari pentingnya chaos theory dan paradoks waktu sejak kelas dua. Makanya, aku hanya bisa 5 jam di sini. Kalau aku mengacau, aku harus mengulang kelas lima tahun depan. Tapi, selalu ada anomali yang tercipta karena ia memang sudah bagian dari time travel. Departemen Lintas Waktu sudah sering kecolongan."

"Dan artificial wormhole itu ... bagaimana kalian bisa membuatnya?"

"Membuatnya gampang, menstabilkannya yang susah. Wormhole hanya seperti jalan pintas antara dua gerbang yang menghubungkan dua titik berbeda dalam ruang dan waktu. Bahkan sejak dulu, wormhole sudah ada dalam ukuran mikroskopis. Seiring mengembangnya semesta, ia membesar, dan para ilmuwan mendapat kesempatan untuk menelitinya sampai berhasil distabilkan dengan materi eksotis."

Aku berdengap. "Kalian sungguh menemukan materi eksotis dengan antigravitasi?"

Fahrer mengangguk. "Sebenarnya, wormhole pertama itu sendiri penemuannya tidak sengaja. Sejarah tidak merekamnya dengan jelas, entah di mana dan kapan persisnya, tapi penemuan wormhole pertama yang stabil dan terbuka selama lebih dari dua menit penuh itu membuka gerbang dunia pada teknologi baru. Sumber paling tidak akurat tapi paling kuingat menyebutkan sesuatu tentang bootstrap paradox."

"Jadi, bagaimana kalian bisa menemukan exotic matter dan menstabilkan wormhole?"

"Mana kutahu," sahut bocah itu.

Kupicingkan mataku curiga. "Kau dari masa depan, 'kan?"

Fahrer menatapku lekat-lekat. "Kek, aku masih kelas lima."

"Oh, betul." Aku mengangguk-angguk. "Jadi, apa yang kau pelajari di kelas?"

"Kakek Haris! Aku yang semestinya mewawancaraimu—bukan sebaliknya!"

Aku mengangkat kedua tanganku menyerah. "Iya. Oke, maaf. Baiklah, kau mau tanya apa?"

Fahrer bersungut-sungut. "Sudah tidak mood."

"Hei, jangan begitu."

"Wah, HP." Kali ini, Fahrer yang mulai teralih. Dia meraih ponsel pintarku yang sudah retak layarnya di atas nakas. "Di tempat kami, barang ini sudah masuk museum."

Fahrer kembali mengeluarkan alat-alat aneh dari sabuknya—sesuatu yang sepertinya adalah microchip dan pena lain yang menyala panas seperti laser saat dia menghidupkannya. Tanpa seizinku, Fahrer meng-install cip itu pada ponselku, lalu dia menyalakannya.

Kening anak itu mengerut saat mendapati notifikasi chat dari teman grupku.

"Apa ini?!" Fahrer menyeru jeri. "Kakek salah satu penganut aliran sesat itu, ya?!"

"Aliran sesat?"

"Ini!" tunjuknya lagi. "Ini, 'kan, kode rahasia sekte aliran sesat paling berbahaya kedua!"

Aku menahan tawa mati-matian. "Itu bukan kode, Fahrer! Itu namanya emoji Jepang!"

Aku mencontohkan padanya bagaimana wajah tersenyum, marah, dan sedih dengan rangkaian tanda baca dan simbol. Aksiku membuat Fahrer ternganga takjub.

"Jadi, tadi kau bilang ini sekte paling berbahaya kedua?" ingatku. "Apa ada sekte paling berbahaya pertama? Mungkin salah kaprah lagi."

"Sekte paling berbahaya itu kodenya lebih singkat, tapi lebih tak terpecahkan dari emoji ini," kata Fahrer serius. "Ditemukan dari pesan-pesan lawas antara sepasang laki-laki dan perempuan. Awalnya percakapan mereka berlangsung baik-baik saja, lalu pihak wanita mulai bertingkah aneh dengan mengirimkan satu atau dua huruf saja seperti 'G' dan 'Y'. Bahkan, beberapa kali hanya ada kata 'terserah'. Tidak ada yang bisa menerjemahkannya, jadi para arkeolog memutuskan pesan itu semacam ritual—"

"Eh ...." Aku menyelanya saat sakit perutku kembali. "Sepertinya ... aku harus ke toilet."

Begitu aku meloncat dari atas ranjang, kakiku menginjak pena lasernya yang menggeletak di lantai. Tubuhku terjun bebas dan kepalaku menghantam sesuatu, lalu segalanya gelap.

***

Seminggu setelah aku sembuh dari keracunan makanan, aku hampir melupakan mimpi tentang Fahrer dan wawancaranya yang belum selesai. Rasanya agak aneh juga betapa aku agak merasa bersalah karena tidak memenuhi wawancara dalam mimpi itu.

Ketika aku baru masuk kelas, kulihat teman-temanku heboh. Mereka membicarakan sebuah berita online penemuan wormhole yang terbuka selama dua menit lebih. Penemuan menggemparkan itu terjadi dalam lemari pel sebuah gudang, berlokasi tak jauh dari rumahku.

Keringat dingin mengucur di belikatku. Lalu, kurasakan ponselku bergetar. Mimpi absurdku telah berubah menjadi realitas yang membuat bulu kudukku berdiri ketika mataku mendapati tonjolan kecil di balik sarung ponselku, tepat di sebelah lensa kamera. Itu titik di mana Fahrer menanamkan cipnya.

Tanganku gemetaran ketika layar ponselku berubah biru, dan ada kumpulan simbol asing yang muncul, yang satu per satu mulai dikonversikan ke dalam bahasaku. Tertera di sana:

Pesan lintas waktu: "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tinggal kelas, Kek :( Katanya, terdeteksi pelanggaran besar dalam kunjunganku waktu itu, tapi setelah dipikir-pikir lagi, keren juga. Aku tidak tahu apa artinya, tapi mereka bilang aku membuat Causal Loop atau bootstrap paradox sepulangnya aku dari zamanmu—mungkin tidak seharusnya aku tidur waktu pemberian materi paradox di kelas dua dulu .-. Tapi, setidaknya, dengan aku mengulangi kelas 5, aku bakal dapat tugas wawancara dua kali dan kita mungkin bakal berjumpa lagi agar kau bisa mengajariku lebih banyak emoji ^0^)/"—dari: Fahrer, 2120. Tujuan: Haris, 2020. (Mohon masukan token virtual untuk membalas pesan—saldo token Anda: 0).

Sedikit komentar kalian amat berarti untuk saya; dan,

Menekan bintang di bawah ini takkan membuat Anda sekalian kehilangan jari '-')/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro