[3] Maling Kertas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bismillah, semoga bermanfaat ya jangan lupa tekan vote dan comment

Happy reading:)

---

"Berjuang di jalan Allah memang susah. Maka dari itu, hanya sedikit yang memilihnya. Tetapi bukankah kemulian tidak bisa didapat sembarang orang?"

☆☆☆

"Gas!"

...

"Ghazi!"

...

"WOI, GAS ELPIJI!" Bentak Yudha setelah dua kali memanggil temannya namun hanya diacuhkan atau lebih tepatnya yang dipanggil sedang melamun. "Pagi-pagi udah nglamun! Kesambet setan apa lo di jalan?" 

Ghazi hanya mengerjapkan mata beberapa kali. "Lo bilang apa tadi?"

Yudha sontak menoleh ke arah lain sambil geleng-geleng kepala. "Wah, temen lo Nil, parah!"

"Temen lo juga!" Sahut Daniel yang lebih fokus menata mejanya. Kemudian, membuka laptop untuk mengechek beberapa email.

"Gaz, lo udah ngirim email ke gue? Kok gak ada kotak masuk atas nama lo? Di folder spam juga gak ada?"

Mendengar pertanyaan dari teman di sebelahnya itu sontak membuat moid Ghazi yang sudah susah-susah ia tata dari rumah kembali berantakan. "Gak jadi," balasnya singkat.

"Hah? Gak jadi ngirim apa gimana?" Daniel masih belum paham.

"Belum selesai." Suara Ghazi begitu lirih bahkan hampir tidak terdengar.

Namun, karena kondisi kantor masih sangat sepi mengingat ini belum waktunya jam kerja suara Ghazi menjadi sangat jelas di telinga keduanya.

Yudha yang keberadaannya terpisahkan oleh sekat dari keduanya sontak berdiri. Memastikan kalau gendang telinganya masih berfungsi dengan benar. "Serius lo belum selesai?"

Mendapati lawan bicaranya hanya diam Yudha sudah bisa menyimpulkan sesuatu. Sesaat kemudian bukannya menawari bantuan dia malah tertawa keras.

"Ha-ha-ha lo nggak lagi sakit kan Gas? Feednya diupload pukul 10.00, tiga jam lagi men!" Yudha nampaknya sangat bahagia di atas penderitaan temannya.

"Daripada lo ngetawain gue lebih baik bantu ngedit feed satunya lagi." Ghazi langsung melempar flashdisk ke arah Yudha. Dengan cekatan Yudha langsung menangkap benda kecil itu sebelum mengenai wajahnya.

Yudha berdecak beberapa kali sebelum menyeringai tipis. "Pantesan lo ngajakin kita ngantor pagi, ternyata ada semut di balik batu!"

Yudha memang sengaja mengganti pepatah tersebut karena baginya mana ada udang di balik batu? Ya kalau batunya besar kalau udangnya yang lebih besar kan masih kelihatan? Lebih nyambung kalau semut aja.

"Perlu gue bantu juga, Gaz?" Daniel menjadi satu-satunya yang masih waras dengan niat sungguh-sungguh menawarkan bantuan.

Ghazi menghela napas lega. Harusnya dia mengajak Daniel saja kemari bukan dengan Yudha juga. Tapi kalau tidak diajak nanti dia pasti marah besar. "Gak usah Nil, biar si Yuyu aja yang ngerjain!"

"Serasa jadi anak tiri gue kalau lo ngomong gitu!" Gumam Yudha namun tetap membuka flashdisk yang diberikan Ghazi kepadanya. "Lo tumben banget sih belum selesai?"

Terdengar suara helaan napas panjang. Ghazi masih kesal jika harus mengingat kejadian kemarin. "Gue udah buat rancangan sama tulisan point-point pentingnya tapi--" Ghazi sengaja menggantung ucapannya karena takut kedua temannya akan menertawakannya.

"Tapi apa?" Sahut Yudha.

"Kertasnya ilang," jawab Ghazi singkat.

Daniel sesekali melirik ke samping karena merasa ada yang janggal. "Lo bukan tipe orang ceroboh," komentarnya tidak percaya.

"Yah, namanya juga manusia. Sepandai-pandai tupai melompat juga pasti pernah jatoh." Sementara Yudha percaya begitu saja dan tidak berpikir yang macam-macam.

Ghazi hendak membuka dan bercerita namun ia urungkan. Tapi tidak enak juga kalau tidak bercerita pada teman sendiri.

"Gue kemarin ke starbucks," ujarnya memancing atensi.

"Lo mau iming-iming kita gitu?" Tuh kan, belum-belum Yudha sudah negatif thingking. "Sekali-kali traktir kek!" Sindirnya kemudian.

"Traktir apaan orang gue aja gak minum kopinya!" Balas Ghazi cepat.

"Hah? Terus kopi kemana? Dimaling setan?" Gurau Yudha lagi. Namun, siapa sangka ucapannya mendapat senyuman miring dari Ghazi.

"Lebih tepatnya kertas gue yang dimaling," koreksi Ghazi membuat suasana tiba-tiba hening. Mungkin kedua temannya itu masih memikirkan perkataannya.

"Gak ada yang lebih berkualitas ya? Maling uang atau hape gitu? Masak maling kertas?" Daniel yang sejak tadi hanya diam ternyata diam-diam menyimak pembicaraan mereka.

"Lo gak lagi bercanda kan Gas?" Yudha yang posisinya terhalang pembatas meja tidak dapat melihat ekspresi kedua temannya sehingga wajar jika ia menaruh curiga.

Ghazi tertawa kala mengingat kejadian itu lagi. "Gue juga gak habis pikir sama tuh cewek. Gue kira dia mau nyolong yang lo sebutin tadi tapi setelah gue chek barang gue masih tetap di tempat semula gak bergerak sedikitpun. Malahan gue baru sadar kalau kertas gue ilang waktu dia udah pergi."

"Malingnya cewek?" Daniel menegaskan.

Ghazi menjawab dengan gumaman karena malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia kalah dari seorang wanita? Padahal kalau Ghazi ingat-ingat dari penampilannya wanita itu tampak seperti orang baik-baik.

"Jangan- jangan tuh cewek penggemar rahasia lo yang takut minta tanda tangan makanya kertas lo dicolong!"

Apapun niat dari wanita itu Ghazi jelas tidak bisa membenarkan tindakannya. Walaupun hanya selembar kertas, barang sekecil apapun itu akan tetap dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Setidaknya wanita itu bisa langsung bertanya kepadanya alih-alih mencuri hanya selembar kertas. Buat apa coba!

Tidak lama kemudian ketiga orang lain yang menghuni ruangan ini datang bergiliran. Menandakan kalau ini sudah hampir pukul 08.00. Artinya dua jam lagi tugasnya harus selesai.

"Pak Andra hari ini dateng apa nggak ya?" Tanya Sekar, wanita tertua diantara mereka bertujuh. Satu-satunya yang sudah menikah. Tapi jangan salah sangka! Umurnya masih belum menginjak kepala tiga. Jadi jiwa-jiwa muda masih ada padanya.

"Biasanya kalau Senin sih agak siangan. Emang kenapa Mbak? Ada perlu ya?" Sahut Yudha yang pertama.

"Itu loh kasian ada yang mau nglamar kerja. Niat amat pagi gini udah di depan kantor!" Mesya yang tadi berangkat bersama Sekar ikut menanggapi.

"Siapa? Kok gue gak tahu?" Tanya Lita yang tidak berangkat bersama keduanya.

Mesya menggelengkan kepala karena yang berbicara pada wanita itu hanya Sekar bukan dirinya. "Sekilas gue lihat cantik sih." Ketiga pria yang ada di ruangan itu sempat melirik sekilas ke arahnya dan membuat Mesya bersorak. "Yee giliran denger kata cantik aja pada noleh ke gue lo semua!" Ujarnya sewot.

Setelah berbincang sejenak kini saatnya mereka fokus pada pekerjaan masing-masing. Yang terdengar di ruangan itu hanya suara ketikan keyboard dan mouse sampai beberapa jam kemudian.

"Alhamdulillah, beres!" Yudha meregangkan tubuhnya setelah berhasil menyelesaikan tugas milik Ghazi.

"Imbalannya gue apa nih, Gas?" Sindirnya.

"Harga teman ya gratis lah!" Ghazi mencoba bernegosisasi.

Yudha berpikir sebentar. "Oke, khusus hari ini gue kasih gratis!" Entah apa yang tiba-tiba membuatnya berubah pikiran. Yudha lantas berdiri dari kursinya dan hendak keluar.

"Mau kemana lo?" Tanya Ghazi.

Yudha memunculkan kepalanya dari balik pintu. "Minta kopi. Nitip nggak?"

"Gue satu!" Sahut Daniel. Sementara Ghazi malah menghampiri Yudha dan meminta untuk pergi bersama karena ia merasa jenuh di dalam ruangan. Sepanjang perjalanan ke kantin keduanya tak banyak bicara.

Sampai setelah mengambil kopi gratis keduanya berpapasan dengan Pak Andra yang sedang berbincang bersama seseorang.

"Tumben Pak Andra udah dateng jam segini?"

Bukannya menjawab Ghazi malah sibuk berpikir. Dari pawakannya, ia seperti pernah melihat wanita itu. Tapi dimana ya?

"Jadi itu cewek yang diomongin Mesya tadi? Beneran cakep ternyata!" Mata Yudha memang sangat jeli kalau urusan seperti ini.

Ghazi mulai berpikir keras. Wajahnya benar-benar tidak asing di mata Ghazi. Sepertinya mereka baru saja bertemu akhri-akhir ini. Beberapa saat kemudian ia teringat sesuatu.

"Ah- dia-" ucapannya terpotong saat menyadari keberadaan Yudha di sebelahnya. "Lo balik duluan Yu, gue masih ada urusan."

"Ada urusan ap--" belum sempat ia selesai bicara Ghazi sudah tidak ada di sampingnya. Cepat sekali dia pergi? Memang sepenting apa urusannya?

Di sisi lain Ghazi berjalan dengan menahan senyum kemenangan di bibirnya. Inilah saatnya untuk pembalasan.

Welcome to your new workplace, maling kertas.

☆☆☆

Dari penulis

Assalamualaikum, maaf ya baru update.

Wah akhirnya Ghazi dan Razita bertemu. Siapa yang penasaran lanjutannya?

Ambil yang baik buang yang buruk ya!

Jangan lupa follow wattpad dan ig aku dan juga ig @romancewp123

Sampai ketemu di part berikutnya, wassalam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro