Buku Sial, Can-Lews, dan Fiona yang Jatuh Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pov 3

Selepas kejadian di kantin, Fiona menjadi orang yang sangat menghindari para permen! Ia sangat kesal jika mengingat dirinya ikut-ikutan diskors, padahal kan dia membantu?!

Dengan embusan napas berat ketika bell istirahat berbunyi ia tak minat pergi ke kantin. Ia malah memutar kakinya, dan membawa dirinya ke perpustakaan. Tempat yang menjadi pelabuhan Fiona selama beberapa hari terakhir, walau ia sedikit bosan karena tidak banyak bacaan yang menarik di matanya.

Ia tetap memaksakan diri, bahkan sampai diam-diam memakan permen yang jelas-jelas dilarang di sana! "Ekhem-ekhem!" deheman yang cukup keras membuat Fiona sedikit terkejut.

Ia melihat seorang siswa yang tak jauh tinggi darinya mendapati aksinya yang ilegal itu. "Hehe, maafkan aku?" ucapnya tanpa merasa bersalah dan mengundang gelengan tak minat dari pria itu.

"Namamu siapa?" Fiona malah terkejut, apakah ia akan kembali dihukum hanya karena makan sebiji permen?! "Eh, eh kamu mau apa?!" tanyanya cepat, bahkan ia tak sadar bahwa lelaki itu membawa buku kecil dari sakunya.

"Hmm, Fionella Gingelly," ujarnya lalu diikuti dengan tinta yang tergores di atas kertas, Fiona tak tahu harus apa, bahkan ia sudah mengulang pertanyaan yang sama. "Tidak apa, aku hanya memeringatkanmu. Lain kalo jangan begini ya Nona manis? Kamu akan mendapati poin ganda jika melakukannya," jawab pria itu tak minat lalu meninggalkan Fiona yang suasana hatinya lebih buruk dari sebelumnya.

Niat hati ingin menjernihkan pikiran dan mengembalikan kegembiraan hidup, malah ada kejadian yang membuat semuanya menjadi buruk. "Emang kayaknya aku gaperlu sekolah aja, deh paling bener." Fiona tersenyum miris dan kembali duduk di tempatnya.

Pria itu, lain kali ia akan membalasnya! 'Lihat saja Keith Bechouvsky, aku sendiri yang akan membalasmu!' batinnya membara.

***

Fiona

New update post!

A pict

This girls is a fuckin' liar, siswi sponsor ini dengan berani menunjukkan kecurangannya dalam belajar dan bahkan ia menggoda salah satu siswa di kelas.

React 745 people
Comment 1.3k
Share 832

.
.
.

"Da hell?!" teriakku tak percaya membuat teman-temanku yang lain mengernyit heran, Leah langsung menghampiri aku yang berada di atas ranjang begitu pula dengan Cotton.

"Ada apa?" Aku langsung menyodorkan laptopku pada mereka berdua, agar mereka dapat melihat dengan jelas laman yang kutampikan disana. Can-Lews adalah laman informasi serta komunikasi yang digunakan oleh siswa-siswi di Canala ini.

Walau seharusnya tidak ada yang macam-macam dan malah membantu, laman ini adalah bentuk penindasan dan penyebaran gosip yang amat cepat. Karena semua orang bisa mengunggah apapun di sana.

Seperti hal yang kulihat barusan, sebuah fotoku yang didandani layaknya badut serta sebuah kalimat yang lengkap memicu banyaknya komentar penambah pusing itu. "Mereka percaya? Sungguh manusia lugu ini," sarkas Cotton seakan peduli, namun sikapnya menunjukkan hal yang sebaliknya.

Ia malah turun dari ranjang atas dan mengambil handuknya lalu pergi ke kamar itu, dasar anak itu! Sudah malam baru mandi. Eh, jangan teralihkan! Kalau aku diam saja, bisa saja beasiswaku dicabut!

"Apa yang harus kulakukan Leah? A-aku takut!" jujurku padanya, tanganku mulai bergetar karena tak tahu harus apa, banyak pikiran negatif yang menyerangku hingga kilas balik dari ini semua.

Di sana, di kafetaria The Candys meninggalkanku setelah menyiramku dengan sebuah es anggur dan menyebabkan penampilanku berantakan serta sebuah gambar yang diambil lalu kulihat lagi tadi. Ya, walau setelahnya hal itu langsung dihentikan oleh Miss Missie dan Sir Aloe. Tapi, tetap saja!

Hal ini menjadi alasan besar jika aku ingin tetap jauh dari para permen sialan itu.

"Kau sendiri yang berulah! Sudah kubilang kalau para permen itu akan membuat hidupmu menderita!!!" bentak Leah seakan tak tahan, ia sepertinya telah menahan hal itu dan aku hanya bisa meneguk ludah kasar.

Tak sampai di sana, jari-jemari Leah mulai membuka kolom komentar dan kumendapati banyak kalimat yang menyetujui hal itu dan terang-terangan menyerangku. Air mataku meluruh, aku mulai terisak. Leah pun berdecak, ia menaruh laptop dan menarikku dalam dekapannya.

"Kita akan buktikan besok, untuk malam ini kamu hanya perlu tidur dan menenangkan dirimu! Kau tak perlu takut, aku dan Cotron tahu sekali kamu melakukan hal yang benar ... jadi kami akan membantumu!" tutur gadis itu, aku menatap wajahnya lamat.

Mimik wajahnya sangat menunjukkan simbol ketegasan, ia terlihat seperti bundaku ... ah, aku merindukannya. Aku kembali memeluknya dan mengangguk di sana. "Jangan cengeng bocah, aku akan buat orang yang mengunggah hal itu untuk menghapusnya!" Cotton keluar dari kamar mandi, dengan kasar pula ia melempar handuknya padaku dan mengundang kekehan Leah untuk keluar.

Aku bisa melihat raut wajah Cotton yang lebih keras dari biasanya, ia keluar dari kamar dan membanting pintu lumayan keras, "Dia kenapa?" tanyaku hati-hati sembari mengusap hidungku yang mengeluarkan cairan jijik itu.

Leah menatapku tidak suka, bahkan ia mendorongku hingga terpojok pada tembok. "Kau ini! Huh, Cotton kesal jadi mungkin dia menenangkan diri ...." aku menatap lebih, kesal? Kenapa? Ah, ya tak usah dipikirkan.

Cotton itu bukan manusia.

"Aku akan menemaninya diluar dan mengunci pintunya, kau harus tidur oke?" Aku mengangguk, Leah keluar setelah mengambil jaketnya dan kembali menatapku dibalik papan besar itu.

"Kau harus menenangkan diri karena besok kau harus menunjukkan sosok beranimu seperti kemarin. Aku pergi dulu Fiona, selamat malam," lanjutnya lalu menutup pintu itu.

Aku termenung di sana, sedikit kembali menyesal. Tapi Leah benar, aku harus tenang dan tidur untuk malam ini, besok aku akan mengurusnya! Semoga Tuhan menyertaiku selalu!

"Baiklah Fiona, kau akan berhadapan dengan keempat permen itu bersama dua temanmu yang hebat! Kau harus menunjukkan siapa bosnya!!"

***

"Yash, darl! Kau menjijikan," gadis berambut pirang gelap itu mengambil es anggurnya dan memberikannya pada si ratu lebah, gadis berkuncir merah itu tersenyum menang ketika melihat seseorang menatapnya dengan gemetar.

Ia mengangkat dagunya sendiri, bersikap angkuh di depan gadis itu yang semakin menggertakan giginya tak tahan. Ingin lepas dari sini, akan tetapi kedua lengannya dipegangi oleh si rambut biru dan si bodoh yang sedang menyisir rambutnya entah mengapa.

"Darling, u must understand this. Jangan coba-coba melawanku," tukasnya secara gamblang dan mulai menuangkan es itu hingga membuat si gadis berada di penampilan terburuknya.

Tak hanya itu, bahkan si rambut biru dengan sopannya mengacak rambut yang basah itu dan melukiskan bibir si gadis dengan sebuah lipstik. "Hihi, kau sangat cantik," ledek si bodoh lalu duduk ke tempatnya kembali.

Bahkan si peniru sudah mengangkat kamera teleponnya dengan sigap ketika si ratu lebah menangkup pipi sang gadis agar wajahnya dapat terlihat jelas di kamera.

***

"Aku siap, aku akan menghadapinya nanti setelah kuis ini. Bisa-bisanya aku terlupa akan kuis ini astaga!" rutukku sambil berlari kecil tanpa menghiraukan banyak tatapan yang secara terang-terangan menghakimiku, bahkan beberapa dari mereka dengan sengaja hendak mencelakaiku.

Untung saja aku cekatan, hingga akhirnya aku sampai di kelas biologi. Syukurlah aku tidak telat, aku memasuki kelas dan kembali mendapat tatapan hinaan yang sangat jelas, bahkan dapat kulihat lagi gadis kemarin yang mencoret bibir suciku ini dengan lipstik merah tebalnya itu!

"Kupikir kau tak perlu bedak tebal untuk berjalan, Fiona." Aku mendengus, ia tersenyum licik dibalik tangannya itu, "Shut up!" balasku lalu bergegas mengambil tempatku yang tepat berada di belakangnya, akan tetapi cerobohnya aku malah tersandung kaki meja hingga jatuh.

"Astaga! Maafkan aku, aku tak sengaja! Kau tak apa, 'kan?!" Aku menyesali kekesalanku barusan, aku membantu orang yang telah kubuat jatuh tadi, pasti punggungnya kesakitan atau setidaknya sikunya memar.

"Tak apa, aku baik," balasnya sambil tersenyum, aku terkejut ... dia adalah pria tampan yang kulihat beberapa waktu lalu. "A-ah baiklah, aku akan duduk di tempatku. Sekali lagi aku meminta maaf," lirihku tak berani menatap dalam matanya itu.

Bisa-bisa aku tenggelam karenanya, astaga pipiku memanas dan aku seakan melupakan sesuatu yang penting hari ini. Tapi, tak apa semuanya akan baik karena aku telah mendapat cahaya yang menyejukkan dari Meo si ketua perkumpulan literasi!

"Selamat pagi, kita langsung masuk ke kuis saja ya dan tolong persiapkan hal-hal berikut ...."

Oh crap! Aku melupakan bahwa kelas biologi diajar oleh Bu Magda, guru gendut dan tongkat sabetnya itu.

.
.
.

"Matanya juga berwarna hijau, selayaknya warna rambutku! Kalian kenal, 'kan? Dia pasti senior!!!" tuturku semangat pada dua temanku yang memiliki respon yang sama, tatapan mereka seakan mengisyaratkan diriku untuk diam.

"Dia benar-benar gampang teralihkan." Cotton pergi dari sana, aku mengernyitkan dahiku. Bukan karena tak paham, hanya saja aku merasa tak enak hingga tak sadar aku sudah menggaruk tengkukku sendiri.

"Fi ...," lirih Leah sembari menangkup wajahku dan membersihkannya dari saus dengan sebuah tisu, ia memerintahkanku untuk tenang dan melihat ke arah yang dituju.

Aku dapat melihat, para permen itu duduk dengan angkuh seperti biasanya dan membuatku menelan saliva karena gugup. Lama memandangi aku langsung menolehkan pandangan karena Cane menangkapku dengan basah dan ia melanjutkannya dengan tatapan yang penuh arti serta lambaian kecil di tangannya itu.

Aku tahu, ini salahku dan aku memang pengecut!

"Aku akan minta maaf, kalian harus menjauhiku!" tuturku tegas pada Cotton yang baru duduk dan Leah yang sibuk pada kentang gorengnya. "Maksudmu apa?!" tanya Leah, sembari pindah posisi menjadi di sampingku. Sedangkan Cotton, ia tak terlihat tergubris, akan tetapi ia memandangi sesuatu yang sangat kosong.

"A-aku salah, aku akan minta maaf dan menanggung segalanya ... lalu kalian akan bertingkah seolah tak mengenalku, itu rencanaku! Terima kasih semua--"

"Apa yang kau bicarakan? Lucu sekali!" Cotton melempar bungkus kentang goreng itu padaku sembari menatapku tajam, jujur saja aku takut sekali akan tatapan itu. Namun, harus kuhadapi karena nanti aku akan menghadapi hal yang lebih buruk dari ini.

Maafkan aku Leah dan Cotton, aku memang si pengecut yang selalu labil dan akan terus begitu. Biarkan para permen ini menjadi tanggunganku saja.

"Aku minta maaf!" tukasku lantang di depan Cane, gadis itu terdiam dam tertawa setelah beberapa saat. Ia menyilangkan kakinya dan menatapku penuh selidik, "Kupikir kau tak akan minta maaf secepat itu ... akan tetapi apa kau tahu kesalahanmu?" Aku tergagap, aura dominasi ini terlalu kuat.

Walaupun Cane hanya terpaut dua tahun dariku, akan tetapi rasanya ia seperti pemangsa ulung di hutan rimba sana yang siap menyerang para korbannya. "Kalau ditanya itu jawab, girls! Atau kau mau kubongkar lagi kebus--"

"Bisa aku mendapatkan ketenangan?" tangan itu terangkat, membiarkan budaknya dalam posisi yang tidak nyaman di tengah atensi ini. Aku semakin gugup karena tak dapat menjawab, tatapku sudah beralih ke mana saja, para permen hanya bersikap seolah tak ada apa-apa.

"Akan kuberi waktu lagi asal kau tahu, hanya saja ... kau memang gadis kecil yang malang," tekannya padaku tepat di telingaku, bahkan ia sempat memberikan kecupannya di wajahku yang membuat diriku tak berharga lagi.

"Lain kali jika ingin meminta maaf ... lakukanlah dengan lebih niat atau kau akan mati ditanganku." Lalu ia pergi bersama para cecunguk lainnya.

Apa-apaan itu? DASAR GADIS GILA.

"Apa yang kau lakukan padaku?!" jeritku tak menyangka sembari menahan tangis, tidak bisa kubiarkan dan tak akan ada lagi lain waktu!

Lain kali kau harus memakan apa yang kau benci Cane, benar ... aku akan menjadikan dirimu permen yang busuk!

Dengan perasaan membara aku kembali ke kamarku lalu segera mengambil gawaiku dan dengan cekatan mengetikan berbagai rencana yang telah tersusun apik di otakku ini.

Menyalurkan serta mencocokkan informasi yang aku dapatkan selama ini, hatiku begitu puas. Kuharap rencanaku berhasil dan kalian akan tahu sedang bermain-main dengan siapa!

"Lihat saja ini, siapa yang akan mati di tangan siapa." Senyumku memgembang.

___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro