7 • How could that be?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam hari itu waktunya tidur!

Sepanjang kakinya melangkah, Ana mengeluh, mengkomat-kamitkan beberapa umpatan karena harus bekerja di hampir tengah malam seperti sekarang. Katanya, penjahat aktifnya di jam segini. Dia memang sudah berjanji untuk menjadi sidekick saudarinya sepekan ke depan tetapi kali ini berbeda. Dia bergerak solo! Tidak, tidak sebagai seorang hero melainkan warga biasa, bawahan Lex yang perlu melakukan peninjauan lokasi di tempat bekas kekacauan ledakan gedung. Jika siang, tempat itu akan diambil alih penyelidikannya oleh kepolisian setempat yang jelas tidak akan menghasilkan banyak hal pun makan waktu.

Misinya saat ini melakukan pemeriksaan menyeluruh sekaligus penjagaan kalau-kalau organisasi kriminal itu datang kembali ke posisi peledakan. Ana menghela napas, tangannya sejak tadi sudah menuliskan banyak slide pada halaman status di sebuah aplikasi chatting tentang keluhannya karena lembur sendirian.

Hanya berselang satu detik setelah dia memublikasikan keluhan kerja lemburnya di halaman status, ada satu balasan dari orang yang menjadi kunci mengapa dia lembur saat ini. Resti Queen mengirimkan balasan, "Semangat, An! Demi warisan!" lengkap dengan emoji lengan berotot plus tangan terkepal ke udara.

"Malas sekali, ah," gerutunya dengan langkah kaki pelan hampir terlihat sempoyongan.

Sekilas, Ana mendongak untuk sesaat melihat pemandangan langit dan mendapati siluet seorang lelaki berkostum merah biru mengudara di bawah terangnya rembulan malam. Jubahnya berkibar tertiup angin. Beruntung posisi melayang lelaki yang tak lain adalah Superman itu cukup jauh sehingga ia tidak perlu melihat pemandangan underwear berposisi di luar itu dari bawah. Bisa Ana tebak bahwa Superman pasti menggunakan kekuatan mata ajaibnya itu untuk memindai kejahatan di seluruh kota Metropolis. Mengingat bahwa saudarinya akan dipantau oleh si alien superhero dari planet Krypton itu membuat dia jadi semakin mengerti mengapa tugas malam ini diserahkan padanya.

"Hah~ Malasnya," keluhnya lagi di tengah-tengah pikir panjangnya. Ana melanjutkan, "Apa tidak ada cara aku bermalas-malasan tapi tetap dapat warisan? Demi warisan babeh, begini amat."

Dia tiba di reruntuhan gedung, cukup merasa aneh karena lokasi tersebut amat sepi. Bahkan tidak ada warga yang berlalu lalang, berjalan kaki, ataupun kendaraan lewat mengingat lokasinya tak jauh dari jalan raya. Sejenak ia memikirkan kemungkinan masuk akal bahwa bisa saja mereka tidak memilih melewati area tersebut sejak kejadian tadi karena takut terjadi apa-apa.

Ana menatap pada sisi paling luar dari reruntuhan, ada petak luas garis polisi yang menjadi pembatas. Mata hijaunya nyalang memeriksa sisi dalam police line yang benar-benar sepi. Pikirnya, semuanya akan lancar tanpa hambatan di malam ini. Namun, bibir Ana terbuka secara spontan bersamaan rahang mulutnya yang sedikit turun, menganga. Begitu menaikkan garis polisi dan dirinya masuk ke dalam area, ia berhadapan dengan setidaknya enam orang lelaki bertopeng yang kini sibuk menyingkirkan puing-puing bangunan.

"Loh." Bibir Ana reflek berucap.

Dia kembali lagi keluar garis polisi, dan sisi dalam area tersebut kembali kosong tanpa adanya seorangpun. Lalu, dia melangkah masuk dalam area garis polisi lagi, dan enam orang itu sekarang bertambah lagi satu, muncul dari pintu rahasia bawah tanah LexCorp dengan membawa ransel di balik punggungnya.

"Bagaimana bisa?" gumamnya, masih sedikit tidak percaya dengan apa yang dialami.

Ana melakukan hal itu berulang. Keluar, tiada siapapun. Menginjak ke dalam, dia disambut oleh tujuh orang pria bersenjata yang sekarang menodongkan pistol.

"Woah." Dia tidak tahu lagi harus berkomentar apa, yang jelas garis polisi tersebut merupakan batas perlindungan yang membuat orang-orang di dalamnya menjadi tak kasat mata. Sekarang, Ana bisa menyimpulkan pantas saja ketujuh orang tersebut bisa dengan bebas beraksi di sana. Dia pun juga merasa penasaran, hal semacam apa yang membuat ketujuh pria gila di depannya itu bisa lolos dari pemindaian mata ajaib Superman.

Ana secara spontan mengangkat tangannya, memposisikan diri seakan sedang menyerah. Tidak, dia tidak benar-benar menyerah. Musuhnya hanyalah tujuh orang, dengan dirinya yang memiliki 50% DNA Wonder Woman dan gadget canggih dalam jam tangannya pun telah diupgrade, Ana cukup percaya diri untuk mengalahkan mereka.

Namun, yang menjadi masalah adalah ... wujudnya saat ini hanyalah warga sipil biasa. Bisa berbahaya jika mereka memiliki alat perekam yang tersambung ke suatu tempat dan membuat identitasnya terkuak ke publik. Dia bahkan belum diresmikan masuk ke dalam ahli waris. Ana menyimpulkan bahwa dia tidak boleh bergerak sembarangan.

"Tangkap saja dia. Rekan kita katanya juga membutuhkan anak remaja." Salah seorang di antara penodong pistol itu berkata.

Oke, dari sini Ana mendapatkan informasi baru. Sudah benar dirinya tidak menyerang mereka, dia pada akhirnya mengetahui bahwa ketujuh orang ini masih memiliki rekan.

"Benar juga. Daripada dibunuh, lebih baik ditangkap hidup-hidup. Lebih menguntungkan," balas yang lainnya.

"T-Tolong jangan apa-apakan saya, Paman." Ana menjelma menjadi remaja polos yang sekarang berpura-pura ketakutan.

Dia berbalik arah hendak melangkah kabur, pura-pura, tetapi rambutnya dijambak cepat oleh salah satu di antara mereka hingga membuat tubuhnya terdorong ke belakang. Rekan penjahat yang lain entah sejak kapan sudah memegang balok kayu dan memukul kening Ana dengan keras.

Bunyi retak terdengar, menyeruak ke pendengaran setiap orang yang ada di sana. Bukan karena kepala Ana kenapa-kenapa, melainkan pentungan mereka yang retak lalu hancur berkeping-keping.

Oh, tidak. DNA Wonder Woman membuat tubuhnya kokoh bagai besi. Akan tetapi, jika begini ceritanya dia bisa dicurigai. Ana menatap ke dua orang penjahat yang lokasinya paling dekat dengannya saat ini, keduanya terlihat bingung ketika melihat balok kayu itu hancur sedangkan kening gadis di depan mereka baik-baik saja tanpa luka gores sedikitpun.

Akting Ana tidak boleh berakhir sampai di sana. "Oh, tidak, kepalaku pusing, ah," ucapnya melemaskan badan lalu jatuh ambruk ke tanah dalam keadaan mata terpejam. Ceritanya, dia mau pura-pura pingsan.

Ingin rasanya Ana menyeringai pada detik itu juga menyadari betapa bodohnya para penjahat yang langsung percaya bahwa dia kehilangan kesadaran. Tetapi, dia tahan kuat-kuat agar bibirnya tetap mengatup rapat dan tak membentuk kurva melengkung bernama senyuman.

"Langsung saja bawa dia ke markas." Terdengar suara seseorang berbincang.

Bagus. Ana akan dibawa ke markas mereka yang artinya, dia bisa menyelidiki mereka lebih jauh lagi. Terlebih, melihat para penjahat ini berada di tempat meledaknya gedung milik Lex, pasti mereka memiliki hubungan dengan penjahat yang disebutkan saudarinya. Atau mungkin mereka sendirilah The Gotham Syndicate. Mengapa sindikat yang digadang-gadang sebagai kartel senjata terbesar di Gotham melakukan operasi di Metropolis? Mengambil risiko berhadapan dengan Superman dan sekarang hendak melakukan perdagangan manusia.

Ana tidak masalah jika harus berpura-pura menjadi korban lebih lama.

.
.
.

Selasa, 18 Juni 2024, 19:14 WIB.

A/N : Otw nyepill konflik dikit-dikit sambil naikin tensi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro